Bab 8

2.2K 163 11
                                    

Aurel memarkirkan mobilnya tak jauh dari sekolah Ali. Tak lama, terlihat Ali keluar gerbang, Aurel berteriak memanggil namanya. Segera Ali menghampiri mobil Maminya. Lalu masuk lewat pintu belakang.

"Tumben Mami jemput aku?." tanya Ali heran.
"Tadi kita jenguk Ani yang sakit demam. Karna jalan pulang searah dengan sekolah kamu jadinya sekalian saja." jelas Aurel, menjalankan mobilnya.
"Keadaan Ani gimana?." tanya Ali penasaran.
"Masih demam. Udah dua hari tapi demamnya belum turun."

Ali ikut prihatin.

Setibanya dirumah, mereka masuk kamar masing-masing. Aurel merebahkan sejenak tubuhnya di sofa. Hari yang melelahkan.
Saat hari mulai malam, Aurel menyiapkan makan malam, sudah ada beberapa makanan di meja makan. Sembari menunggu Welda pulang, mereka bertiga berbincang-bincang di sofa mengenai kegiatan mereka disekolah. Canda tawa mengisi kesepian suasana.

"Kesya. Gimana sholat kamu disekolah?." tanya Aurel.

Kesya hanya menatap Aurel tanpa kata.

"Kenapa?." tanya Aurel lagi.

Kesya menggeleng.

"Aku gak pernah liat Kesya sholat dirumah." sahut Ali.
"Apa disekolah kamu juga gak sholat sayang?." tanya Aurel lemah lembut.

Kesya melihat ke sekeliling. Meyakinkan bahwa ruangan itu aman. Kesya mendekati Aurel, benar-benar duduk berdempetan dengan Aurel, seperti meminta perlindungan.

"Dia menyuruhku menghentikan hal itu." katanya sangat lirih.
"Siapa yang kamu maksud?." tanya Aurel.
"Sia, Mi."

Ali bergidik ngeri, ia meloncat dari tempatnya dan pindah dekat Maminya. Memeluk Aurel erat-erat. Sekarang Aurel diapit kedua anaknya, memeluk Ali dengan tangan kiri dan memeluk Kesya dengan tangan kanan.
"Sia itu bonekamu kan?." tanya Aurel pelan.
"Dia bukan sekedar boneka, dia temanku." kata Kesya, membuat bulu kuduk Aurel dan Ali merinding.
"Apa dia hidup?." tanya Aurel menyelidik.

Kesya mengangguk pelan.

"Apa dia anak kecil memakai gaun putih?." tanya Aurel lagi.

Namun Kesya menggeleng,

Tunggu, kenapa Kesya menggeleng? Satu-satunya yang ia lihat adalah sesosok gadis kecil menggunakan gaun putih. Lalu siapa yang dimaksud Sia itu?

"Trus dia seperti apa?."
"Jangan-jangan dia wanita yang aku liat, Mi." sahut Ali ketakutan.
"Wanita yang membuatmu takut malam itu?." tanya Aurel melirik Ali.

Ali mengangguk.

OH TIDAK!!!
Ternyata tidak hanya satu, ada dua mungkin bisa lebih. Makhluk apa saja yang bersemayam dirumahnya ini? Aurel hanya melihat satu sosok, tapi kata anak-anaknya ada sosok wanita, bukan anak kecil.

Krekkk!!

Suara pintu terbuka memecahkan heningnya malam. Jantung Ali dan Aurel berdebar hebat, seakan ingin berteriak sekuat tenaga. Karna Kesya masih gadis yang polos, dia tak takut pada sosok itu, karna baginya wanita itu adalah temannya. Terasa ada yang memegang bahu Aurel, jemari-jemari itu meraba bahu kirinya perlahan. Aurel gemetar dan membaca doa dalam hati, Ali memeluk Aurel tanpa menengok kebelakang punggung Maminya. Lalu, jemari satunya mulai meraba bahu kanannya. Aurel menggigil ketakutan, lalu berteriak dengan memejamkan matanya. Sontak suara teriakan Aurel membuat Ali dan Kesya ikut berteriak.

"Hei, kenapa kalian ini?." tanya sebuah suara dibelakangnya, suara berat itu mereka mengenalnya.

Aurel membuka matanya, menengok kebelakang dan ternyata itu Welda. Jantung Aurel hampir copot dibuat olehnya.

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang