DUA PULUH SEMBILAN- KENAPA TIDAK?

2.5K 236 83
                                    

Jangan lupa vote dan komentar yah, hehe..

Mau tanya nih, jawab ya. Kalau MISALNYA cerita ini diterbitkan kalian mau beli nggak?

Misalnya yah, doain aja. Kalau emang rezekinya bakalan aku buat lebih panjang dari yang wattpad pastinya.

Komentar dibawah ya. Doain juga hehe. Love kalian ❤❤

✏✏✏


Tak lama setelah Abyan mengatakan itu. Hujan mendadak menjadi lebih deras. Membuat Asy yang tadinya ingin segera pergi menjadi tertahan.

Bukan.

Bukan hujan, yang membuat Asy berhenti melangkah. Namun perkataan Abyan, perkataan nya barusan.

Asy berusaha mencerna perkataan Abyan. Apa maksudnya Abyan berbicara seperti itu? Kenapa? Apanya yang Abyan bilang 'jangan terima' dan 'saya tersiksa'.

Asy menoleh dan menatap Abyan, yang kini malah sibuk menutupi lukanya dengan perban. Tadi, Asy belum sempat menyelesaikan perban ditangan Abyan karena perkataan Abyan yang selalu menuntut Asy untuk pergi dari tempat ini.

"Tersiksa ngapa kak?" tanya Asy masih setia berdiri di ambang pintu. Menunggu Abyan menjelaskan maksud perkataan nya.


Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Tak ada jawaban dari Abyan. Kini Abyan malah memasang earphone ditelinganya. Membuat Asy kesal dan marah. Diajak ngomong malah pakai earphone? Kurang ajar banget nggak sih?


Asy menghembuskan nafasnya kasar. Lalu berjalan cepat dan keluar dari ruangan Abyan.


Namun...

Saat memasuki lift. Asy memperhatikan luka ditangannya, yang jujur saja terasa sangat perih. Perlahan Asy mengelus luka sayatan kaca akibat Abyan.


Darah yang keluar sengaja Asy hapus menggunakan ujung khimar segi empat berwarna mustard. Sekilas, senyum sendu penuh arti terbit di wajah Asy.


Apapun maksud perkataan kakak tadi, Asy berusaha untuk faham. Batin Asy

Setelah sampai dilantai 4 tempatnya bekerja, Asy langsung menuju mushola didekat ruangannya. Dan melaksanakan sholat Zuhur di temani Sisil. Sisil yang sedari tadi heboh melihat bekas sayatan ditangan Asy.


"Asy, kamu main apa sih? Kok sampai luka gitu? Mau bunuh diri ya?" tanya Sisil dengan tatapan ngeri, sontak membuat Asy mencubit pinggang Sisil.

"Sembarangan kamu. Tadi itu ada kaca yang pecah. Dan aku nggak liat jadinya kena deh." jawab Asy simple. Membuat Sisil melongo. "Gitu aja?" tanya Sisil terkejut.

"Ck," decak Asy sebal. Membuat Sisil langsung membungkam mulutnya. Harusnya dari tadi Sisil tidak cerewet.

Pukul 17.30 WIB.

ASYSENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang