Tatapanmu itu menusuk, menembus hatiku dan membuatku tak berdaya.
—Felicia Adzkya▪▪▪
Bazar yang diselenggarakan mahasiswa semester enam dengan kepanitiaan yang berasal dari mahasiswa semester empat mulai terlihat ramai sejak pukul 08.00 wita tadi.
Terdapat limapuluh stand mahasiswa semester enam jurusan psikologi yang menjual berbagai produk mulai dari makanan, kerajinan, produk creative, jasa sampai dengan pakaian.
Di tengah-tengah stand terdapat panggung yang digunakan untuk konser grup band himpunan mahasiswa psikologi yang secara khusus disewa untuk menghibur pengunjung dan meramaikan suasana bazar tersebut.
Sebelum memasuki tempat bazar terdapat pula spanduk raksasa yang dipasang tidak jauh dari lokasi dengan tulisan : "Selamat datang di bazar mahasiswa Universitas Negeri Tanjung : Efektif Tajamkan Jiwa Bisnis" untuk memudahkan pengunjung menemukan tempat ini walaupun tanpa diarahkan.
Asal muasal bazar tersebut sebenarnya berkaitan dengan mata kuliah psikologi yaitu kewirausahaan. Para dosen sangat bangga karena animo mahasiswa untuk berwirausaha sangat tinggi dilihat dari rata-rata usulan kegiatan kewirausahaan mereka adalah kegiatan bazar.
Bazar ini bermaksud memberikan pembelajaran kepada para mahasiswa agar semakin terlatih berkomunikasi dengan baik dan menarik serta meyakinkan. Bagaimanapun mereka pasti ingin dagangannya laku terjual. Persaingan dengan stand-stand lain juga akan memberi pengalaman tersendiri agar bisa tampil lebih unggul dari pesaing secara sportif.
●●●
Devano duduk di kursi kayu panjang tidak jauh dari lokasi bazar. Punggungnya merapat pada sandaran kursi sedangkan kepalanya mendongak ke langit. Matanya terkatup rapat. Sesekali terdengar bunyi dengkurannya yang halus dan berirama.
Beberapa mahasiswi mengambil kesempatan dengan memotret posisi indah Devano.
"Woi, woi, sana pergi. Paparazzi banget sih!" Bentak Nata mengusir mahasiswi yang keenakan memotret Devano.
Terdengar umpatan halus dan cibiran dari mulut beberapa mahasiswi kepada Nata sebelum membubarkan diri dari tempat itu.
Nata menghempaskan pantatnya di samping Devano.
"Dev." Panggil Nata mencolek bahu Devano.
Devano tidak bereaksi. Tidurnya sangat lelap seperti kebo di siang hari. Bagaimana tidak, mulai dari pagi kemarin sampai larut malam Ia tidak beristirahat sama sekali untuk mengurus persiapan bazar.
"Dev, lo udah makan belum?" Tanya Nata mencolek bahu Devano untuk kedua kalinya, lama-lama Devano bertransformer menjadi sabun colek yang dicolek gratis.
"emm—" Sahut Devano.
"Dev, lo udah makan?" ulang Nata.
"Sana lo, ganggu aja?" racau Devano sambil menempelkan tangannya di jidat.
"Lo udah makan apa belum, kalau belum gue beliin nih makanan," ujar Nata perhatian namun sedikit kesal karena tidak dihiraukan.
Suara jangkrik tiba-tiba nongol bersamaan dengan hembusan nafas berat Devano.
"Dev, lo tidur lagi?" Nata menghela nafas panjang.
"Lo makan dulu yah, dari kemarin malam gue liat lo belum makan. Tadi pagi juga lo pasti buru-buru ke sini. Kata Mbok Darsih lo katanya nggak sarapan baru berangkat. Dev, mama lo nitipin lo ke gue katanya gue mesti jagain lo. Jangan sampai lo jatuh sakit gara-gara ngurus bazar ini. Kalau sampai terjadi apa-apa sama lo, mama lo bakalan nguburin gue hidup-hidup atau nggak dia bakalan gantung gue di atas pohon beringin kuburan," Tutur Nata dengan intonasi naik turun, mirip Ibu tiri yang ngomelin Cinderella.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA CINTA [END]
HumorPART LENGKAP/PROSES REVISI Felicia Adzkya Hendriawan si cewek pemberani dan jago karate. Dia tidak takut siapapun termasuk Devano Ranggata Andalas si senior tengil dan sok senioritas. Dipertemukan di berbagai kesempatan membuat mereka selalu adu mul...