8

13.2K 833 82
                                    

Sejak tadi, Sena tidak mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan untuk menjawab pertanyaan Daniel saja tidak. Sepanjang perjalanan Sena hanya memandang ke luar lewat kaca mobil di sampingnya.

"Sen, nggak papa?"

"Sen, makan yuk?"

"Sen, ada kecoa di rambut lo."

Sena tetap tidak menanggapi pertanyaan Daniel.

Daniel jadi frustasi sendiri. Ia meraih tangan Sena dan menggenggamnya hingga mereka sampai di apartemen Daniel. Menurut Daniel, Sena butuh itu.

Digenggam tangannya.

"Ayo turun," ajak Daniel setelah tiba di apartemennya.

Dan tetap saja, Sena tidak bergeming.

"Sena?"

Berkali-kali Daniel memanggil Sena, dan berkali-kali pula tak ada respon dari Sena. Daniel terpaksa menghadapkan wajah Sena ke arahnya.

Daniel mendapati tatapan kosong Sena, dengan mata yang sembab. Sedetik kemudian, air matanya kembali turun.

"Loh, lohh," Daniel jadi panik sendiri karena Sena tidak berhenti menangis.

Ia mengusap air mata Sena, "Sen, udah. Hati gue sakit lihat lo nangis terus gini."

"Gue takut, El," ucap Sena di sela-sela tangisnya.

"Ada gue, Sen. Lihat gue," Daniel menaikkan dagu Sena agar menghadap tepat menatap Daniel.

"Gue janji akan jagain lo, asal lo juga janji satu hal ke gue," ucap Daniel sambil menatap Sena tepat ke manik matanya.

Daniel diam, menunggu sampai Sena membalas perkataannya.

"Apa?"

"Lo mau main sama gue."

Sena melebarkan matanya, "huaaaaa!!" dan sedetik kemudian tangisannya meluap.

Daniel ih, suasana lagi genting juga.

"Eh, aduh-aduh. Bercandaaaa." Daniel menarik Sena ke pelukannya yang bukannya membuat Sena tenang malah membuat Sena menjadi.

Daniel mengusap puncak kepala Sena, "bercanda sayang aduh baju gue basah nih."

Sena bahkan tidak peduli dengan ucapan Daniel. Tangisannya semakin membanjiri dada Daniel.

"Sst, cup-cup. Maap-maap. Bukan itu kok."

Setelah dirasa Sena mulai mereda, baru Daniel kembali melanjutkan perkataannya.

"Gue cuma mau lo percaya sama gue, Sen. Kasih gue kesempatan buat buktiin kalau gue layak ada di sisi lo."

Sena tidak bergeming.

"Gimana?"

Sena masih tetap tidak bergeming.

"Sena ih," Daniel melepas pelukannya dan kemudian mengecup bibir Sena kilat.

"Gue anggap jawabannya iya. Yuk, masuk," ajak Daniel dan membawa Sena masuk ke apartemennya.

*****

"Eh ketu, Sena nggak masuk," kata Daniel yang bertemu dengan Jihoon di lapangan basket.

"Hah? Kok gitu?" tanya Jihoon kaget. Pantas saja. Jarang-jarang Sena terlambat. Ternyata nggak masuk.

"Panjang ceritanya, besok baru masuk," kata Daniel sambil berlalu melewati Jihoon.

"Sakit?" tanya Jihoon sambil melangkah mengikuti Daniel.

Daniel menggeleng.

"Ada acara?"

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang