"Dibalik awan malam, bulan bersembunyi sebab malu. Dari semua angan-anganku, jujur, ada hal yang ingin kuucapkan namun ragu."
****
Knop pintu kamar mandi diputar ke bawah hingga terbuka, seorang laki-laki yang hanya mengenakan celana boxer kotak-kota keluar dari dalam kamar mandinya dengan handuk yang ia letakkan di pundak. Sesekali ia menggosoki rambutnya dengan handuk berwarna putih itu agar sedikit lebih kering dari sebelumnya. Kakinya melangkah ke arah kamar dengan kecepatan seperti biasa, setelah sampai ia pun langsung mengambil baju rumahan yang biasa ia kenakan dengan segera.
Masih dengan rambutnya yang digosok menggunakan handuk. Toby melangkah ke luar kamar, ia kini berada di ruang tamu dan tengah berdiri tepat di depan jendela berukuran agak panjang yang ada di sana. Gorden yang terletak pada jendelanya ia buka sedikit, matanya mengintip ke luar dan mengamati keadaan komplek rumahnya yang cukup sepi pada malam hari. Matanya menatap ke arah rumah milik Lily yang berhadapan langsung dengan rumahnya, ia mengamati lagi jendela kamar milik Lily yang kini sudah tertutup rapat tersebut, tiba-tiba sekelebat bayangan akan wajah Lily yang menatap datar ke arahnya tadi sore terngiang di kepalanya.
Wajahnya yang nampak berbeda dari hari biasanya terbingkai jelas. Membuat Toby jadi semakin mempertanyakan ada apa dengan gadis tersebut. Apalagi ia tidak ada bertemu dengan Lily seharian ini.
Toby pun akhirnya menutup kembali gorden tersebut, ia memilih untuk duduk di salah satu bagian sofa berwarna hijau tua yang terdapat pada ruang tamu di rumahnya.
Ia memijit pelipisnya yang tidak berdenyut sakit tersebut dengan pelan, masih memikirkan tentang arti dari tatapan Lily sahabatnya itu tadi. Bukannya apa, hanya saja ia merasa tidak enak seketika saat ia tanpa sengaja ada bertatapan dengan gadis seusianya itu tadi. Ia takut kalau-kalau ia ada melakukan suatu kesalahan hingga membuat Lily jadi begitu. Cuman, ia yang tengah banyak pikiran saat ini membuatnya jadi agak susah memikirkan jawaban dari segala pertanyaan yang barusan ia sadari ketika mengingat ekspresi Lily tadi.
Lelaki itu pun akhirnya berdiri, kembali menuju kamarnya dan mencari-cari ponselnya yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya. Toby pun akhirnya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan perlahan, sementara ibujarinya sibuk mencari kontak Lily yang ada di WA nya.
Toby menyentuh kontak Lily ketika sudah menemukannya. Ia menekan tombol-tombol bertuliskan huruf A sampai Z pada layar ponselnya tersebut untuk mengetikkan pesan yang ingin ia kirim.
√√Malam Ly
18:20
Iya
18:20√√Lagi sibuk ya? Kok jawabnya iya doang?
18:20Cukup lama untuk mendapatkan balasan dari Lily, namun akhirnya ia menjawab juga.
Nggak kok, cuman lagi milihin buku mata pelajaran besok ke dalam tas aja
18:21√√Oohhh.
18:21Toby yang hanya menjawab dengan ber-'oh' panjang pun cuman mendapatkan read dari Lily tanpa adanya balasan lagi. Toby nampak heran karena gadis yang ia chat tersebut menjawab pesan-pesannya dengan kalem tanpa ada menyelipkan kalimat-kalimat candaan di dalamnya. Masih sabar, Toby pun akhirnya mengetikkan pesan untuk Lily lagi.
√√Ly!!
18.24
Hmmmm...?
18:24
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Heart, Why Him? [END]
Novela Juvenil[Chapter Completed] {Melodrama x Teenlit} Tidak ada yang pernah tahu cinta itu dapat berlabuh pada siapa. Nyatanya, itu yang dirasakan oleh Lily. Ia jatuh cinta pada seseorang yang menurutnya tidak tepat, yang tak pasti untuk dimiliki. Ia jatuh hati...