Part 3

28 25 5
                                    

Minggu pertama setelah kejadian tersebut, Hamid menepati janjinya pada Bu Hafsah. Ia tak lagi tidur di kelas, semua PR dan tugas yang diberikan pun ia selesaikan dengan baik. Bu Hafsah lega, walaupun masih sedikit khawatir. Takut kalau perubahan Hamid ini tak berlangsung lama. Kekhawatiran Bu Hafsah ini menjadi kenyataan, 2 minggu setelahnya Hamid kembali pada kebiasaan lamanya.
Bu Hafsah benar-benar ingin bicara dengan orang tua Hamid, apa sebenarnya yang dilakukan Hamid di rumah sampai-sampai ia bisa tertidur di sekolah. Apalagi sebentar lagi ujian semester, kasihan Hamid yang sering ketinggalan pelajaran karena ketiduran.

Kali ini Bu Hafsah tidak bicara langsung pada Hamid, ia menulis surat untuk orang tua Hamid dan meminta Hamid yang menyampaikannya.

Bel istirahat berbunyi, Bu Hafsah memanggil Hamid.
“Mid, apa ibu Hamid sudah sembuh?”
“Alhamdulillah, sudah bu”
“Kalau begitu ibu mau minta tolong sama Hamid”.
“Ada apa bu?”
“Tolong sampaikan surat ini kepada orang tua Hamid ya”
“Surat apa ini bu?”
“Hmm, ada sedikit pesan untuk orang tua Hamid. Tolong sampaikan ya nak”
“Baik bu, Insyaallah”

Hamid pun langsung menyimpan surat itu di laci mejanya. Kemudian ia keluar kelas untuk beristirahat. Bu Hafsah juga ke luar kelas menuju ruangan majelis guru untuk beristirahat. Bu Hafsah tidak tahu, ketika diam-diam Hamid kembali ke kelas.

Jam dinding yang ada di kelas menunjukkan pukul 01.00. Bu Hafsah masih berada di kelas, sementara seluruh siswanya sudah pulang ke rumah masing-masing. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan Bu Hafsah. Setengah jam kemudian, pekerjaan Bu Hafsah sudah selesai. Ia berniat pulang. Ketika berjalan menuju pintu, pandangan mata Bu Hafsah tak sengaja menangkap secarik kertas yang terlipat dan diimpit di bawah kaki meja. Itu meja Hamid, apa mejanya bermasalah?. Bu Hafsah penasaran, ia mendekati meja itu dan memeriksanya. Tidak ada masalah dengan mejanya, Bu Hafsah melihat kertas itu, sepertinya ia mengenal kertas tersebut. Itu surat yang dititipkan Bu Hafsah pada Hamid, kenapa ia malah menyembunyikannya disini?.
Bu Hafsah benar-benar tidak habis pikir, apa yang disembunyikan anak itu?. Mengapa dia tak menyampaikan surat ini?. Bu Hafsah merasa benar-benar harus tahu apa yang terjadi dengan Hamid, ia harus bicara pada orang tuanya.

Sore itu, Bu Hafsah melaksanakan niatnya. Ia pergi ke rumah Hamid yang terletak di belakang sebuah kompleks perumahan. Jika orang tua Hamid tidak bisa datang ke sekolah, maka biar saya yang datang ke rumahnya, pikir Bu Hafsah. Setelah bertanya pada masyarakat yang ada di situ, akhirnya Bu Hafsah menemukan rumah Hamid. Bu Hafsah langsung mengetuk pintu rumah Hamid dan mengucapkan salam. Tak lama, terlihat seorang wanita  keluar dengan menggendong anak perempuan kecil yang berumur sekitar 3 tahun. Bu Hafsah langsung menanyakan apa benar itu rumahnya Hamid. Wanita itu mengiyakan, ternyata ia adalah ibunya Hamid. Bu Hafsah langsung menceritakan apa yang menyebabkan ia berkunjung ke rumah Hamid. Semua perilaku Hamid di sekolah diceritakan kepada ibunya.

Mendengar cerita Bu Hafsah, ibunya Hamid langsung menangis. Ia berkata pada Bu Hafsah, “Hamid adalah matahari kami buk”.
Bu Hafsah tidak mengerti dengan kata-kata tersebut. Belum sempat Bu Hafsah bertanya, ibunya Hamid mulai bercerita apa yang Hamid alami dan lakukan di rumah. Hamid adalah anak tertua di keluarga itu, ia memiliki 3 adik perempuan yang masih kecil. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci, dan Hamid selalu membantu ibunya bekerja. Disamping itu, Hamid juga berusaha mencari uang tambahan untuk keluarga mereka. Apapun pekerjaan ia lakukan, mulai dari berjualan es hingga menjadi kuli angkut di pasar.

“Astaghfirullah, anak sekecil itu sudah harus menanggung tanggung jawab yang sangat besar”, batin Bu Hafsah.
Bu Hafsah kemudian sadar, ibunya Hamid juga tidak bercerita mengenai ayah Hamid. Bu Hafsah menimbang dan kemudian memutuskan untuk bertanya saja. Agar semuanya menjadi jelas.

“Maaf Bu, memangnya ayahnya Hamid kemana?”

Matahari Yang Tak Pernah ProtesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang