C 11 - Akhir

14 6 0
                                    

Sudah hampir setahun aku menetap dirumah. Ibu mengurungku dirumah tanpa Televisi dan handphone.

"Ibu, aku ingin kembali kekorea." Kataku.

Ibu seperti melarangku.

"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan?" Tanyaku jengah.

Mereka tak pernah mengijinkanku tahu tentang korea setelah pulang ke indonesia.

Bahkan tanpa Televisi, handphone dan radio.

Ibu hanya memberikan handphoneku jika salah satu member bangtan menghubungi. Itu kira-kira 5 bulan yang lalu.

"Ibu tidak ijinkan."

"Ibu!" Aku menangis rasanya sangat jengkel.

Untuk pertama kalinya aku menapaki kaki didunia luar. Sudah kubilang aku dikurung dalam rumah.

Hahahaha dan sekarang aku berlari mencoba menapaki kaki setelah dikurung layaknya orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

"Sunhwa! Lee Sunhwa!" Panggil ibu tapi aku berjalan terus.

Aku menaiki taksi. Didalam taksi aku melihat beberapa orang membawa Lightstick BTS.

"Apa kau Army?" Tanyaku pada gadis itu. Usianya lebih muda padaku.

Mungkin sekitar 18 tahun.

"Iya, aku akan bertemu mereka hari ini." Ucapnya berseri-seri.

"Ya?"

"Kau tak tahu?" Aku menggeleng. "Bts akan mengadakan fansmeet di Indonesia. Tapi aku terlambar karena si botak tua."

"Benarkah?" Aku membelakkan mataku.

Taksi berhenti kami turun.

Aku langsung mengikutinya masuk. Tapi pengawal didepan pintu menahanku.

"Maaf, anda tak memiliki tiket masuk." Petugas itu merentangkan tangannya.

Bodoh, aku saja kesini tak pakai sendal dan sekarang dia minta tiket masuk.

"Aku cuman mau masuk!"

"Maaf tapi tak bisa." Dia memegang tanganku.

Ck, kesempatan.

"Biarkan aku masuk. Aku merindukan mereka aku ingin bertemu Sugaku." Aku mengangis.

"Aku tukang lap mereka. Kalian tak tahu? Aku Lee Sunhwa kesayangan Suga kalian tak tahu?"

Mereka berdua nampak terkejut dan melepaskan tanganku.

Aku langsung masuk rupanya gadis tadi beneran terlambat sampai dia menjadi antrian terakhir.

Aku berdiri didekat pintu. Mencari-cari seseorang yang kurang.

Bangtan itu tujuh bukan enam. Dimana Sugaku?

"Ah, Sudah lama kami tak keindonesia." Ucap Namjoon dengan bahasa indonesia.

"Ya, kami rindu kalian dan Suga." Ucap Taehyung.

Mereka berbicara dengan bahasa indonesia yang fasih. Tak percuma dulu aku mengajari mereka sampai kurang tidur.

"Ini sudah hampir setahun sejak kepergian salah satu member kami, Suga."

Hei pergi kemana?

"Kami harap dia tenang disana."

Semua orang dalam ruangan menangis.

"Walaupun begitu, Jantungnya saat ini masih berdetak."

Aku langsung saja memegang jantungku. Seakan bahwa jantung yang dimaksud adalah jantung yang berada dalam diriku.

"Tolong maafkan, jika dia membuat kalian sakit hati. Kami ingin dia bahagia disana. Ayo kita doakan dia bersama-sama." Ucap Hoseok.

Hening

Semuanya menunduk berdoa.

"Sugaku tak kemana-mana." Semua orang menatapku.

Walaupun suaraku hanya senyaring hembusan udara malam.

Aku pasti seperti gembel.

"Hahaha, memang orang gila itu mau kemana." Aku mulai tertawa.

Keheningan membuat suaraku terdengar nyaring.

"Sunhwa?"

"Hi, Gom. Dimana Suga?" Tanyaku santai kepada Taehyung.

"Dia sudah meninggal Noona." Jungkook menjawab pertanyaanku menggunakan bahasa koreanya yang fasih.

"Berhenti berbohong kookie." Selaku santai. "Kalau begitu, dimana Min Yoongi-ku?"

Taehyung datang memelukku. "Hwa-ya dia ada disini. Tepat didalam jantungmu."

"Apa maksudmu gom?" Tanyaku menangis.

Semua orang menangis menatapku.

Taehyung berjalan mengambil handphone. Itu milik Suga.

Aku ingat karena gantungan chibi  BTS itu aku yang belikan.

"Kami belum mendengarnya. Rekaman suara ke 15."

  Aku membuka perekam suara.

Suara gemerisik pertama terdengar.

"Hi! Ini aku awanmu. Walau aku lebih ingin jadi mataharimu dibanding awanmu. Tapi, aku lebih baik menjadi awanmu. Walaupun kau tak dapat menjangkau ku, aku akan melindungi mu dari teriknya matahari."

"Hahaha, menurutku Kyung Ae adalah matahari itu. Dia menyakiti kita semua dengan bualannya."

"Sunhwaku, hmm aku tak tahu apakah kita dapat bertemu lagi." Suaranya terdegar gelisah dan bergetar.

"Sunhwa, tapi aku sudah lelah. Aku tak kuat untuk bertahan. Jadi jika aku tak kuat nanti. Aku akan memberikan jantungku agar kau dapat bertahan."

"Nanti jantungku akan berdetak didadamu dengan begitu kau tak perlu merindukanku. Hiks.. dengan begitu Sunhwaku akan tahu jika Yoonginya selalu berdetak untuknya." Suga benar-benar menangis disana.

  "Sunhwa-ya maaf karena telah membuatmu jatuh bersamaku. Aku mencintaimu."

Rekaman ini diakhiri suara-suara gemerisik dokter. Disitu aku tau jika dia sudah lelah.

"Aku juga mencintaimu juga mencintaimu."

Semua orang ikut menangis mendengar rekaman suaranya. Walaupun aku yakin mereka tak tahu apa artinya.

Suga mengucapkannya menggunakan bahasa korea.

"Aku akan selalu menjagamu yang selalu berdetak karenaku."

Aku tersenyum sambil memegangi dadaku merasakan setiap detakannya.

Akhirnya dia tetap jadi awanku. Angin sudah meniupnya menjadi sangat jauh dariku.

Walaupun begitu dia tetap berjuang untukku.

Terimakasih sudah mewarnai hidupku sampai hembusan terakhirmu Min Yoongi.

.

.

.

END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cloud - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang