4. Nasib seorang pembantu.
Galih meregangkan tubuhnya, jadi pembantu Garka bikin capek. Apartemennya boleh aja gak terlalu besar, tapi kotornya itu minta ampun. Perlu waktu berjam-jam untuk Galih membersihkan apartemennya Garka yang seperti kapal pecah itu, ralat tapi gudang.
"Anjir! Pinggang gue encok." Keluh Galih saat merasakan pinggangnya sakit. Bukan perkara gampang untuk membersihkan apartemennya Garka, apartemennya boleh bagus, tapi ketua SMA Pelita itu cuma punya sapu aja, dan untuk mengepel Galih harus pakai sistem manual yaitu mengepel sambil jongkok, alhasil sekarang pinggangnya kena encok.
"Gue capek-capek, tapi lo enakan molor." Dengus Galih mendelik gak suka pada Garka yang lagi anteng tidur di sofa. Betapa dunia ini gak adil, dia yang jelas-jelas orang baik harus menderita, sementara orang semacam Garka masih bisa tidur dengan damainya. Galih kan mau juga tidur, dia juga ngantuk, apa lagi sekarang sudah sore.
"Mampus!" Galih menepuk jidatnya, dia baru ingat sesuatu.
"Udah sore, gue mesti balik." Galih buru-buru menyambar tas lusuhnya yang tergeletak gitu aja di meja.
"Tapi entar kalo gue balik gak bilang-bilang si Garka ngamuk gak ya?" Tanya Galih bermonolog pada dirinya sendiri.
"Bodo ah! Gue kan udah beresin rumah dia inih." Galih melangkah, tapi baru saja satu langkah Galih mengurungkan niatnya untuk pulang. Galih bimbang, dia takut kalau dia pulang dan Garka menyangka kalau dia kabur, Garka yang bersetatus majikannya sekarang itu akan marah. Garka gak marah saja sudah nyeremin, apa lagi kalau marah. Galih belum berani menghadapi Anjing galak yang ngamuk. Tapi Galih juga harus pulang. Sudah sore, dan Galih ogah kena omel oleh Ibunya. Percayalah di omelin oleh Ibu angkatnya yang biasa dia panggil Mak Lampir itu gak enak, telinga Galih akan mendengung untuk beberpa jam kedepan, karena kedahsyatan omelan dari Mak Lampir.
"Hidup gue rumit amat elah!" Galih frustasi, dia memilih duduk di lantai sambil senderan di sofa yang di tidurin oleh Garka
"Apa gue bangunin dia aja ya?" Galih berbalik dan melihat Garak yang lagi tidur, dia mau bangunin Garka tapi takut dia marah gara-gara Galih bangunin. Tapi Galih juga harus pulang.
"Bodo ah gue bangunin aja, toh paling gue kena marah doang sama dia." Putus Galih, tapi lagi-lagi Galih mengurungkan niatnya itu.
"Mending kalo di marahin doang, lah kalo dia nonjok gue gimana?" Galih takut di tonjok, dia takut muka dia yang ganteng ternodai. Galih gak punya apa-apa lagi selain muka dia yang menurutnya ganteng itu.
"Kampret! Mau balik aja ribet." Galih mengacak rambutnya frustasi. Ikatan rambutnya yang sudah acak-acakan semakin acak-acakan.
"Nasib gue kenapa gini amat?" Keluh Galih sambil mengeluarkan roti di dalam tasnya. Perutnya lapar, dia lupa dari tadi belum makan. Galih menatap roti-roti hasil curiannya.
"Tiap hari gue makan roti tapi gak bisa-bisa ngomong bahasa inggris." Gumam Galih terus memakan rotinya. Iya, stiap hari Galih selalu memakan roti seperti orang bule, tapi kenapa dia gak bisa-bisa bahasa inggris? Atau jangan-jangan rotinya palsu, makanya Galih gak bisa bahasa inggris? Atau karean Galih gak pernah makan steak? Orang bule kan selain suka makan roti juga suka makan steak.
"Bentar lagi maghrib, tuh orang tidur kaya kebo banget, dari pagi sampe sekarang gak bangun-bangun. Apa dia mati ya? Bagus deh kalo dia mati." Celoteh Galih dengan mulut yang penuh dengan roti.
"Kalo gue mati lo orang pertama yang gue gentayangin." Galih langsung tersedak saat mendengar suara berat yang sedikit serak itu. Dia ketahuan kalau lagi menyumpahi Garka mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love [DI APLIKASI KARYAKARSA]
Teen FictionGarka cowok bad boy yang bener-bener bad, hobi bolos, biang onar, malam adalah dunianya, jadi orang nomer satu yang di cari guru, terutama guru BK. Galih cowok yang sok bad boy, hobi bolos tapi selalu berakhir dengan kepergok sama guru. tapi suatu h...