Shana 9 || Take Off (Revisi ✓)

9.5K 647 12
                                    

Galen terdiam, matanya tertuju pada gadis yang kini masih terduduk di lantai sambil menundukkan kepala. Dia menghela napas lalu berjongkok di depan gadis itu.

"Shan?"

Tidak ada jawaban.

"Shana."

"Pergi! Aku nggak papa," ucap Shana lirih.

Galen memutar bola matanya malas. "Nggak papa gimana! gue tau lo kesakitan."

Shana mengabaikan perkataan Galen. Dia mencoba berdiri tapi tidak bisa, punggungnya terasa nyeri akibat terbentur tembok sementara Galen yang melihat itu berdecak kesal.

"Dasar sok kuat!" dengan gerakan cepat Galen menggendong Shana ala bridal style membawanya ke ruang UKS. Beberapa siswi menganga melihat perlakuan cowok itu.

Sepanjang perjalanan Shana meronta minta diturunkan. "Lepasin! Aku bisa jalan sendiri!"

"Turunin aku!"

"Aku bisa jalan sendiri, turunin aku!"

"Nggak usah sok kuat, berdiri aja nggak bisa," cibir Galen.

Shana tidak menghiraukan cibiran Galen, dia terus bergerak minta diturunkan. Tidak peduli punggungnya semakin nyeri akibat bergesekan dengan lengan Galen. Untung saja ini masih pagi, hanya baru beberapa siswa yang berangkat, kalau tidak dia pasti akan jadi bulan-bulanan mereka. Pasalnya yang kini tengah menggendongnya bukan cowok biasa di sekokah. Tentu saja, karena cowok itu anak dari salah satu pengusaha sukses di Indonesia, anak dari salah satu donatur sekolah, cowok bad boy yang namanya setiap hari terdaftar di buku kasus.

"Galen!"

Galen tersenyum sangat manis, ini baru pertama kalinya dia mendengar gadis itu memanggil namanya dengan jelas.

"Iya sayang," jawabnya seraya menggoda.

Shana memutar bola matanya malas. "Turunin aku! kamu tuli yah?!"

Galen tidak menghiraukan perkataan Shana, dia terus berjalan bahkan kini kakinya melangkah semakin lebar. Tangannya sudah tidak kuat menahan tubuh Shana yang cukup berat, apalagi perjalanan menuju UKS cukup jauh ditambah gadis itu terus meronta sepanjang perjalanan. Walaupun tubuh gadis itu mungil tapi berat badan jangan diremehkan.

"Gal—"

"Sekali lagi lo bicara gue cium nih!" ancam Galen.

Shana membelalakan mata. "Dasar cowok gila!"

Sesampai di UKS Galen meletakkan Shana di brangkar dengan hati-hati seolah gadis itu sebuah barang berharga yang mudah rapuh. Setelah itu dia berjalan mencari kotak PT3K.

Shana mengernyitkan dahi menatap Galen yang bolak-balik entah mencari apa. Cowok itu terlihat frustasi sesekali menggaruk kepalanya yang dia pastikan tidak gatal. Terdengar dia menggerutu kesal. "Sial! dimana sih nyimpennya."

Galen terdiam sejenak kemudian perlahan kedua sudut bibirnya terangkat dengan sempurna saat mendapati kotak yang dia cari berada di atas lemari. Galen mengambil kotak tersebut lalu berjalan mendekati Shana.

"Tangan lo!"

Shana menyerngitkan dahi bingung. "Tangan aku nggak papa."

"Ck tangan lo emang nggak kerasa sakit, tapi itu lecet. Nanti kalau dibiarin aja bisa infeksi sayang." Galen menatap Shana gemas lalu meraih tangan gadis itu dengan paksa kemudian mengobatinya dengan obat merah.

Kedua bola mata Shana memperhatikan Galen yang sedang mengobati sikutnya yang memar. Terlihat cowok itu mengobatinya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Entah kenapa tiba-tiba berada di dekat Galen dia merasa—gugup. Entahlah, dia sendiri pun tidak mengerti. Padahal Galen hanya mengobati sikutnya.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang