PUJANGGA

31 4 10
                                    

Kopi, Lukisan, Kenangan
Oleh : Wira Nagara

Lihat
Tepat setelah lampu lampu dipadamkan
Kau menyala sebagai satu-satunya yang kurindukan
Disini
Di tempat yang paling kau hindari
Aku pernah berdiri
Menggores kata
Menulis warna
Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan
Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang

Retak berserakan tanpa kediaman
Terkoyak sepi
Melayang diantara pekat aroma kopi
Dengar
Tepat setelah jejak jejak dilangkahkan
Kau menyapa sebagai satu satunya yang kunantikan
Disini
Dipeluk yang pernah kau nikmati
Aku masih sendiri
Mencari kehilangan
Menemui perpisahan
Pada letupan kenang yang memuat ruangkekosongan
Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang
Hancur berkeping
Tersapu kesunyian terinjak lara
Melarut dalam pahit yang diseduh air mata

Tunggu
Santailah sejenak
Karena tepat setelah meja meja ditinggalkan
Kedai ini menyesak sebagai satu satunya keterangan
Satu kisah yang pernah kita upayakan
Beribu rencana yang pernah kita perjuangkan
Lenyap
Kau memutuskan berpindah hati sebelum satu persatu rencana kita berhasil diwujudkan
Menggores kesadaran
Menyayat perasaan
Pada setiap kata yang memuat pertanyaan
Aku mencari kau yang kurindukan
Aku menyapa kau yang kunantikan
Aku mencari
Aku menyapa
Aku menanti
Aku merindu
Aku terisak
Aku menunggu hadirmu
Dan kini satu satunya yang tersisa hanyalah goresan yang kubuat sebagai prasasti kesendirian
Kapanpun sunyi merasuk jiwamu
Kemarilah
Pesan kopi terpahit dengan kenangan termanismu
Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia
Dan bila hatimu butuh didengarkan
Temui aku dalam perbincangan
Niscaya kopi yang kau pesan
Tak akan pernah sepahit kehilangan.

Pi & Pi : Sebuah puisi yang tak usaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang