Labrak

37 8 6
                                    

Zara dan Kevin hanya diam di dalam mobil yang sedang melaju menuju Bandung. Kevin tidak tau alasan Zara untuk mengantarnya ke Bandung. Saat Kevin menjemput Zara, gadis itu hanya memasang wajah datar, tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun.

Kevin menyetir mobilnya sesuai arahan GPS yang sudah Zara setting.

Setelah lama mengemudi, Kevin memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah Mall di kawasan Bandung.

Zara melepaskan seatbelt nya, kemudian berjalan masuk ke dalam Mall dengan ekspresi tegas serta sorot mata yang tajam. Kevin mengikuti Zara yang berhenti di depan sebuah salon.

Zara melihat seorang wanita tengah mengatur rambut seorang pelanggan. Dia Zia selinguhan Rio. Zara membuang nafasnya kasar, kemudian masuk ke dalam salon itu.

"DASAR JALANG!" teriak Zara sambil menarik rambut Zia

"apa-apaan kamu?!!" histeris Zia, wanita yang berumur 35 tahun itu meringis kesakitan

Para pengunjung salon juga histeris, bingung dengan apa yang terjadi.

Zara kemudian mendorong Zia ke belakang, hingga tubuh Zia membentur dinding dan terduduk di lantai memegang punggungnya yang sakit.

"pakai dukun mana lo sampai bokap gue bisa ke cantol sama setan kaya lo hah?!" Zara emosi, deru nafasnya mengebu-ngebu. Sorot matanya tajam menatap Zia. Tak peduli dengan keadaan salon yang geger karna perbuatannya.

Kevin yang melihat kejadian itu hanya diam, membiarkan Zara menumpahkan emosi yang dipendamnya. Dia tau sekarang alasan Zara menyuruhnya untuk mengantarkannya ke Bandung.

"saya akan telfon ayah kamu!" ancam Zia yang masih terduduk di lantai, dia mengambil ponselnya di dalam saku berniat menelfon Rio. Namun Zara menarik ponsel tesebut dan melemparkannya, membuat ponsel Zia hancur berantakan.

"BERANINYA KAMU?!!" pekik Zia

Zara kembali menarik rambut Zia agar berdiri.

"emang gue takut?!! Lo lapor polisi sampai presiden pun gue gak bakal takut!!! Lihat siapa yang bakal di injak-injak disini" Balas Zara tak kalah seram.

PLAKK

Zia menampar Zara, membuat emosi Zara semakin menjadi-jadi. Zara melotot memandang Zia. Tampak nyali Zia menciut setelah ditatap Zara. Membuat air mata Zia menetes, tubuhnya bergetar ketakutan.

"brengsek!" Zara meninju wajah Zia hingga tersungkur ke lantai

Para pengunjung berteriak histeris melihat hal itu dan ada beberapa pengunjung salon mencoba menarik Zara menjauh, namun Zara melawannya.

"JANGAN IKUT CAMPUR KALIAN, DIA WANITA JALANG, DIA MEREBUT AYAH SAYA! TIDAK PANTAS KALIAN MENOLONGNYA" Teriak Zara kepada pengunjung salon, berharap tidak ada yang akan menganggu aksinya

Kevin yang sejak tadi diam, segera mengambil tindakan. Tau bahwa Zara sudah di luar batas. Kevin menarik Zara mundur.

"udah ra, udah.." ujar Kevin

"lepasin gue Vin, biar gue bunuh dia sekarang!!" Ucap Zara brutal, dia benar benar emosi dan tidak terkontrol.

"ZARA!" tegas Kevin, setelah melihat beberapa pengunjung mall yang semakin ramai melihat mereka dari balik kaca pembatas

"DENGAR YA WANITA JALANG, SEKALI LAGI LO BERANI AMBIL HARTA ORANG TUA GUE DAN DEKATIN BOKAP GUE. LO! ORANG TUA LO! SAUDARA LO SEMUA GUE BUNUH!!! INGAT ITU!!" Pekik Zara

Kevin menarik Zara keluar dari salon itu, menuntunnya ke parkiran rooftop.

"Vin! Lepasin! Gue belum selesai ngasih si jalang itu pelajaran" Zara mencoba menarik lengannya

"Zara! Gue suruh lo belajar taekwondo bukan untuk bunuh orang!" Nada Kevin sedikit tinggi, membuat Zara diam. Tak pernah melihat Kevin membentaknya seperti ini sebelumnya.

"gue ngerti lo benci sama dia, tapi bukan kaya gitu caranya ra. Bukan itu yang nyokap lo mau" Kevin menurunkan nada bicaranya kembali

"kalau lo berani nyakitin orang, bahkan sampai babak belur kayak tadi. Lo sama buruknya sama mereka" Sambung Kevin

"Tuhan ra... Tuhan yang akan balas dia. Ingat itu"

Zara terduduk, air matanya jatuh, tubuhnya bergetar. Dia benar benar hilang kendali tadi. Kevin yang melihat Zara rapuh, memeluk tubuh Zara erat. Memberi rasa aman pada gadis itu.

Setelah tangisan Zara berhenti, Kevin melepas pelukannya. Memandang Zara sambil tersenyum. Kedua tangannya meraih wajah Zara, memandang gadis itu lekat. Membuat Zara tenang.

"kita pulang sekarang yuk" Ajak Kevin. Zara hanya mengangguk.

***

19.30

Zara tertidur pulas saat perjalan pulang ke Bandung, Kevin menatap Zara sekilas. Membuat Kevin memasang raut wajah emosi dan sedih. Jujur, Kevin sebenarnya ingin menghilangkan Zia juga dari muka bumi ini. Dia tidak ingin Zara terluka.

Tapi dia tau, hal itu tidak pantas dia lakukan. Dia hanya bisa memberi perlindungan pada Zara, selalu ada untuk gadis itu. Kapanpun saat gadis itu memutuhkannya.

"Zara.." panggil Kevin lembut sembil mengelus lembut pipi Zara

Zara mengerang, membuka matanya

"udah sampai?" Tanya Zara sambil melihat keadaan sekitar

"balum, makan dulu ya" Ajak Kevin yang sudah menepikan mobilnya di sebuah restoran.

Kevin keluar dari mobil, membuka pintu untuk Zara. Kemudian menuntun gadis itu untuk masuk ke dalam rumah makan.

"bubur dua, air mineral dua" Ujar Kevin pada pelayan restoran

"baik mas" pelayan itu meninggalkan meja Kevin dan Zara

Tak lama pesanan mereka sampai. Zara malas untuk memakan makanannya. Namun Kevin memaksa dan mengancamnya. Membuat Zara terpaksa makan, walaupun tidak habis juga.

Setelah makan malam, Kevin mengantar Zara ke rumah.

"makasih Vin" Ujar Zara sesampainya mereka di rumah

"iya"

"gue masuk dulu"

"titip salam buat tante Rini"

"hmm"

Zara keluar dari mobil Kevin, kemudian Kevin menjalankan mobilnya meninggalkan komplek perumahan Zara.

"Assalamualaikum"

"waalaikummsala Zara, kamu dari mana? Kok Bunda telfon gak di angkat?" Tanya Rini saat melihat putrinya pulang

"habis ngerjain tugas Bun, tadi ponsel aku di silent kan. Jadi gak denger Bunda nelfon. Maaf ya" Bohong Zara

"yaudah, lain kali kalau pulang telat kabari"

"iya"

"kamu udah makan?"

"udah Bun"

"oh ya Ra, Bunda mau tanya"

"tanya apa Bun?" Zara sedikit panik, takut jika Rini tau kebohongannya

"motor kamu dimana? Bunda gak liat di garasi rumah"

"ohhh, itu Bun" Zara tampak berfikir sejenak

"kemarin di pinjam Bagas, dia kemarin nebeng sama Kevin tapi harus pulang duluan. Jadi dia bawa motor aku" Bohong Zara lagi

"ohh gitu, yaudah deh. Kalau gitu kamu langsung istirahat ke kamar sana"

"iya"

Zara melangkahkan kakinya menuju kamarnya, menutup pintu kamarnya rapat. Menyandarkan tubuhnya di belakang pintu

Maafin aku Bun, udah bohongin Bunda. Aku gak mau Bunda nangis lagi.... aku gak mau

Air mata Zara kembali mengalir, malam ini salah satu malam terberat bagi Zara.

Will Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang