Ibu
Satu nama yang menggetarkan hatiku
Bukan karna besarnya cintaku padanya
Namun karna banyaknya dosa yang telah kulakukan padanya
Tak terhitung, Tak terbilang
Dosaku menggulung menjadi awan hitam
Menciptakan ribuan kilat petir
Kemudian menghantamku berkeping-keping
Sementara cintaku hanya sebatas angin di musim tumbuh bunga
Datang sekilas kemudian pergi setelah musim berakhirIbu
Ibu
Ibu
Tiga kali nama itu disebut
Menyiratkan bahwa dia adalah sosok paling berharga
Ciptaan mulia dengan banyak talenta
Mengurus keluarga bak menjalankan sebuah negara
Tiada tandingan maupun yang mampu menggantikanSi kecil yang dulu hanya bisa merengek
Kini tumbuh menjadi wanita dewasa
Meskipun belum sehebat wanita yang telah melahirkannya
Namun dia perlahan mendekati waktu dimana dia akan seperti beliauSeberapa kadar cintamu untuk seorang ibu?
Apa kamu pernah menakarnya?
Aku sekali melakukannya
Benar. Cinta ibu tidak akan pernah bisa terbalas dengan apapun
Sekalipun kamu memberinya perhiasan termahal
Sekalipun kamu memberinya dunia seisinya
Sekalipun kamu memeluknya setiap hari tanpa jeda
Sekalipun kamu mengucapkan kata sayang puluhan juta kaliSelamanya dihadapan ibu aku hanya menjadi anak kecil
Lemah, suka merengak, bersembunyi dibalik punggungnya
Memegang ujung bajunya dan mengikutinya kemanapun
Memeluk lengannya srakan takut kehilanganTerkadang aku bersikap seperti orang dewasa
Aku mengatakan
Aku tak butuh ibu
Aku tidak tahu betapa hancur hatinya kala itu
Aku melenggang pergi mengabaikan
Mengeraskan suaraku jika apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan kehendakku
Menatapnya tajam, jijik, marahNamun di kala tersudut
Aku menggila mencarinya
Menangis histeris memanggil namanya
Merindu akan pelukan dan belaian lembut
Suaranya bagaikan obat penenang
Pil dari dokter jiwa tak memiliki daya apapun
Gangguan panikku makin memuncak
Disaat aku tersadar bahwa sosok ibu tak lagi disisi ku
Dia meninggalkanku karna perbuatanku di masa lalu
Setidaknya itulah yang kupikirkanLama aku menjadi gelandangan
Tak punya tempat tinggal
Hidup tanpa arah, dipermainkan dunia
Siapa yang mau berteman dengan gelandangan?
Siapa yang mau menolong si durhaka?
Seolah ini adalah karma untukku
Setidaknya itulah yang kupikirkanSetelah aku kehialangan semua milikku
Termasuk jiwa dan jati diriku
Datang seorang bercahaya
Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas
Jantungku terasa sangat sakit
Aku menangis
Aku
Menangis
Seperti seorang bayi yang kehilangan mainan kesayangannya
Orang itu merunduk
Menengok kedalam kardus dimana aku berlindung dari hujan
Aku semakin histeris
Situasi ini benar-benar tidak kumengerti
Aku hanya merasakan sakit
Sangat dalamOrang itu mengulurkan tangannya
Namun aku langsung menghambur ke dalam dadanya
Memeluknya erat
Bergetar tubuhku
Tangan kanannya mengusap rambutku lemah
Sedangkan tangan kirinya menepuk-nepuk punggungku
Aku ingat irama tepukan ini
Aku ingat belaian ini
I
B
U
Bibirku terbata mengejanya
Sebuah putaran film melayang di kepalaku
Darisanalah aku kembali mengingat
Siapa dirikuSejak saat itu aku hanya ingin bersama ibu
Dalam kehangatannya
Aku masih si anak kecil yang haus akan kasih sayang
Rakus akan kemanjaan yang ada dalam dirikuBiar orang lain berkata apa
Aku hanya ingin bersama ibuKarna aku mati tanpanya
18.05