Seharian ini saja, perubahan sudah terlihat. Veyla yang biasanya sibuk sendiri dikelas, sekarang ia memperhatikan sepanjang pelajaran tanpa terkecuali. Bahkan dia berani maju ke depan dan menjadi orang pertama yang mengingatkan guru untuk memberinya kisi-kisi ulangan nanti.
"Lo sehat?" akhirnya pertanyaan itu bisa dikeluarkan Irma begitu mereka keluar kelas.
Vey hanya mengangguk, fokus pada buku cetak dipangkuannya.
"Oi, oi.." Tasya yang sama sekali tidak mempermasalahkan perubahan mendadak nan drastis itu menarik Vey ke kantin, kalo dibiarin mungkin Vey bisa jatuh cuma karena kedua matanya udah betah banget membaca sedari tadi.
"Tas, lo yakin dia sehat?" Irma malah menahan langkah Tasya.
Tasya hanya mengangkat kedua bahunya seraya menuntun Vey duduk. "Mau pesen apa kalian?"
"Apa aja." jawab Vey nambah bikin Irma risi.
"Ish! Ini nih hal yang bikin gue nggak suka sama kutu buku!" Irma merampas buku cetak itu se-enaknya. "Cuek! Nggak perhatian!"
"Ah udah deh.. Makannya terserah gue aja deh, lagian gue yang bayar kok!" tukas Tasya kesal sendiri dengan tingkah Irma yang sedari tadi menggagu Vey. Padahalkan sahabatnya itu berubah ke hal yang baik.
Tidak mempedulikan buku yang diambil Irma. Vey malah menyahut Tasya, "beneran nih, Tas?"
"Iyah.." jawab Tasya dari kejauhan. Gadis itu sudah memesan makanan diikuti Irma yang mengekorinya ke tempat tukang bakso.
Setelah tiga mangkok bakso dan tiga gelas es jeruk berada di meja mereka, Irma kembali lagi mengoceh dengan perubahan mendadak Vey lagi.
"Pasti ada alesan kan lo kaya gini?" Irma menatap Vey lekat.
"Apalagi kalo bukan uang bulanannya telat turun, kaya temenan baru-baru aja lu ah!" Tasya menyikut Irma lalu memakan bakso pedasnya.
"Hmm.." Vey menggantungkan kalimatnya lalu berbisik, "pokoknya nilai gue harus pindah ke kolom kanan!"
"Ohok!!" Tasya yang mendengarnya langsung terbatuk keselek. Irma pun sigap memberikan es jeruknya pada Tasya. "Seriusan! Lo kesurupan apa sih hari ini?"
Mendengar pertanyaan Tasya yang rasanya seperti sejenis dengan pertanyaan yang sempat diajukannya tadi, Irma kembali mengambil es jeruknya seraya mencibir kesal.
"Nah, maka dari itu gue nanya mulu, pasti ada hal paling mendasar diantara semua ini kan?" Irma mengorek lebih lanjut.
"Hm.. Gimana yah?"
"Ouh lo mau gituan nih? Bayar sendiri aja, gue cuma mau traktir Irma." Tasya mulai memasang wajah juteknya.
Vey pun mulai merengek. "Yah, jangan gitu dong, Tas?"
"Makannya kasih tau!" tukas keduanya bersamaan.
Vey ragu. Tapi kalo dia nggak bilang, nggak mungkin kan ada rahasia diantara mereka. Apalagi sama sahabat, siapa tahu kalo nanti dia butuh bantuan kan lebih mudah jadinya. Daripada nyonya Tasya sampai marah, bisa ribet lagi nanti Vey harus berurusan dengan Dendi.
"Yaudah deh, tapi janji yah jangan berisik!" bisik Vey, dan kepala mereka bertiga pun merapat cepat.
"Kalo nilai gue ke kolom kanan, Prince Charming udah janji sama gue kalo kita bakalan double date." bisik Vey bikin kedua mata temannya melotot.
Irma berdiri dari duduknya lalu berkacak pinggang mengusap dahinya sendiri. "Sumpah! Sulit banget gue buat percaya!"
Sementara Tasya langsung menghabiskan es jeruknya dan es jeruk milik Irma. Dia langsung dehidrasi mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Ice And I
Teen FictionCerita tentang penyesalan, rahasia, ketertarikan, dan pandangan tentang cinta. ______________________________ Arga Irawan seorang senior cakep juga menawan. Merupakan the most wanted sekolah, yang sulit diincar. Dengan julukan "Prince Charming "...