-7- Sagara

7 0 0
                                    

Tinggal tiga bulan lagi menuju ulang tahun Juna dan Juni. Teman-temannya sudah sibuk merencakan kejutan untuk Juna dan Juni.

Mereka sibuk menyiapkan kejutan besar yang akan mereka lihat di tahun ini.

Teman Juni juga sudah mulai melakukan aksinya agar Juni tidak terus-terusan marah dengan Juna.

Teman Juna juga sudah menyuruh Juna agar tidak terlalu sarkas dengan Juni dan mencoba memperbaiki hubungannya.

Namun Juna tak menghiraukan teman-temannya. Tanpa dikasih tahu teman-temannya pun Juna sudah memulai sesuatu yang selama ini ia takut untuk membongkar.

Selama ini, Juna sudah memulai hal-hal kecil yang akan membuat Juni memgingat segalanya. Namun sejauh ini, hal-hal itu tidak bisa membuat Juni mengingatnya.

Bahkan, tanggal ulang tahun mereka yang sama pun, Juni tidak ingat. Seakan otak Juni sudah di restart dan di hapus memori memori kecilnya dan memulai dengan kehidupan yang baru dan memori otak yang baru.

Juna sempat frustasi disaat dulu Juni sama sekali tidak mengingat apapun tentang dirinya. Juna emosi dengan sendirinya hingga membuat dirinya celaka.

Namun dibalik semua itu, ada sosok sahabat yang selalu memberinya arahan. Sahabat itu sudah seperti kakak untuk Juna. Ia yang selalu memberi arahan Juna saat Juna salah. Ia yang selalu memberi pengertian jika Juna keras kepala. Ia yang selalu peduli disaat semua orang tidak peduli. Ia yang selalu menyayangi Juna disaat semua orang tak melihatnya ada. Ia adalah Saga. Sagara Michelle Gardian. Sosok yang Juna bangga-banggakan dalam hati, namun enggan menunjukkannya di kehidupan sehari-harinya.

Juna sudah menganggap Saga sebagai kakaknya. Saga yang selalu melindungi. Saga yang selalu peduli. Saga yang selalu sayang. Dan Saga yang selalu ada.

Juna sudah menangis sejadi-jadinya jika tidak bertemu dengan Saga.

Seorang anak kecil sedang bermain dipinggir hutan, dibawah rumah pohon kecil. Ia bermain sendirian tanpa pengawasan orang tua. Angin kencang datang menerpa anak kecil itu. Namun anak itu tak menghiraukannya. Tiba-tiba, sebuah dahan pohon yang lumayan besar patah dari bagiannya. Dahan itu terjatuh persis di bawah anak itu. Anak itu terjatuh dan menjerit-jerit. Ia menangis dengan mengigit bibirnya hingga memerah.

Tiba-tiba seorang anak kecil, yang umurnya tak jauh beda dengannya datang dan mengangkat dahan besar itu.

"Jangan nangis. Cowok nggak boleh nangis." ucapnya sembari membuang dahan pohon itu.

Ia dengan rela, merobek bajunya yang berlengan panjang, dan dibalutkan kain itu di kaki bocah kecil yang nangis.

Bocah kecil itu malah menangis dengan keras. Ia merasakan perih di kakinya yang baru dibalut dengan kain biru dari baju anak laki-laki yang menolongnya.

"Jangan nangis. Kamu nggak akan jadi seperti gambar yang ada di bajumu kalau kamu menangis terus." Ucap anak laki-laki itu sambil menatap baju bocah yang menangis, yang bergambar Thor, salah satu super hero di film kartun.

"Sakit." Bocah itu berkata dengan sesengukan. Ia mengusap peluh air matanya sambil menatap laki-laki yang menolongnya.

"Akan sembuh kalau kamu nggak menangis. Ayo kita naik ke rumah pohon itu." Ucap laki-laki kecil itu.

Dengan tergopoh-gopoh, bocah nangis itu mengikuti laki-laki tadi menaiki tangga yang ada di pohon. Dengan pelan-pelan bocah itu naik dan akhirnya sampai di atas.

"Namaku Sagara. Siapa namamu?" Tanya Sagara, anak laki-laki yang menolongnya tadi.

"Aljuna" jawab anak laki-laki yang menangis itu.

JUNA & JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang