"Berjuang sendirian itu nyatanya sulit, lebih sakit dan juga rumit"
_____________________________________
Hari Senin ini Ticha sudah masuk sekolah seperti biasa. Begitupun dengan Agatha."Tha, lo naik motor kan? Gue ikut ya? "
Kening Agatha berkerut. Bukankah kakaknya tidak mau teman temannya tahu bahwa dia adiknya. Ah, tapi bodo amat. Yang penting kakaknya selamat. Agatha hanya mengangguk. Perubahan Agatha cukup dirasakan Ticha. Bagaimana tidak. Agatha yang suka pecicilan dan cerewet dalam hitungan menit sudah menjadi Agatha yang pendiam dan cuek.
Keduanya hanya diam sepanjang perjalanan. Akhirnya, Ticha memulai membuka pembicaraan.
"Lo biasanya cerewet Ta, kog sekarang jadi pendiam? "
"nggak. Biasa aja" jawan Agatha singkat.
"mungkin perasaan gue aja kali ya. Oh ya. Bunda sama Ayah belum ada kabarnya? " pertanyaan itu membuat Agatha sedikit memelankan kendaraannya. Ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya.
"belum"
"kakak takut Agatha. Bunda sama Ayah udah berbulan bulan nggak ada kabarnya" .
"kakak nggak usah takut. Disini ada aku, Agatha. Adik kakak satu satunya ini nggak akan ninggalin kakak kemana mana" . penuturan Agatha barusan membuat Ticha melengkungkan senyum tipisnya.
"gue itu beruntung banget bisa punya adek kaya lo Tha. Tapi sayang. Jomblo. Gue penasaran aja, apa yang ngebuat lo jadi jones kaya gini. Secara banyak juga cewek yang klepek klepek sama lo. Kalo aja cewek cewek denger penuturan lo ke gue barusan, udah pasti mereka malah jatuh tuh tuh cinta ta ta sama lo. Gue yakin itu"
Agatha hanya diam. Pikirannya sekarang sedang melayang kemana mana. Hingga mereka tiba di SMA Jaya Bakti.
Ticha segera menuju kelasnya, XII IPA 2. Disana sudah ada Allea.
"Ichi Ocha!!!" teriak nya melengking yang sangat terdengar keras karena belum banyak anak yang berdatangan.
"Lea!" balas Ticha sambil memeluk sahabatnya itu.
"tumben wajahnya ceria. Biasanya aja kalo nggak nangis ya diam, pucet kaya apel habis digigit" ledek Allea. Ticha hanya mendengus sebal.
"ada sahabatnya lagi seneng. Bukannya ikut seneng malah ngeledekin kaya gitu. Jahat lo Lea. " gerutu Ticha. Allea hanya tertawa.
"eh tunggu! "
Teriakan Allea barusan membuat Ticha yang sebenarnya ingin menyalin catatannya terhenti.
"lo ceria kaya gini, pasti lo belum tahu berita soal Rivan? " tanyanya sedikit khawatir. Karena dia baru saja melihat sahabatnya seceria ini.
Entah kenapa hati Ticha seperti diremas. Sakit. Mendengar 'berita soal Rivan' . Ada apa dengan remaja itu? Ia takut jika ketakutan kemaren benar benar terjadi.
"tapi lo jangan nangis ya? Ri-Ri-Rivan kecelakaan "
Ticha kaget setengah mati. Dia baru saja keluar rumah sakit, sekarang kenapa bergantian dengan Rivan.
"lo tau rumah sakitnya kan? Nanti sepulang sekolah anter gue ya Lea? " ucapan Ticha membuat Allea takut jika anak ini akan meneteskan air matanya kembali. Dan benar. Satu tetesan air itu meluncur jadi wajah cantik Ticha.
Allea memeluk sahabatnya itu. Ia merasa bersalah telah menghilangkan senyuman indah Ticha.
"Lea minta maaf ya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Novela Juvenil"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...