Membasmi Penyakit Mental

37 1 0
                                    

"Yakinlah pada dirimu sendiri, biarkan hati kecilmu berkata mengenai kebaikan yang bisa kau lakukan. Selesaikan urusanmu sendiri terlebih dahulu, ini semua demi kebaikanmu".

Kira-kira itulah yang terbenak dalam hatiku, alasan hati ini membatin hal demikian karena murid lulusan tahun ini didominasi siswa sampah. Untuk apa sekolah selama 30 bulan tapi USBN membawa kunci jawaban, bersyukurlah jika didunia ini masih ada orang jujur dan hebat dari kumpulan manusia berotak kosong yang memakai kunci jawaban atau pun contekan sewaktu ujian.

Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan USBN, Aku dan Hisyam mematangkan materi ujian dengan saling melontarkan pertanyaan, pertanyaan demi pertanyaan yang kami bahas mengacu pada mata ujian hari ini yaitu Biologi dan Penjaskes.

"Lan, Sebutin fase pembelahan sel!."

"Profase, metafase, anafase, telofase sama interfase. Nih jamur yang dipake buat kecap apa aja, ada tiga."

"Aspergillus Family!"

"Mas, diperjelas geh."

"Ya intinya Aspergillus itu positif kecap."

"Aspergillus sp. Buat kecap juga?"

"Kan udah saya bilang Aspergillus itu buat kecap semua."

"Itu buat acar mas, duh... Sulittt...."

Bel masuk pun berbunyi. Aku dan Hisyam langsung menyiapkan alat ujian lalu masuk ruang ujian. Dari dua mata pelajaran yang diujikan keadaan kelasnya sama saja, ada yang sibuk keluar masuk WC lebih dari enam kali, memakai HP untuk searching sampai tukar-menukar jawaban dengan siswa lain lewat media sosial, sampai ada yang melemparkan kertas di lantai persis seperti orang mempassing bola. Beginilah jika pamit hanya untuk berangkat saja.

Bel tanda waktu pengerjaan soal akhirnya berbunyi, Aku dan Hisyam bergegas meninggalkan sekolah karena tidak ada urusan disekolah.

"Oke... ujian udah selesai tinggal liat hasilnya nanti."

"Iya Lan, kamu enak paham sama soalnya lah saya, paham aja gak."

"Yaudahlah perdalam lagi waktu UNBK."

"Lan, nanti saya kerumahmu kalo sempet."

"Ya kabarin aja nanti."

Pertarungan kejujuran kali ini sungguh melelahkan, Aku berjalan menuju area parkir sekolah. Mengambil motor tuaku yang harus "diengkol" untuk menyalakan mesinnya tapi bukan Honda CB100 yang jadi ikonik sampul cover novel yang telah di film kan. Untuk judulnya tidak saya sebut, karena penulis cerita saya tidak dibayar untuk mengiklankan merek atau judul sebuah novel.

Lalu aku bergegas pulang dari sekolah. Rencana awal ku hanya pulang langsung kerumah, tetapi saat melewati sebuah daerah persawahan muncul niatan untuk beristirahat digubuk dipinggiran sawah dan sekaligus menikmati hembusan angin yang seolah-olah membelai hingga membuatku tertidur. Setelah tanpa sadar tertidur cukup lama, terdengar suara lembut yang terus berulang dan dibarengi dengan tepukan dipundak kananku.

"Mas, baru kesini ya?"

Suara yang sangat manis membangunkan tidurku dan menyambut mataku dengan wajahnya yang sangat mempesona. Membuatku terpaku sesaat, pakaian yang dikenakan layaknya mahasiswa. dan membuatku mematung selama beberapa detik.

"Iya mbak, mau nenangin diri aja tadi abis USBN. Yaudah aku pamit dulu, soalnya gak ada yang jaga rumah." Lalu aku beranjak pergi

Aku tak tau kenapa tapi ini sungguh mengganggu pikiranku untuk lebih konsentrasi dalam belajar. Dua hari yang lalu sebuah game android dirilis, game ini awalnya hanya sebuah cerita di sebuah anime yang bertemakan game yang menggunakan sistem lantai dimana kita harus melawan bossnya kalau ingin melanjutkan ke lantai selanjutnya. Melupakan waktu untuk belajar dengan berusaha menamatkan game ini. Aku membuka pintu dan duduk di kursi panjang di ruang tamu sembari menunggu Hisyam datang.

Semua IN : Expectations of RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang