° Happy reading °
Azka berjalan pelan kearah sofa ruang tamu dengan raut wajah lelah yang tercetak jelas di wajanya. Dinda, ibunya yang melihat ia datang sedikit menggeser posisi duduknya, lalu menyuruh azka duduk disamping wanita itu.
"Gimana kerjaannya hari ini ka? Anak mama capek banget kayaknya nih."dinda mengusap kepala putranya lembut. Sementara azka langsung menyandarkan kepala dibahu mamanya
"Lancar ma."jawab azka sekenanya. Ia memejamkan mata menikmati usapan dinda dikepalanya.
"Pa, kata edwin besok ada rapat bareng direktur perusahaan ya? Katanya penting banget. Emang ada apa pa?"tanya azka masih dengan posisinya. Ia baru ingat perkataan sekretarisnya tadi. Papanya yang menjabat sebagai direktur perusahaan mengadakan rapat penting esok hari.
Sebenarnya azka ingin bertanya mengapa. Namun azka fikir, ia bisa menanyakan soal ini ke papanya di rumah nanti.
Wira menoleh sebentar kearah putranya. Lalu kembali menatap kearah tv dengan raut wajah serius.
"Papa ngerasa ada yang ngga beres sama si dyo itu."ucap wira. Azka menatap papanya bingung.
"Pak dyo?"
Wira menghela napas pelan. "Papa curiga sama dia ka. Waktu kemarin papa dateng kesana, papa ngga sengaja liat dia keluar dari ruangan kamu. Terus waktu papa sapa, dia keliatan gugup banget. Papa jadi ngerasa ada yang ngga beres sama dia."jelas wira dengan wajah datarnya. Tidak salah jika azka juga sering berwajah datar. Bapaknya aja gitu cuy.
Azka menghembuskan nafas kasar, Rasanya ia tidak percaya jika salah satu karyawannya itu melakukan hal yang salah. Mengingat, betapa baiknya pak dyo yang sering memberi ia saran ketika perusahaan sedang kacau kacaunya.
Azka memijit pelipisnya pening. Ia terlihat benar benar lelah. Azka butuh istirahat.
"Tenang aja. Pasti papa bantu."wira menepuk bahu putranya. "Sekarang, mending kamu istirahat aja. Muka kamu keliatan pucat gitu."ucap wira yang duduk disamping azka. Jadi posisi azka sedang berada ditengah tengah kedua orang tuanya.
Azka memang merasa tubuhnya sangat lelah hari ini. Terasa berat dan juga pening dikepalanya saat di kantor tadi semakin menjadi jadi hingga saat ini. Lagi, azka menghembuskan nafas berat.
"Anak mama istirahat dulu gih. Nanti kalo kakak kamu liat bisa diomelin gara gara ngga jaga kesehatan. Badan kamu juga hangat gini loh."ujar dinda lembut. Tangannya kini berpindah mengusap peluh didahi putranya. Padahal udara di ruang tamu itu sangat dingin.
"Kak fara belum pulang?"
"Belum. Katanya nanti jam sembilan baru bisa pulang."ujar dinda.
"Sana gih kamu istirahat. Kamu ngga mau kan, lagi capek capek gini malah kena semprot sama kakak kamu."
Azka mengangguk mendengar ucapan mamanya. Ia memang tidak siap mendengar celotehan kakaknya saat ini. Apalagi saat kepalanya serasa ingin pecah seperti ini.
Azka bangkit dari duduknya."kalo gitu, azka ke kamar dulu ya ma, pa. Badan azka kayak engga enak gini rasanya."ucap azka terdengar pelan. Dinda mengangguk begitupun wira.
Setelah tiba di kamar, azka langsung membanting dirinya diatas kasur. Ia memijit pelipisnya, merasakan pening yang melanda semakin terasa sakit. Mungkin besok ia akan membeli obat di apotik. Tidak ingin jika kakaknya tahu ia sedang tidak enak badan begini. Karena jika dia tahu, azka pastikan dirinya akan menerima ceramah sepanjang jalan raya di jakarta ini.
Azka mulai memejamkan mata. Diiringi rasa kantuk yang mulai membawanya ke alam mimpi.
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Dla nastolatkówGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...