1

347 21 2
                                    

Tulisan pertama saya. Vote dan komentar serta saran dari kalian akan sangat berarti untuk saya😂

Selamat membaca


"Halo. Mama dimana sih? Rumah kok sepi. Dikunci lagi pintunya. Ini aku udah pulang barangku banyak nih"

"Kunci rumah di Bu Titin, kamu ambil aja. Mama udah masak buat kamu. Di kulkas udah penuh bahan makanan buat seminggu. Abis itu kamu belanja sendiri"

"Loh, Mama sama Papa kemana? Kak Andre juga gak ada kemana semua sih?"

"Mama gak bilang ya kemarin. Mama sama Papa ke Semarang buat satu bulan kedepan. Andre terbang ke Palembang kemarin sore ada kerjaan di sana. Kamu baik-baik di rumah ya. Nanti Mas Wildan, sepupumu dateng. Dia mau temenin kamu sampe Mama pulang"

"ADUH MAAAA KENAPA MENDADAK BANGET SIH"

"Latihan mandiri, sayang. Nanti kamu biar terbiasa kalo kuliah"

Tut.

"HALO MA, MAMAAAAAAAA"

Demi Tuhan, aku tidak siap dengan situasi seperti ini. Kenapa juga orang tuaku tega meninggalkan anak gadisnya dalam rentang waktu yang cukup lama. Aku memang bersekolah jauh dari rumah. Sehingga aku tinggal di kost yang dekat dengan sekolah. Tapi itu juga tidak sepenuhnya melatih keberanianku. Karena tiga hari sekali aku memang sering pulang karena rindu rumah dan seisinya. Maka dari itu, ditinggal sendirian di rumah terasa sebagai bencana besar buatku.

Dengan langkah malas aku menuju rumah Bu Titin tetangga sebelah rumah. Setelah menyapa sebentar untuk mengambil kunci, aku pulang lagi dan masuk ke rumah untuk membenahi barang-barang yang kubawa pulang. Suasana rumah memang tidak berubah, hanya lebih sepi, lebih bersih, dan lebih sedikit barangnya. Apa-apaan ini? Apa mungkin Mama dan Papa berencana pindah ke Semarang di tanah kelahiran Papa? Dan aku? Ditinggalkan sendirian di sini? Oh My God. Bad things gonna be happen.

Namaku Diandra Anindya Wijaya. Baru lulus SMA tiga hari yang lalu. Anak kedua dari dua bersaudara yang terpaut tujuh tahun. Kakakku bernama Dio Andreinata Wijaya, lelaki yang paling kusayang setelah Papa. Ia bekerja sebagai arsitek yang tendernya datang hampir setiap bulan. Yah, itu membuat ia sibuk dan jarang punya waktu bersamaku. Selain Andre, aku punya sepupu bernama Wildan yang tak kalah dekat denganku. Jarak usiaku dengannya cuma 4 tahun, jadi aku lebih sering curhat dan dekat dengannya.

Aku tiduran di sofa yang terletak di ruang tamu sambil sesekali memainkan handphone. Mungkin terlalu letih, tak sadar aku tertidur hingga aku mendengar deru mesin mobil di halaman rumah. Dengan setengah terbangun aku mengamati mobil hitam yang mengkilat ditimpa sinar matahari itu. Seorang laki-laki muda turun dan menurunkan beberapa tas dari dalam mobil.

Ia berjalan menuju teras sambil menenteng beberapa tas dan tampak kesusahan dengan tas yang dibawanya. Tak ingin disangka mengintip, aku pura-pura duduk sambil menatap handphone dengan pandangan sok serius, padahal cuma geser-geser menu.

"Permisi."

Dia sudah sampai di pintu. Aku bahkan tidak menyadarinya.

"Iya, silakan masuk. Cari siapa ya?"

Sebisa mungkin kucoba terlihat ramah tapi tetap berjaga-jaga siapa tahu dia orang jahat.

"Lo Diandra, bukan? Sepupunya Wildan?"

"Iya, Kakak siapa ya?"

"Gerald, temennya Wildan. Lo belum dikabarin sama dia?"

"Belum sih. Eh masuk dulu, Kak. Duduk, biar gue bikinin minum."

Aku masih tidak mengerti situasi yang terjadi. Tiba-tiba didatangi orang yang mengaku teman dari sepupumu, membawa beberapa tas pula, apa yang kamu lakukan? Aku jadi teringat cerita-cerita horror dimana seorang psikopat membunuh korbannya lalu memotong-motong tubuh si korban dan dimasukkan ke dalam tas. Pikiranku tidak karuan hingga aku hampir menjatuhkan gelas kaca yang kupegang.

Suara notifikasi aplikasi line menyadarkanku kembali.

Wildan Ferdinata Wijaya : Dek, gue masih sibuk di Surabaya jadi belum bisa pulang ke rumah lo. Nanti ada temen gue namanya Gerald, dia bakal temenin lo sampe gue dateng sekitar 2 hari lagi mungkin. Jangan bales pesan gue. Lagi sibuk. Baik-baik di rumah ya.

What the hell.

Ditinggal sendirian di rumah, diberi stok makanan, dititipkan ke saudara sepupu, ditambah lagi ada orang tak dikenal tiba-tiba datang. Aku jadi berasa seperti kucing yang ditinggal majikannya pergi, lalu dititipkan ke petshop, dan dirawat oleh trainer baru. Baiklah, aku mengikuti alurnya.

Kulihat Gerald asyik memperhatikan ikan-ikan di akuarium saat aku datang membawa minum. Aku berdehem sebentar agar keberadaanku diketahui.

"Oh, maaf gak tahu lo udah disitu. Suka pelihara ikan?"

"Nggak sih, Papa yang suka."

"Sama kaya bokap gue kalo gitu"

Canggung. Aku tidak tahu harus gimana. Ya Tuhan selamatkan aku.

"Diandra baru lulus kemarin kan ya? Pas lo graduation gue dateng loh"

"Oh ya? Kok gak lihat?"

"Cuma bantuin temen sih, dia fotografer wisuda kemarin, terus ya gitu, bantuin dikit"

Gerald meneguk minumannya. Lalu bercerita lagi.

"Gue temennya Wildan dari SMA. Satu band juga sampe sekarang. Kemarin dia nelfon gue, minta tolong buat ke rumah lo dan tidur sini sampe dia dateng besok lusa. Katanya dia mau kabarin lo sih,"

"Iya barusan gue di line. Tapi Kak, mau gimana juga lo harus laporan ke Pak RT biar gue gak disangka macem-macem."

"Gampang lah ntar anterin gue Pak RT ya. Btw, tas gue mau ditaruh mana nih?"

"Duh, lupa. Sini bawa masuk ke kamar depan aja. Kalo mau makan tar gue siapin, kalo mau mandi, pake kamar mandi di belakang ya. Yang di kamar showernya rusak."

Ia mengangguk paham. Baiklah, sekarang aku akan sebaik mungkin menjamu Gerald sebagai tamuku.

GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang