Tepat pukul 04:15 p.m. pelajaran tambahan yang dijalani Rega usai. Sambil menghela napas panjang Rega membereskan mejanya, memasukkan semua alat tulisnya ke dalam ransel. Setelah selesai ia berjalan gontai meninggalkan kelas. Akan tetapi, karena melihat ada segerombolan siswi yang sudah berkumpul di depan kelasnya, Rega berbalik, tidak jadi keluar melalui pintu.
Melihat-lihat sekelilingnya, Rega mendesah lega karena tidak ada orang yang melihatnya naik ke jendela. Dia melompat ke dahan pohon yang dekat dengan jendela, dengan begitu Rega dapat turun dengan mudah dan bisa keluar dari kelasnya yang berada di lantai 3.
"Eh? Kenapa Rega tidak ada?!"
Sayup-sayup Rega masih bisa mendengar suara teriakan salah seorang gadis dari dalam kelasnya. Ia sudah lelah, tapi gadis-gadis itu selalu saja merecokinya setiap hari. Jika yang direcoki para gadis tersebut adalah Rallev, mungkin dia akan sangat senang. Namun, ini adalah Rega, seorang antisosial yang tidak suka berdekatan dengan orang yang tidak akrab dengannya.
Rega kembali menghela napas kasar, lalu melangkah pergi meninggalkan area sekolah melalui pintu belakang. Terpaksa ia melewati jalan memutar yang agak jauh. Lagipula, ketika nanti sampai dirumah, hanya kesunyian yang dia temui. Jadi Rega akan berjalan santai saja, sekalian menikmati angin sore yang menyejukkan.
Setelah Rega melewati jalan kecil yang sepi, ia berbelok ke kanan, menelusuri jalanan yang sedikit ramai oleh kendaraan. Rega berjalan pelan di trotoar yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan, juga pot-pot tanaman yang berjajar di depan setiap bangunan. Manik mata kelabunya memperhatikan daun-daun hijau yang tertiup angin. Rega menghirup aroma kesegaran itu dalam-dalam, sedikit menentramkan jiwanya.
Lalu pandangan Rega beralih pada tanaman yang sengaja di letakkan di depan setiap bangunan. Memperhatikan makhluk hidup pasif itu yang telah banyak memberikan kenikmatan bagi makhluk hidup aktif sepertinya. Cukup lama ia memperhatikan tanaman, membuat Rega baru menyadari bahwa populasi mereka semakin menurun. Entah sampai kapan Rega bisa menikmati keindahannya seperti ini. Rega tersenyum miris, mungkin suatu saat nanti tumbuhan benar-benar lenyap dari muka bumi.
Saat sedang asyik-asyiknya memandangi tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya, manik mata kelabu Rega tak sengaja menemukan sosok yang sangat dikenalnya. Sosok berambut coklat itu sedang duduk melamun di sebuah cafe, termenung sendirian di meja dekat jendela. Sikap diam sosok tersebut membuat Rega mengerutkan kedua alisnya bingung. Tidak biasanya.
Karena penasaran Rega segera memasuki cafe tempat dimana sosok berambut coklat berada. Rega berjalan hening mendekatinya, melihat sosok itu yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya meskipun Rega sudah berdiri di samping mejanya.
"Tom" panggil Rega, membuyarkan lamunan panjang Tom.
Regapun duduk di kursi yang berhadapan dengan Tom ketika Tom mengerjapkan matanya dengan bingung. Lebih tepatnya bingung dengan keberadaan Rega yang tiba-tiba saja ada disana. Refleks Tom mengedarkan pandangannya ke sekitar, melihat keadaan cafe yang sepi, hanya ada mereka dan sekumpulan remaja junior high school yang berada di pojokan lain cafe.
"Sejak kapan kau ada disini?" Tom bertanya seraya menyeruput capucinno late-nya yang sudah dingin.
"Barusan" jawab Rega yang kini sudah menyandarkan punggungnya.
Tom menganggukan kepalanya, "Kau tidak ingin memesan?".
"Tidak. Aku hanya ingin mendengarkanmu" ucap Rega sambil menatap Tom dengan tatapan menyelidik, "Ada apa dengamu?".
Untuk kedua kalinya Tom mengerjapkan mata, tidak mengerti dengan maksud ucapan Rega. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti".
Bisa dilihat jika saat ini Rega tengah memutar bola matanya jengah, kemudian dia bersidekap dada seraya menunjuk wajah Tom. "Kantung matamu? Kenapa kau bisa memilikinya?".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Spirit Of The Moon
FantasiaSemua orang mengira dunia akan kembali damai setelah Warlock, sang Raja Kegelapan berhasil dikalahkan. Namun ternyata, semua itu hanya angan-angan yang tak pernah terwujud. Nyatanya, dunia kembali berada dalam bahaya. Kutukan menyebar dimana-mana...