Part 10

73 2 0
                                    

           

"Kalian gak mau ngeteh gitu, ini kan udaranya dingin kalau ngeteh enak tau." Ucapku,

"Boleh Ve, Ridho mau deh." Jawabnya,

"Alit juga." Ucapnya,

"Kita berdua juga Ve." Jawab Ega sambil menunjuk dia dan Caca,

"Yaudah, kalian semua intinya mau kan?" Tanyaku,

"Iya." Jawab mereka serentak,

Aku langsung memesan teh mereka semua,

Tak lama kemudian kami langsung di suguhkan makanan yang sudah kami pesan tadi. Di sana kami banyak membicarakan hal, seperti aku yang selalu diberikan sesuatu oleh orang yang tidak ku kenal di sekolahku, tentang bernostalgia ketika kami masih kecil, dan masih banyak yang lainnya. Tidak terasa waktu berjalan cepat, sekarang tepat pukul 21.30 aku dan yang lain bergegas pulang ke hotel, sudah banyak dari kami yang mulai mengantuk, udara yang terasa dingin sangat menginginkan untuk tidur. Setelah sampai di hotel kami pun langsung bergegas ke kamar masing-masing.

Jam menunjukkan 23.00 aku masih di dalam kamarku, Egad an Caca sudah tertidur dengan pulas, aku tidak bisa mengganggu mereka untuk bangun dan menemaniku karna aku tidak bisa tertidur. Dengan hati-hati aku keluar kamar tanpa membunyikan satu suara pun, di luar teras kamar sebelahku duduk Gilang sambil memainkan gitarnya pelan karna tidak ingin mengganggu temannya yang sedang tidur pulas dikamarnya. Aku langsung duduk disebelah Gilang, dengan kaget gilang menanyakan kenapa aku belum tidur.

"Eh, Ve, kirain siapa, Ve kenapa belum tidur? Udah malam Ve." Tanyanya,

"Ve gak bisa tidur nih, terus gabut di kamar, Ega Caca udah tidur, Ve sendirian deh di kamar, tadi sih maunya cari angina doang sih keluar, eh pas banget ada Gilang di teras yaudah Ve samperin aja deh." Jelasku,

"Sama Ve, Gilang juga sendirian, yang lain udah pada tidur, terus ini lagi, perut Gilang gak bisa diajak kompromi, laper terus, mau pergi sendirian Gilang gak berani Ve, hehe." Katanya,

"Terus maksud Gilang, Ve mau gak nemenin Gilang keluar beli makanan gitu?" tanyaku sambil menggodanya,

"Haha, iya Ve tau aja nih, mau gak Ve, Gilang malas banget kalau harus sendirian pergi, gak ada temen ngobrol di jalan." Jawabnya,

"Yaudah, bentar ya Ve mau ambil jaket sama dompet dulu." Ucapku sambil bergegas ke kamarku.

"Yuk." Ajakku, Gilang sudah berdiri di depan teras kamarnya sambil menungguku,

"Yuk." Jawabnya, kami pun langsung berjalan menuju parkiran mobilnya Gilang

"Gilang mau makan apa Lang?" Tanyaku,

"Gak tau Ve, yang ada aja sih." Jawabnya,

" di depan hotel kita ini kalau kita keluar ada fast food gitu, kamu mau gak? Ve mau beli soupnya." Ujarku,

"Lho masa? Ada ya? Gilang gak tau lho." Ucapnya,

"Iya ada, disitu aja ya Lang, soalnya kan gak terlalu jauh, makan disitu aja kitanya." Ucapku,

"Iya terserah kamu Tuan Putri." Godanya,

"Kamu ya Lang." jawabku sambil menyikut lengannya,

Mobil Gilang berjalana meninggalkan hotel, tidak butuh waktu yang lama hanya sekitar 2-3 menit kami sudah sampai di tempat yang kami tuju. Aku dan Gilang turun dari mobil dan masuk ke dalam tempat makan itu lalu kami bergegas menuju tempat pembelian makanan,

"Gilang mau makan apa?" tanyaku,

"Apa ya? Hmm, oh burger aja deh sama Soup minumnya soda yang biasa tapi gak pakai es ya." Katanya,

Aku langsung memesan apa yang Gilang mau dan aku juga memesankan pesananku. Aku membawakan makanan kami menuju tempat Gilang duduk, wajah Gilang langsung berseri ketika makanan yang kubawa semakin dekat dengan perutnya, terlihat jelas diwajahnya kalau dia sudah kelaparan sejak tadi, ntah mengapa aku juga tidak mengerti kenapa dia cepat sekali lapar.

"Makanan datang..." Ucapku,

"Mantap banget, tau aja nih makanan kalau perut Gilang lagi laper, butuh asupan yang banyak." Katanya sambil mengambil makanannya,

"Makan deh makan, udah cuci tangan belum kamu?" tanyaku,

"Udah dong, selamat makan Ve." Ucapnya semangat,

"Pelan-pelan Lang, jangan buru-buru." Ujarku,

"Iya-iya Ve." Jawabnya,

Setelah 15 menit kami menyantap makanan kami, dan perut Gilang sudah terisi penuh tapi kami memilih untuk duduk di tempat ini sambil bercakap-cakap. Tapi di tengah percakapan kami tiba-tiba ada hal yang membuatku sedikit canggung dengan Gilang, ntah apa yang ada di pikirannya Gilang, dia tiba-tiba saja mengatakan hal yang menurutku tidak mengenakkan untuk persahabatan kami,

"Terus sekarang Ve, lagi pacaran sama siapa?" Tanya Gilang,

"Gak ada, emang kenapa Lang?" Tanyaku,

"Beneran gak ada Ve?" tanya Gilang lagi untuk memastikan yang kedua kalinya,

"Iya gak ada." Ucapku,

"Bagus deh." Gumamnya,

"Kenapa Lang?" Tanyaku,

"Eh, kenapa Ve?" Tanyanya,

"Tadi kamu ngomong tapi Ve gak  dengar apa yang Gilang bilang." Jelasku,

"Oh, gak kok Ve." Jawabnya,

"Tapi Ve, kalau misalnya Gilang suka sama Ve, Ve mau nerima Gilang gak?" Tanyanya,

"Ha?! Apa Lang?" Tanyaku terkejut

"Iya Ve, ini kayaknya pas deh buat Gilang ngomong ke Ve." Ucapnya,

"Gilang mau bilang apa?" Tanyaku,

"selama ini Gilang udah suka ke Ve, tapi mungkin Ve Cuma anggap Gilang sebatas teman doang gak lebih, tapi Gilang anggap Ve itu lebih, Gilang mau jadi orang yang setiap Ve sedih selalu ada, selalu ada kalau Ve lagi butuh bantuan, Gilang mau ada dimana pun Ve pergi, yang jelas Gilang mau Ve milik Gilang, Ve." Jelasnya,

Aku hanya bisa terdiam, tanpa mengatakan satu kata pun, disinilah aku harus  memikirkan antara pertemanan dan perasaan, aku sebenarnya sayang dengan semua teman kecilku,ntah mengapa rasa sayangku hanya sebatas teman kepada mereka, ntah 1 atau 2 tahun lagi mungkin saja aku menyukai salah satu dari mereka, tapi ntahlah aku tidak bisa mengirakan itu.

Apakah harus mengorbankan persahabatan demi keegoisan perasaan? Apa harus mundur dan meninggalkan dia, tapi aku yang akan menjadi orang yang egois meninggalkan teman hanya karna dia mengutarakan perasaannya dan aku tidak bisa memberikan jawaban atau malah meninggalkannya dan tidak berteman dengannya? Ya, sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan, memberikannya penjelasan mengatakan apa yang sebaiknya aku dan dia lakukan. Menghindar bukan menyelesaikan tapi akan menimbulkan masalah baru.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang