Seminggu berlalu setelah kejadian di bar itu. Gue dan Woojin masih rutin bertemu di atas gunung sepulang sekolah tapi dua hari belakangan ini dia tidak datang menemui gue ke gunung, entahlah apa alasan nya.
Dan kebetulan disekolah hari ini ada pertandingan antar sekolah, jadi kami tidak belajar.
Gue duduk di podium pinggir lapangan.
Di lapangan banyak anak-anak yang sedang bersiap untuk berlomba.Gue ditawarin ikut lomba lari, tapi gue tolak karena terlalu malas ikut-ikutan seperti itu. Menurut gue lebih menyenangkan duduk santai di pinggir lapangan selagi melihat orang-orang berlomba.
Satu persatu segerombolan siswa dari sekolah lain datang berkumpul kelapangan.
Dari tiga sekolah lawan yang datang itu, ada satu sekolah yang membuat gue memicingkan mata untuk memastikan orang yang sedang gue lihat disana. Orang itu sangat terlihat mirip dengan Woojin atau memang benar itu Woojin? Karena itu adalah sekolah baru nya.
Gue segera berlari ke lapangan dan mendekati gerombolan siswa disana.
Gue pergi ke tempat dimana tadi gue melihat orang yang menurut gue mirip Woojin itu, tapi kini dia sudah tidak ada.
Apa gue berhalusinasi?
Tapi saat gue menoleh ke belakang dimana ada segerombolan siswa dari sekolah pendatang itu, gue benar-benar bisa melihat orang itu diantara siswa lainnya.
"Woojin?" gumam gue lumayan pelan. Namun orang itu menoleh ke arah gue dan itu semakin membuat gue yakin bahwa itu Woojin.
Tapi tidak dengan tatapan nya, jika itu Woojin maka gue yakin dia akan mendatangi gue dan memamerkan kan gingsul nya seperti biasanya. Sedangkan sekarang orang itu hanya menoleh sekilas ke arah gue lalu ia kembali bercanda dengan orang-orang disekitar nya.Apa Woojin punya kembaran, pikir gue.
Karena gue penasaran, gue memutuskan untuk bertanya. Tapi tidak langsung dengan orangnya, melainkan dengan orang yang tadi di ajak nya bicara.
"Hey, boleh nanya?" tanya gue perlahan saat mendatangi lelaki berbadan sedikit berisi ini, tapi dia sangat tampan menurut gue.
"Iya, apa?" tanya nya balik seraya tersenyum.
"Yang tadi ngobrol sama lo siapa ya?" tanya gue.
"Emmm" dia nampak berpikir sejenak. "Oh itu....emm sebentar ya sebentar" pinta nya, lalu ia berbisik dengan wanita disamping nya.
"Ya kasih tau aja kali Hoon. Dia bukan panitia tuh" tunjuk wanita disamping nya itu ke gue.
"Nama dia tadi Park Woojin tapi sekarang dia lagi tukeran nama sama gue, jadi nama dia sekarang Park Jihoon" tutur lelaki yang ternyata bernama Park Jihoon ini.
"Maksudnya?" tanya gue ga ngerti.
"Emm gimana ya jelasin nya. Katanya sih dia harus nyamarin nama nya buat ikut lomba disini. Yaa karena dia jago basket, yaudah kami tukeran nama selama lomba ini" jelas Jihoon. Gue hanya ber oh ria dan benar-benar berterimakasih pada Jihoon karena sudah menceritakan kebohongan Woojin.
Berarti orang itu benar-benar Woojin, tapi kenapa dia seolah-olah tidak mengenal gue?
"Boleh tanya emm Woojin eh bukan maksud gue si Jihoon, dia dimana?" tanya gue pada Jihoon yang sebenarnya.
"Katanya sih mau ke toilet tadi" sahut Jihoon.
Gue segera menuju toilet, entahlah toilet dilantai berapa yang akan gue datangi.
Tapi feeling gue mengatakan kalau Woojin sekarang ada di toilet lantai yang sama dengan kelas gue.
Gue bersender didepan toilet pria menunggu orang itu keluar.
Beberapa menit berlalu sampai akhirnya orang itu benar-benar keluar dari toilet.
"Woojin" panggil gue saat dia ingin mencoba berlalu bergitu saja didepan gue.
Saat gue panggil dia hanya menoleh sebentar lalu berlalu lagi.
Benar-benar aneh.
"Woojin, gue tau itu lo" ucap gue lagi.
"Maaf. Kayanya lo salah orang" sahut nya datar. Tapi gue tau dia bohong, karena dia ga berani natap mata gue.
"Hati gue yang bilang kalo itu lo!" tegas gue.
"Maaf" ucap nya lalu benar-benar berlalu meninggalkan gue.
Tapi rasanya tidak sah kalau gue ga ngejar dia.
"Jin, lo kenapa sih" gue tarik lengan nya. Tapi lengan gue segera dilepas nya dengan paksa dari jangan nya.
"Jin...lo kenapa?" lirih gue bingung. Meski dia bersikeras bilang gue salah orang, tapi kenyataan nya gue sudah tau fakta nya dari orang bernama jihoon itu.
"Lo yang kenapa sok kenal sama gue" bentak nya.
Gue benar-benar terpelongo melihat Woojin memperlakukan gue seperti sekarang. Seolah-olah dia tidak pernah mengenal gue, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami.
"O-oke maaf." tutur gue lalu gue segera berlari ke arah kelas, dan gue benar-benar melepas tangisan gue saat sudah tiba dikelas dan Bagus nya lagi gue hanya seorang diri didalam sini, karena yang lain pada diluar.
Tidak ada hal lain yang dapat gue lakukan selian menangis setelah diperlakukan Woojin seperti barusan.
Apa itu bukan Woojin?
Tapi Jihoon sudah menceritakan faktanya bahwa itu benar Woojin.
Kalau itu benar Woojin, kenapa dia memperlakukan gue seperti barusan.
Gue benar-benar ga habis pikir.
Dan iu benar-benar menyakiti hati gue.
Tbc...
Hmmmhmmmhmmm