Chapter XIV - Reconnaissance

31.6K 3.7K 231
                                    

Meski sedikit, saya menghargai buat kamu yang udah kasih dukungan

Happy reading

Toko bunga Stove sedang ramai pengunjung. Maklum saja, nanti malam akan ada pesta kerajaan di mana seluruh kaum Werewolf akan berbahagia dengan pengangkatan Ratu mereka. Upacara sakral akan digelar di puncak bukit Aichie, tempat paling tinggi di tanah Golden. Malam hari dipilih agar prosesi itu disaksikan langsung oleh Bulan Agung.

Banyak dari kawanan Golden yang menghias tempat tinggal mereka sebagai simbol suka cita. Penggunaan bunga dinilai efektif untuk mempercantik tampilan rumah. Sebagai pemilik salah satu toko bunga terlengkap, keluarga Stove kebanjiran pelanggan.

Mawar merah menjadi yang paling laris. Keluarga Stove bahkan harus meminta pengiriman lebih dari luar dataran Borcest demi memenuhi keinginan pelanggan.

Di satu sisi toko, di tempat yang terdapat puluhan tangkai bunga indah namun terasa tak tersentuh, sebuah tangan terjulur meraihnya. Hati-hati, karena tangkainya berduri. Dia mengambil sebatang. Menghirup dalam aroma yang menguar dan berusaha meresapi. Baunya, mengingatkannya pada seseorang yang telah lama pergi.

Dia menuju ke sebuah meja yang dijaga. Hendak mengganti bunga tersebut dengan beberapa lembar uang.

"Eh, Nyonya Aaron. Aku sudah cukup lama tidak melihatmu. Sudah berapa hari, ya?" Gadis muda bersanggul di balik meja mengetuk jari pada dagu.

"Beberapa hari ini aku sibuk mengurus pernikahan Kimberly."

"Ah, benar juga. Pasti butuh kesiapan matang untuk pernikahan berkelas seperti itu. Omong-omong, aku ingin mengucapkan selamat untuk pernikahan putrimu." si rambut sanggul tersenyum lebar. Dibalas lembut oleh lawan bicaranya.

"Terima kasih, Hana."

"Ehm, apa kau ingin membeli mawar putih itu lagi?"

Nyonya Aaron mengedip pelan. "Ya, tolong bungkus yang satu ini untukku."

Hana Stove, si gadis rambut sanggul penjaga toko bunga meraih mawar putih milik Nyonya Aaron. Dia membungkusnya telaten.

"Kau sangat sering membeli bunga mawar putih. Bahkan ketika semua orang lebih memilih mawar merah, kau tetap memilih bunga ini. Apa ini bunga kesukaanmu?"

Ferkula meringis. "Ya. Bunga itu memiliki arti yang sangat penting bagiku."

"Begitu?" Hana mengikat bungkusannya dengan pita, kemudian menyerahkannya kembali pada sang pemilik. "Kau persis seperti putrimu. Dulu, Yunani juga nyaris setiap hari membeli mawar putih."

Hening.

Hana menutup mulutnya spontan setelah kesadaran merenggutnya. Dia kelupaan, seluruh kawanan Golden pun tahu apa yang terjadi pada putri sulung Aaron yang kini sudah tak dianggap. Sosoknya yang hingga detik ini menghilang setelah dibuang di tengah hutan Clev, meninggalkan banyak misteri di kalangan kawanan. Rumor mulai berkembang. Banyak cerita mengatakan gadis cantik berambut putih itu sudah tewas dimakan makhluk buas, beberapa lagi mengatakan Yunani telah menjadi hantu penunggu hutan Clev. Sedang yang lain berspekulasi gadis itu mengikuti aliran sesat.

Berita yang berkembang sangat liar.

"Harganya 10 Dar."

Tersadar, Ferkula segera mengeluarkan nominal yang disebutkan dan melenggang pergi dari sana. Hana memperhatikan semua itu. Dia sekarang telah menjadi Ibu bagi seorang Putra berusia satu tahun. Dan sebagai seorang Ibu, nalurinya mengatakan bahwa dirinya paham perasaan wanita paru baya itu—kurang lebih. Tampak jelas masih ada kesedihan dan penyesalan dalam tatapan sendu seorang Istri mantan Beta.

Tak ada Ibu yang tak mencintai buah hatinya.

***

Gaunnya indah. Semakin indah karena dirinya yang mengenakan.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang