Kepingan Masa Lalu

151 50 64
                                    

"Bella ayo kejar aku! Hahahaha..."

Dua gadis remaja berlarian di bawah derasnya hujan. Tertawa lepas menikmati guyuran hujan.

"Joya tunggu."

Kedua remaja itu bergandengan dan berputar-putar di sebuah taman dengan masih menggunakan seragam putih abu-abunya.

"Aku suka banget hujan Bel, karena kamu suka hujan juga. Kita buat perjanjian yuk."

"Hahahhaa. Perjanjian apa Joy?"

Gadis bernama Joya itu tampak tersenyum wajah cantiknya tak pernah pudar, "Be my best friend. To this time and so on. Hopefully love is not undermines all the between us."

Bella mengangguk dan memeluk sahabatnya erat, "Promise."

Joya merenggangkan pelukannya lalu berlari, "Hahha ayo kejar aku lagi Bel."

***

Siang ini cuaca begitu terik. Seorang gadis duduk di cafe seperti sedang menanti kedatangan seseorang. Entah sudah berapa lama. Langit cerah tapi tak secerah hatinya.

"Woi!"

Reflek gadis itu terlonjak dan memukul lengan seorang yang mengagetkannya.

"Gak usah ngagetin bisa kan?!"

Lawan bicaranya malah tertawa senang, "Hahahahaha lagian lo asik ngelamun, kenapa sih?"

"Gue pusing lagi butuh temen curhat, Sya."

Bella, begitu orang memanggilnya. Seorang yang banyak dikagumi karena paras dan sejuta prestasinya. Bagaimana tidak?! Dia lulus di perguruan tinggi ternama dengan predikat cumlaude. Banyak perusahaan yang mengantri untuk memintanya menjadi salah satu bagian dari mereka.

"Yaudah curhat aja. Siapa tau gue bisa bantu lo," jawab Trisya-rekan kerjanya.

Bella tampak gusar, "Udah tiga hari ini gue selalu di teror. Tiap sore gue pasti dapet ginian." Bella mengeluarkan barang dari dalam plastik hitam.

"Apaan Bel?"

"Lo buka aja. Gue takut sebenernya. Apalagi gue di rumah cuma sama Fania," jelas Bella.

Trisya membuka isi kantong plastik tersebut dengan sangat hati-hati. Matanya membelalak tak percaya dan reflek menjatuhkan isi kantong plastik tersebut

"Gila Bel. Sumpah gue takut. Itu kain kafan kan?"

Trisya melihat tanah yang terbungkus kain kafan. Terlihat kotor, sepertinya memang kain kafan bekas. Dan itu membuat Bella semakin takut.

"Buat apa coba, lo nemuin ini dimana. Apa tempatnya selalu sama?" tanyanya lagi.

"Gue juga takut, Sya. Gue selalu nemuin ini di depan pintu rumah gue pas gue pulang kerja."

"Ini sih jelas bukan orang iseng Bel. Apa selama ini lo punya musuh?"

Pertanyaan Trisya lah yang sedari tadi Bella pikirkan. Apa aku punya musuh? Batinnya. Matanya menerawang jauh. Hingga ingatannya kembali terekam saat...

Fragment Of The Past [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang