Lima

8.3K 105 5
                                    

"Loh Ssa, balik kesini? Bukannya lo bilang akan langsung pulang begitu dari pengadilan?" Eline yang Arissa tau juga baru pulang dari pengadilan, menyapa Arissa yang baru turun dari mobil altis hitamnya.

"Nggak jadi. Gue janji ketemu kak Mario jam 4 nanti. Jadi gue balik kesini daripada dia harus ngejemput dari rumah." Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Eline terkekeh karena dia tau apa yang kini Arissa kerjakan yang membuat temannya itu harus berhubungan kembali dengan Mario, meski sebenarnya dia enggan. Ya walaupun alasan keengganannya kali ini berberbeda. Jika dulu dia enggan bertemu Mario karena bitter atas penolakan pria itu, kali ini Arissa enggan karena tidak percaya dengan dirinya. Dia takut baper dan malah kembali menyukai Mario.

Sambil membicarakan pekerjaan dan client mereka, Arissa dan Eline melangkah menuju kantin kantor. Disana tidak terlalu banyak orang karena memang bukan jam makan siang, jadi sudah pasti mudah buat mereka untuk mendapatkan meja. Selain itu Arissa dan Eline tidak perlu merasa segan dan canggung karena biasanya kalau jam makan siang, kantin dipenuhi senior mereka yang perlu mereka hormati.

"Ohhh... tapi hari ini elo memang udah nggak ada kerja lagikan seharusnya?" Tanya Eline memastikan.

Arissa mengangguk. "Yups nggak ada lagi. Sengaja gue ngebut ngerjain semuanya dalam 3 hari ini biar gue bisa fokus cari mamanya Angelo."

Bibir Eline membulat. "Oh," katanya. "Emang nggak ada perkembangan dari kak Mario?"

Menghembuskan napasnya malas Arissa kemudian berkata, "Nggak banyak perkembangan yang kak Mario dapat karena dia juga sibuk belakangan ini. Berdasarkan info yang kami dapat dari Rajata, kak Mario hanya bisa melacak dimana terakhir kali mama Angelo terlihat."

Kepala Eline mengangguk-angguk mengerti sambil menyesap nikmat juice mangga pesanannya yang baru diantarkan pelayan kantin. Sampai sebuah ingatan mampir dipikirannya.

"Oh iya Ssa, bicara soal Rajata. Lo pasti nggak menyangka kalau gue itu dekat sama Nadira, putri pertama pengusaha kakap itu."

Untuk sesaat Arissa terdiam. Mie goreng yang siap dia suapkan kemulutnya dikembalikan lagi kepiringnya mendengar pernyataan dari sahabatnya itu. Dia sedikit terkejut karena Arissa baru tau tentang hal ini. Pasalnya ketika dia bercerita tentang Angelo dan masalahnya yang berhubungan dengan Rajata, Eline tidak pernah menyinggung apapun tentang kedekatannya dengan Nadira.

"Terus kenapa lo nggak bantu gue kemarin-kemarin buat ketemu Rajata kalau memang lo dekat ama anaknya?" Tanya Arissa sedikit sebal karena ternyata ada Eline kian yang bisa membantu untuk bertemu dengan Rajata lebih cepat.

Bibir Eline mengkerucut, mungkin karena menyadari kekesalan Arissa. "Gue juga baru tau kalau dia putrinya Rajata."

"What? Gimana mungkin? Lo bilang kalian berdua dekat." Balas Arissa tidak mengerti.

"Ya emang kita dekat. Dekatttt... banget malah, tapi itu waktu kita SMA dulu. Kita berdua sama-sama anak pramuka dan kak Nadira adalah senior pembimbing gue. Tapi dulu gue nggak penasaran sama kehidupan pribadi dia karena sumpah, dia itu sikapnya biasaaaa banget." Eline menekankan kata 'biasa', agar Arissa mengerti kenapa dia bisa tidak tau kalau ternyata dia adalah putri salah satu konglomerat Indonesia. "Bayangkan saja, dia ke sekolah menggunakan Trans Jakarta, barangnyapun barang-barang yang biasa anak sekolah gunakan, bukan barang bermerk seperti anak orang kaya lainnya gunakan. Penampilannya sederhana. Gue nggak ingat pernah lihat dia ngegunain makeup dan point pentingnya dia sekolah di sekolah gue. Padahal lo tau kan kalau sekolah gue itu sekolah super biasa. Bukan sekolah unggulan, sekolah terkenal ataupun sekolah dengan reputasi dan prestasi unggulan."

Catching Mr Police (MMP II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang