Satu lagi debur ombak besar yang menabrak karang terdengar nyaring. Memanjakan indra pendengaran Soonyoung yang kini sedikit menggigil di atas tebing.
"Kau kedinginan." Tangan pemuda mungil yang berpendar samar keperakan itu mengusap tangan Soonyoung. Seketika menimbulkan desiran halus di dalam dadanya.
Bagaimana tidak? Di sisinya kini ada seorang dewi Artemis sang dewi bulan! Dewi alam liar, perburuan, hewan liar, keperawanan, serta serentet jabatan tak berkesudahan lainnya.
Tetapi, mengapa kini ia dalam wujud seorang pemuda mungil yang menggemaskan?
"Artemis, kau tidak perlu melakukannya. Aku membawa selimut." Soonyoung mengangkat ujung selimut biru yang dibawanya.
Pemuda itu menghembuskan nafasnya lemah. "Seharusnya kau pakai sejak tadi."
Soonyoung hanya tersenyum kesenangan saat pemuda itu menyampirkan selimut ke seluruh tubuhnya. "Terima kasih, Artemis."
Pemuda mungil itu hanya mengangguk pelan, membuat mahkota perak yang berbentuk seperti kalung berbandul bulan sabit di kepalanya bergoyang samar. "Nah, kenapa punggungmu sampai bengkak seperti ini?"
"AH, sakit tahu!" Soonyoung mengelus punggungnya dengan cepat, menepis tangan pemuda itu menjauh dari punggungnya.
Dengan perlahan, pemuda itu kembali menempempelkan tangannya kembali ke punggung Soonyoung. Lalu ia memejamkan kedua mata peraknya, berkonsentrasi hingga muncul pendaran keperakan dari punggung Soonyoung.
Selama proses itu berlangsung, Soonyoung hanya diam dan memejamkan kedua matanya, menikmati kehangatan yang menyebar hingga ke seluruh tubuh dan tersenyum lebar ketika rasa sakit berangsur-angsur menghilang. Atau lebih tepatnya, memarnya yang menghilang.
"Terima kasih, Artemis." Soonyoung tersenyum lebar.
Pemuda itu terkekeh. "Ah... Betapa payahnya pemuda-pemuda zaman modern ini, huh. Kalau dulu, jangankan bengkak payah seperti ini, luka robek pun takkan membuat mereka gentar!"
Soonyoung mendengus dengan bibir mengerucut lucu. "Zaman kapan itu?'
"Zaman ketika Yunani kuno belum dihancurkan..."
Soonyoung melihat ada guratan kesedihan di wajah pemuda itu. "Hei, jangan sedih." Soonyoung mengusap pipi pemuda itu. "Aku masih merasa janggal dengan namamu, kau tahu? Makanya kumohon, jangan menangis dulu dan selesaikan kejanggalannya."
Pumuda itu mendelik kesal, bibirnya mengerucut lucu. "Apa anehnya, huh? Dengan nama itu aku telah dikenal selama beribu-ribu tahun lamanya, kau tahu?!"
Soonyoung menganggukan kepalanya cepat, matanya menatap rembulan di atas sana yang bersinar keperakan. "Kenapa ya... Mungkin karena kalau memanggilmu Artemis, aku hanya dapat membayangkanmu sebagai seorang wanita. Dan itu cukup aneh mengingat kau sekarang adalah... Seorang pria."
Pemuda di sisinya tertawa pelan. Terdengar bagai suara burung hutan yang indah dalam pendengaran Soonyoung, "Sebenarnya aku bisa mengubah penampilanku menjadi wanita, penasaran?" Satu alisnya terangkat menggoda.
Mata Soonyoung sontak melebar, begitu pula bibirnya. "K-kau bisa?"
Pemuda di sisinya tertawa lepas, tawa yang kini terdengar bagai suara sorphan malaikat dalam pendengaran Soonyoung. "Aku ini dewi---dewa---ya terserahlah, terlalu rumit untuk menjelaskannya. Dan karenanya tentu saja aku bisa mengubah apapun sesukaku."
"Termasuk takdir?"
"Oh, tidak." Pemuda bersurai keperakan itu menggeleng. "Itu adalah tugas Moirai."
Soonyoung mengerutkan alisnya bingung. "Jika kau bisa mengubah apapun sesukamu, mengapa kau tidak bisa mengubah takdir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Selene || Soonhoon (BxB)
Fanfiction[Completed] "Apa yang kau cintai itu hanyalah mitos belaka, bukalah matamu dan lihatlah kenyataan! Kau tidak hidup di zaman batu lagi!" "Dasar anak aneh, masa kau lebih mencintai dongeng hayalan negri barat itu daripada sejarah negaramu sendiri? Ka...