Chapter 2 - Awaken

1.9K 142 7
                                    

Today - 08.07 PM


"Tidak terdengar suara di dalam, apa aku harus menemui mereka, Pa?"

Khawatir, itu yang terdengar dari suaranya. Tatapannya begitu serius pada suaminya.

"Jangan sayang, biarkan mereka istirahat. Lebih baik kita makan malam sekarang."

"Aku masih belum mengerti siapa mereka, Pa? Dari mana asal mereka? Apa yang telah mereka lakukan? Atau lebih tepatnya, siapa yang mengejar mereka?"

"Kita akan mengetahui jawabannya besok, Ma. Mari kita tidur setelah makan. Mereka akan membutuhkan bantuan kita besok."

❄❄❄❄❄

Next 3 Days - At Dawn (Fajar)


Laki-laki itu mulai membuka matanya. Pandangannya langsung tertuju pada gadis yang masih tertidur dengan begitu pulas di dadanya.

Aku mengenalnya, kata yang terlintas dalam pikirannya.

Lemas juga kepala yang terasa begitu berat apalagi untuk berpikir, itu yang dia rasakan sekarang. Seperti tidak ingin terlihat lengah, pandangannya menyebar di setiap sudut ruangan.

Tidak ada suara apapun yang terdengar. Langit masih begitu gelap di luar namun dia tahu kalau fajar akan segera datang.

"Tiziana," dia mulai bersuara, "Tiziana, Tiziana,"  suara yang begitu lirih tapi cukup untuk membangunkan gadis yang tertidur pulas di dadanya.

Sekali, dua kali, mata gadis yang dipanggilnya mulai mengerjab, berusaha untuk membukannya dengan sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali, dua kali, mata gadis yang dipanggilnya mulai mengerjab, berusaha untuk membukannya dengan sempurna. Tatapan sendu itu terlihat begitu jelas dari manik hujau zambrud yang begitu memikat.

"Oh, God. Kamu sudah sadar. Terima kasih, Tuhan."

Perlahan, Tiziana mulai memegang rahang tegas laki-laki tampan di sampingnya dengan senyum yang terlihat begitu manis yang tanpa dia sadari, air matanya menetes begitu saja hingga membasahi pipinya.

"Hai, tidak apa-apa," suara dalamnya kembali terdengar, "aku masih di sini. Bersamamu."

Diusapnya pipi basah Tiziana dengan lembut. Pandangannya masih begitu fokus pada mata hijau gadis yang begitu cantik, mungkin dia adalah gadis tercantik yang pernah dilihatnya selama hidupnya apalagi dengan mata hijau jernih yang memikat siapa saja yang melihatnya.

Dengan satu gerakan lembut, dia menarik wajah cantik tanpa dosa itu hingga begitu dekat dengan wajahnya.

"Terima kasih sudah menyelamatkan hidupku."

Tangan kecil itu masih setia di rahang tegasnya. Sesekali mengusapnya dengan begitu lembut.

"Kamu membuatku takut. Apa kamu tahu, kamu sudah tidak sadarkan diri selama tiga hari. Oh God, aku kira tidak akan pernah melihatmu lagi."

The Cygnus's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang