Bab 6

204 22 3
                                    

Velandra Victoria POV

Seharusnya, sejak awal kelas 7 hingga sekarang, aku tau satu hal.

Hidupku tidak akan pernah sama lagi seperti dulu.

Tidak akan pernah sama.

Karena di masa yang sekarang, aku selalu bermimpi tentangnya. Di masa yang sekarang, aku benar-benar terganggu dengan perasaanku yang sekarang padanya.

Perasaan benci yang takkan pernah hilang seumur hidupku.

Perasaan traumaku menghadapi cowok semacamnya.

"La," sapa Kila padaku di taman sekolah.

Yah, hari ini aku memang mengajak Kila dan Nita untuk bertemu di taman sekolah. Bukan bermaksud untuk membuat mereka menjadi anak "nakal" yang suka mabal sepertiku. Aku hanya ingin membicarakan soal Ria.

Padahal, dua minggu lagi, akan diadakan ujian akhir semester ganjil. Aku benar-benar teman yang jahat.

"Eh, hai," sapaku pada Kila. "Sini duduk."

Kila segera duduk di sebelahku. "Nita mana?"

"Belum dateng," kataku. "Ria apa kabar?"

Kudengar Kila mendengus sinis. "Udah musuhan, masih nanya kabarnya aja. Terlalu baik," kata Kila. "Semoga dia masih baik-baik aja. Tapi, kayaknya dia agak shock setelah lo tonjokin dia di kantin."

"Karena tonjokkanku?" tanyaku.

"Bukan," kata Kila lalu tersenyum keji. "Karena lo udah bikin dia malu."

Aku tersenyum sinis. "Itu tujuan hidupku. Untuk membuatnya malu seumur hidupnya. Anggap aja itu bales dendamku karena dulu dia udah ngelakuin hal yang sama ke aku," kataku jahat.

Kila tertawa. "Kok gue ngerasa kita jahat banget ya?"

"Emang," sahutku enteng. "Kalo aku sih, emang udah jahat dari dulu."

"Ga ah," kata Kila. "Baru sekarang-sekarang aja jahatnya. Itu pun gara-gara..."

"Hai!" sapa Nita buru-buru. "Sori! Gue telat ya?"

Aku tertawa kecil. "Ga telat banget kok. Yang namanya mabal, ga ada kata telat."

Nita segera duduk di sebelahnya Kila. "So, kita mau ngomongin apa?"

"To the point aja, tentang Ria," sahutku santai. Jujur saja, aku tidak pernah berbicara sesantai ini. Biasanya, aku berbicara dengan nada yang sinis, dingin, mencemooh, mengejek, dan nada yang jahat lainnya. "Siapa yang mau cerita tentang Ria duluan?"

"Gue!" seru Kila dan Nita bebarengan.

Aku tersenyum. "Duh, giliran ngomongin orang, baru rebutan ya," kataku menyindir.

Nita nyengir. "Oh jelas."

Dasar Nita sialan. Asal kau tau saja, Nita ga ada diem-diemnya kalau sudah kenal!

Aku tersenyum sinis. "Jadi, siapa yang duluan nih?"

"Kila dulu aja deh," kata Nita. "Kayaknya, dia harus banyak cerita tentang Ria ke kita deh."

Kila mengangkat alisnya. "Gue dulu nih?"

Aku dan Nita mengangguk dengan cepat dan dengan perasaan sabar, mendengarkan cerita dari Kila.

"Yah, selama kelas 8 ini sih, dia ga begitu mencurigakan, kecuali pas lo nonjok dia dan dia ngebales lo," kata Kila sambil menatapku. "Tapi, belakangan ini dia sering ngobrol sama Alex, tanpa lo ketahui. Alex juga keliatan ga nolak tiap diajak ngobrol sama Ria. Gue rasa, dia beneran naksir sama Alex dan mau nikung lo setajam-tajamnya deh. Dan baru aja kemaren, gue ga sengaja ngeliat mereka ngobrol di depan gerbang."

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang