Part 1

22.3K 806 40
                                    

"Auranya negatif, barusan emang ada yang lewat, makanya tercium bau anyir." Seorang bernama Sigit mencoba menjelaskan keadaan sebenarnya berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata batinnya.

    Sigit adalah seorang pemuda berusia 31 tahun. Ia memiliki semacam keahlian yang tidak biasa. Bisa melihat dan berkomunikasi serta merasakan kehadiran makhluk gaib.

"Ah, yang benar, makhluk apa yang barusan lewat Git?" Seorang pemuda lainnya bertanya. Berusaha menanggapi pembicaraan temannya yang tiba-tiba saja, tidak ada angin tidak pula hujan, berucap demikian. Ia adalah Raden Kerta Kesuma. Teman sekaligus sahabat yang sejak kecil setia dan percaya pada kemampuan temannya itu.

"Biasa, si cantik lewat depan pohon kelapa itu."

Si cantik adalah sebutan yang sering Sigit gunakan untuk menyebut makhluk dari alam gaib berambut panjang awut-awutan berbaju putih kumal dan berwajah rata. Sosok wanita itu sebenarnya jauh dari kata cantik, malah terkesan menyeramkan. Namun Sigit urung memanggilnya dengan sebutan yang tidak baik. Katanya takut, kalau-kalau si cantik akan marah padanya.
Sigit pernah bilang, kalau si cantik adalah pemarah dan suka usil terhadap manusia. Jadi, jangan sekali-kali menggangu atau berurusan dengannya.

Raden Kerta Kesuma hanya manggut-manggut dan mengiyakan titah temannya itu.

Ketika itu adalah waktu maghrib. Adzan memang tengah berkumandang, keduanya asik berbincang di teras rumah milik Kerta Kesuma.

Di depan rumah megah bergaya klasik dengan desain bak hunian raja-raja itu, terdapat sebuah taman cukup luas dan ada dua buah pohon kelapa berdiri kokoh di sana. Selain pohon kelapa, ada pohon mangga dan delima turut memenuhi pekarangan rumah keluarga Raden Kerta Kesuma. Rumput jepang menghampar seperti karpet, tampak halus karena tertata rapi dan terawat.

Hingga adzan manghrib berhenti, keduanya masih belum beranjak dari tempat mereka duduk. Dua cangkir kopi dan kue-kue kering serta dua bungkus sigaret menemani bicang-bincang hangat dua anak manusia yang meskipun berbeda kasta, tetapi mereka tidak pernah mempersoalkannya.

***

Kejadian itu adalah 5 tahun yang lalu. Saat ini, Raden Kerta Kesuma telah menikah dan dikaruniai seorang putri nan cantik jelita. Banyak orang mengelu-elukan wajah rupawan sang putri. Hidungnya yang mancung, bibir mungilnya tampak merah, alisnya berbaris sempurna, kulitnya bersih, bulu-bulu halus di sekujur tangan dan kakinya, membuat orang betah berlama-lama menyentuh kulitnya. Tapi, hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan berdekatan dan melakukan kontak fisik dengannya. Ialah para emban atau ibu-ibu yang bekerja di rumah Raden Kerta Kesuma dan beberapa anggota keluarganya saja.
Bayi perempuan itu diberi nama Raden Ajeng Rindayu.

Kedua sahabat itu--Sigit dan Raden Kerta Kesuma telah 2 tahun tidak bertemu. Selepas mengahdiri acara pernikahan sahabatnya, Sigit bertolak ke sebuah daerah terpencil di lereng gunung Ciremai. Ia berkeinginan untuk memperdalam ilmu kebatinan yang sudah ia miliki sejak masih kecil. Kini, mereka dipertemukan kembali pada acara selametan atas kelahiran putri pertama Raden Kerta Kesuma.
Kepulangan Sigit ke kampung halaman telah didengar oleh sang Raden, meski demikian mereka belum sempat bertemu.

Undangan jamuan makan telah disebar. Acara selamatan ini disebut "Selapan", dilakukan tepat saat sang bayi berusia 35 hari atau selapan.

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan kalendar Jawa, di mana masyarakat Jawa menghitung hari dalam hitungan minggu sebanyak 7 hari (Senin - Minggu) dan hitungan pasaran di mana satu pasaran berjumlah 5 hari (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi). Perhitungan selapan berasal dari perkalian antara 7 dan 5 yang menghasilkan 35 hari. Pada hari ini juga, hari weton si bayi akan berulang. Sebagai contoh, bila sang bayi lahir pada Kamis Pahing, maka selapanannya akan jatuh tepat pada hari Kamis Pahing pula. Unik dan mengandung unsur mistik, itulah yang tergambar dari acara Selapanan.

Astral (Telah Terbit, Penerbit : Pustaka Tunggal Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang