⏺ CEMAS⏺

23 9 4
                                    

Kembali lagi bersama saya dududu .

-sahabat itu seperti bintang, meskipun tak terlihat namun ia selalu ada-

"Es teh dua, mie ayam satu ya mang," ucap seseorang sambil berjalan menuju tempat duduk yang ada di pojok kantin untuk menghampiri teman temannnya, ia kemudian mendudukkan bokongnya di dekat sahabatnya yang bernama Revon.

"Dari mana sih nand, lama buanget!" tanya Reno yang saat ini duduk dihadapannya.

Mendengar pertanyaan sahabatnya, laki laki yang sedang fokus menatap ponsel menunggu pesananya itu, beralih menatap sang pemberi pertanyaan sedang sahabatnya yang lain ikut menanti jawaban darinya.

"Kenapa? Kangen lo?" Ah. Jawaban dari Denand membuat ketiga sahabatnya kecewa, seharusnya mereka sudah tahu jika jawaban yang diberikan oleh seorang Denand itu selalu melenceng dari topik pembicaraan.

Melihat ekspresi ketiga sahabatnya itu Denand malah tertawa, membuat ketiga orang tadi sangat ingin sekali melemparnya ke kolam ikan di taman sekolah.

"Bege lo nand!" Angga berucap dengan ketus dan disahuti oleh Reno "dari lahir dia mah,"

"Ck, udah makan cepet" kata Denand memperingatkan teman temannya saat pesanan mereka datang.

Setelah itu mereka memulai makan dengan berbagai macam obrolan, mulai dari kegilaan Reno saat berangkat sekolah, kucing tetangga Revon, sampai adiknya Angga yang jatuh dari kursi dan masih banyak keseruan lainnya.

Mereka adalah sahabat terbaik yang Denand miliki, yang selalu ada untuknya disaat dirinya mengalami kesulitan. Yang selalu bisa menghiburnya ketika bersedih, baginya sahabatnya adalah keluarga kedua untuknya.

Albilo Denand Putra Angkara. Laki laki yang saat ini sedang dibicarakan, laki laki badboy yang entah mengapa bisa menjadi ketua OSIS di sekolah mereka, laki laki yang telah menolong Luna.

Dia bukan laki laki dingin atau cuek seperti most wanted yang ada di novel novel. Dia hanya seorang bernama Denand dengan berbagai kepribadian di dalam kehidupannya.

--------

Gisel saat ini masih berada di UKS menunggu Luna yang belum sadar sejak 30 menit yang lalu, dia takut terjadi apa apa dengan sahabatnya.

"Shh.."

Gisel menatap sahabatnya yang mulai sadar, dilihatnya Luna yang sedang mengerjapkan matanya perlahan kemudian terbuka "Lun, lo nggak papa kan?!" ucapnya panik saat Luna hanya membuka dan menutup matanya. Masih menyesuaikan penglihatannya.

"Lun, ada yang sakit? Gue minta maaf ya," Gisel kembali berucap.

Luna yang baru sadar belum berniat menjawab pertanyaan sahabatnya, ia masih mengingat ingat mengapa dirinya bisa pingsan dan berada di UKS. Ah, iya dirinya ingat kejadian di lapangan tadi namun dia tidak ingat mengapa dia bisa sampai di UKS, mungkin petugas PMR yang membawanya kesini, pikirnya.

Perlahan Luna mencoba duduk dibantu oleh Gisel, sahabatnya itu terlihat sngat khawatir dengan keadaannya sekarang. Sungguh Gisel sangat tidak pantas jika menasang ekspresi khawatir seperti itu, jika dalam kondisi biasa mungkin ia sudah tertawa bahkan mengejeknya namun kembali lagi itu hanya akan terjadi bila dirinya dalam kondisi 'biasa'.

"Gimana? Ada yang sakit? Lo nggak papa kan?" Tanya Gisel mengulang pertanyaannya tadi membuat Luna tersenyum.

"Satu satulah, Gis"

"Ish. Iya iya gue khawatir sama lo, yaudah cepet jawab!"

"Aku nggak papa kok, nggak ada yang sakit" mungkin hati aku yang sakit Gis.

"Hah" sahabatnya itu menghela nafas terlihat begitu lega kemudian kembali berbicara "Syukur deh, gue bakal sedih kalau lo kenapa napa Lun"

"Iya, aku juga nggak bakal kenapa napa Gis," jawab Luna meyakinkan sahabatnya.

Gisel menatap Luna sambil memegang tangannya kemudian berkata " Lo harus inget Lun, apapun yang terjadi gue bakal ada disamping lo. Oke!" ucapnya sambli tersenyum lembut.

"Makasih ya Gis, tapi kamu nggak perlu bersikap kaya gini. Cukup jadi Gisel seperti biasa, soalnya kamu nggak cocok jadi kalem begini," Luna berkata lirih,

"Enak aja, sahabatnya berubah tuh didukung dong malah ngeledek!" protes Gisel, kemudian mendekat dan memeluk sahabatnya yang juga dibalas pelukan oleh Luna.

"Maaf Gis karena aku udah bohong sama kamu, aku nggak mau bikin kamu khawatir terus sama aku. Aku bakal berusaha lebih bahagia karena ada kamu di samping aku. Trimakasih Tuhan karena engkau telah memberiku sahabat yang tulus seperti Gisel." batin Luna.

"Maafin gue Lun. Kalau bukan karena gue, lo nggak mungkin jadi kaya gini. Gue belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo, tapi mulai saat ini gue bakal berusaha buat lo bangkit dan ngerasain bahagia lagi." batin Gisel.

Setelah beberapa lama terdiam, mereka berdua melepaskan pelukannya. Luna bangkit dari tempat tidur dan mengajak Gisel untuk kembali ke kelas mereka.

"Gis, tadi yang bawa aku ke UKS siapa? Petugas PMR ya?"

"Hah?! Oh..itu tadi lo digendong sama Denand gilak,"

Luna menatap sahabatnya tidak percaya, dia digendong oleh Denand? Apa benar?

"Yang bener? Denand yang kata ketua OSIS itu?"

"Ya benerlah, ngapain gue bohong,"

"Ya kan siapa tahu, besok temenin ngucapin makasih ya Gis,"

"Iya iya, tenang aja"

"Soalnya aku kan nggak tahu pasti orangnya yang mana" ucap Luna dengan polosnya.

Gisel memutar bola matanya malas sebelum membalas perkataan Luna "emang ada yang lo tahu kecuali angka dan huruf Lun?"

Luna hanya membalas dengan cengirannya "Ada. Kamu, guru guru, tukang ke--" jawabnya sambil tersenyum namun lebih dulu terpotong.

"Sebahagia lo aja deh!"

Makasih buat kalian yang sudah mau nyempetin baca. Ditunggu like dan komennya ya :)
Follow juga akun ku
Makasih sekali lagi

DENANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang