9

5.3K 93 20
                                    

Yuriva melirik ke kursi belakang tempat Anin tertidur. Ia baru saja sampai di parkiran bawah tanah hotelnya. Sudah sekitar 5 menit Yuriva hanya diam memikirkan bagaimana ia membawa Anin ke kamarnya.

"Nghhh" Yuriva langsung menengok ke arah Anin yang menggeliat dan membuka matanya. "Aduh" Erang Anin sambil memegang kepalanya.

"Kak Anin"

"Eh? Yuriva ya?"

"Iya Ka"

"Kok.. Arrgghhhh" Anin meringis kesakitan. "Kak Anin aku anterin ke kamar hotel aku dulu?"

Anin hanya diam sambil masih memegang kepalanya. Yuriva yang terlampau khawatir segera keluar dari mobilnya. Yuriva membuka pintu belakang mobil dan membantu Anin untuk berjalan dari mobilnya.

"Maaf ngerepotin"

"Anggep aja balas budi Kak"

Anin tersenyum. Wajahnya terlihat sangat pucat. Yuriva tau itu. Ia merasa sangat marah dengan Fadly yang telah melakukan sesuatu dengan Anin.

*****

Sementara itu di tempat lain..
Anin baru saja di tempatkan di kamar Yuri. Yuri meringis melihat keadaan Anin yang sangat kacau. Wajah Anin masih terlihat mabuk. Masih sangat memerah.

Selain itu, Yuri juga merasakan sesuatu yang ganjal dari tingkah Anin saat ia berusaha membawanya kemari. Anin selalu berusaha untuk mencium dirinya, entah itu di leher atau pipinya.

"Yuri"

Yuri menoleh dan terkejut melihat Anin berdiri menghadapnya. Bukan masalah itu sebenarnya tetapi tatapan mabuk Anin yang seakan ingin menerkam dirinya. "K-Kak A-A-Anin?"

Anin berjalan mendekati Yuri dengan perlahan dan mendorong tubuh Yuri perlahan ke belakang. Yuri yang ditatap seperti itu tentu tak dapat berkutik, detak jantungnya terasa berdetak lebih cepat bahkan tubuhnya kini sudah bertabrakan dengan dinding di belakangnya.

Anin mendekatkan bibirnya ke bibir Yuriva, tangannya meraih dagu Yuriva dan menekan ciuman antara dirinya dan Yuri.

Yuri sama sekali tak membalas. Ia tak kuasa melihat tatapan sayu Anin yang sangat sangat berbeda dengan tatapan Anin yang siang tadi menyelamatkan nyawanya. "Ka.."

*****

Anin terbangun dari tidurnya. Ia merasa begitu kedinginan. Namun saat ia mendekap dirinya. Ia tersadar bahwa tubuhnya tengah tak memakai apapun kecuali selimut yang menyelimuti tubuhnya. "Jangan jangan.." Anin segera menoleh ke samping. "Y-Yuriva.. Jadi yang semalem itu?!"

Anin bangun dari tidurnya, nafasnya terengah engah begitu cepat. "Mhhhh..." Yuriva disampingnya menggeliat dan memeluk Anin. "Ka Anin udah bangun?"

"Yuriva.."

"Kenapa Ka?"

"Maaf" Yuriva tersenyum mengerti, ia ikut duduk dan memeluk pinggang Anin. "Gapapa Ka" Yuri mencium pipi Anin pelan. "Aku sayang kamu Ka"

Deg.
Nafas Anin tercekat. "Apa?"

"Aku sayang Kamu Ka Aninnnn"

******

Michelle berdiri di depan perkarangan rumahnya. Ia memandang ke sekeliling rumah yang menjadi tempatnya berteduh dari kecil hingga sekarang.

Entah apa yang membuatnya memilih untuk berdiri disini. Menikmati udara pagi yang begitu menyejukan hati serta pikirannya yang runyam beberapa minggu terakhir.

"Non Michelle"

"Kenapa Bi?" Michelle menoleh ke arah Bi Ina. "Ada Mas Boby di depan Non"

"Boby?" Michelle terdiam cukup heran karena Boby sama sekali tak memberitahunya bahwa ia akan kesini. "Ah makasih Bi, bentar lagi aku ke depan"

Trip 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang