4. Penyekapan

71 19 8
                                    

"Aku dimana?"
Kepalaku terasa sangat pusing. Penglihatan ku sedikit agak kabur.

Astaga, apa ini? Badanku terikat di kursi dengan tali. Akupun memicingkan mata melihat lebih jelas ruangan tempatku berada.

Astaga, pria itu. Pria yang memberiku tumpangan kini sedang mengotak-atik tubuh Hiro yang lemas takberdaya bak mengotak Atik benda mati yang rusak.

"HEY!!!" Teriakku sontak saat pria itu terlihat jelas berniat menancapkan jarum besi yang terhubung dengan listrik. Pria itu sontak kaget.

"Oh rupanya sudah sadar" Pria itu menghampiriku dan menatap wajahku. Bulukudukku berdiri seolah tahu bahwa aku sedang terancam.

"Aku sangat menyesal menolak tawaran ayahku dulu" Lanjutnya.

Aku tidak tahu maksud perkataannya yang jelas aku sangat risih ditatap seperti ini.

"Si...Siapa kau?" Tanyaku kaku.

"Sean Arthareksa" Jawabnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku semakin takut .p

"Aku sedang memperbaikinya" Tunjuknya kearah Hiro

"Hah?" Aku benar benar bingung dengan ucapannya, jantungku semakin berdegup kencang saat paradigmaku berkata bahwa dia bukanlah orang waras.

"Hey lepaskan aku dan dia. Apakah kau orang waras? Kenapa kau ingin menyakiti kami?" Rintihku. Tetesan air mata satu persatu membasahi pipiku.

"Janganlah menangis, aku hanya memperbaikinya dan aku tidak akan menyakitimu, tentu saja" Jawabnya.

Kurasa dia benar benar tidak waras, jawabannya sangatlah tidak jelas.

"Sebenernya kau ini tidak waras atau dalam pengaruh minuman keras? Aku sangat menyesal telah menumpang di mobilmu hiks" Ujarku, aku langsung menangis keras disini, aku merasa dia orang yang tidak waras yang bisa melakukan apa saja kepadaku dan Hiro. Aku merasa hidupku sampai disini. Aku tidak tahu dunia sepertinya semakin kejam dan orang orang semakin menjadi tidak waras. Ya, aku menonton berita di televisi, setiap harinya ada saja berita yang menyiarkan tewasnya orang yang tak berdosa oleh pelaku orang asing yang tidak bertanggung jawab. Aku takut nasibku sama seperti para korban di berita itu hiks. Seharusnya aku tidak menerima tumpangan dari orang yang jelas jelas tidak aku kenali.

"APA YANG KAU MAU DARI KAMI?" Bentakku. Kesabaranku mulai habis dengan jawabannya yang semakin melantur.

"Kau sangat imut, sayangnya kau BERANI MEMBENTAKKU, MEMBENTAK ORANG YANG SUDAH LAMA MENUNGGUMU?!!" Jawabnya menerkam. Aku sontak tertunduk takut, suaranya lebih menakutkan dari Auman Si Raja Hutan.

"Lantas kau mau apa?" Ku kecilkan suaraku karena aku takut dia marah lagi. Aku tidak berani menatap wajahnya.

"Yang kumau cuman satu! Kau menikah denganku" jawabnya lebih lembut dariku yang sontak membuatku kaget.

"Kau gila, bahkan aku tidak mengenalimu begitupun sebaliknya." Jawabku

"Aku sudah lama mengenalimu, dari sejak kita sama sama tinggal di Amerika, kau masih bocah ingusan yang berumur 5 tahun sedangkan aku remaja yang berumur 10 tahun pada saat itu, Ayahmu selalu menitipkan mu kepada ku, dia menyuruhku bertanggung jawab atas kehidupanmu, dan aku telah berjanji kepadanya. Sekarang kau sudah dewasa, jadi izinkanlah aku untuk menikahimu untuk memenuhi janjiku." Tuturnya.

Akupun langsung mengingat teman masa kecilku satu satunya di Amerika, aku mengingat kedekatanku dulu, aku ingat ayahku bekerja dengan ayahnya dan selalu menitipkan ku dengannya. Aku tidak pernah mengetahui namanya karena temanku entah kenapa tidak pernah membuka suara apalagi berbicara denganku  walaupun sering bermain bersama. Aku menyebut temanku dengan sebutan "Ulat" karena dia pernah satu kali membuka mulutnya dan bertiak "ULAAAAAAAAAAT!!!" Aku pikir dia memang takut dengan Ulat, itu pertama kali aku mendengar suaranya dan terakhir kalinya juga. sampai aku akhirnya pindah ke Indonesia. Aku pikir temanku Bisu.

Tapi jika dia si Ulat temanku, kenapa aku merasa asing dengannya. Dia pasti berbohong.

"Kau pikir aku percaya?" Aku meyakinkannya bahwa aku benar-benar tidak percaya.

"Kau sangat aku cintai tapi sayangnya kau sangat menyebalkan. Apa aku perlu melakukan sedikit kekerasan agar kamu bisa diam dan menghargai ku" Jawabnya.

"Aku tidak suka menghargai pria yang tidak waras" Jawabku.

PLAKKKK!!!!

Dia menamparku, benar-benar menamparku. Dengan pukulan yang keras. Ujung bibirku kini mengeluarkan darah, itu terasa perih.

"Maafkan aku" Ucapnya merasa bersalah. Pria ini benar benar gila, dia melakukan kekerasan tetapi dia pura pura menyesal, bajingan.

"Kau meminta maaf, setelah sengaja menamparku? Itu tidak masalah. Tetapi aku tidak akan memaafkanmu karena kau telah berbohong dan mengatas namakan temanku" jawabku.

"Oke, aku akan jujur. Tapi berjanjilah untuk menjadi istriku." Pekiknya

"Aku akan menjadi orang yang benar benar tidak waras jika aku mengiyakannya" Jawabku

"Tetapi jika kau tidak menikah denganku, kau tidak akan tahu rahasia terbesar. Ya, ya ya! Aku akui aku bukan teman masa kecilmu di Amerika, dia sudah mati" Ujarnya.

"JANGAN KURANG AJAR!!!" Bentakku.

PLAK!!!***

"Ini tamparan karena kau sudah berbicara kurang ajar tentang temanku"

PLAK!!!***

"Dan ini tamparan karena kau sudah menamparku."

"Sekali lagi kau menamparku, kau akan tanggung akibatnya." Ancamnya.

"Aku tidak takut ancaman." Jawabku emosi

PLAK!!!***

Tanganku mendarat di pipinya dengan tepat ketigakalinya, lebam merahpun nampak jelas dari wajah kulit putihnya.

"Wah wah wah, kau tumbuh dengan luar biasa di Indonesia, menjadi wanita pintar dan pemberani, tidak dia sia aku mengikutimu bidadari ku." Ujarnya seraya mengacak acak rambutku yang sudah berantakan.

Uekkkk, aku ingin muntah mendengar kata kata itu dari mulut pria.

SHIROBOT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang