8. Kafe

967 165 21
                                    

d'Amour Coffee.

Saat ini Hyunsuk sudah berdiri di depan kafe dimana Shim Jaeyong bekerja. Hyunsuk meneliti kafe di depannya dengan seksama.

Jujur ia tidak pernah ke tempat seperti ini. Karena Hyunsuk walaupun seperti orang yang memiliki waktu luang, sebenarnya itu tidak benar. Ia terlalu sibuk untuk keluar atau untuk sekedar nongkrong di kafe. Hyunsuk punya alasan.

Perlahan Hyunsuk membuka pintu kaca kafe tersebut. Indera penciumannya disambut oleh aroma khas kopi. Dengan sedikit ragu, Hyunsuk mendekati kasir dimana seorang pemuda berwajah manis itu berada.

"Pesan apa?" tanya pemuda manis dengan senyumannya.

Hyunsuk bingung. Ia tidak tahu harus pesan apa dan melakukan apa, karena tujuannya hanya untuk bertemu Shim Jaeyong.

Pemuda manis itu sepertinya mengerti kebingungan Hyunsuk. Dengan sabar ia menjelaskan menu-menu kopi andalan kafe mereka dan beberapa kue manis.

"Aku pesan.." Hyunsuk masih bingung. Hyunsuk tidak tahu harus pesan apa, ia pernah dibelikan kopi oleh adiknya jika setelah jalan-jalan. Kopinya rasanya manis dan kental. Pokoknya kopi kesukaannya.

Sayangnya Hyunsuk tidak tahu nama kopi itu.

"Latte macchiato." Suara berat dari arah sampingnya, membuat Hyunsuk menoleh ke sumber suara tersebut. Mata sipitnya membola lucu. "Sudah lama?" sapa orang itu.

"Shim Jaeyong-ssi.." ucap Hyunsuk ragu. Jaeyong ingin sekali tertawa melihat ekspresi terkejut Hyunsuk yang lucu.

"Jaeyong kau kenal dia?" tanya si pemuda manis. Jaeyong mengangguk.

"Gratiskan untuknya Hyunsoo." Ucap Jaeyong pada si pemuda manis.

"Ok!" Hyunsoo lalu memberikan minuman pesanan Hyunsuk pada sang barista.

"Pesanlah apapun. Aku yang akan mentraktirmu." Ucap Jaeyong seraya mengacak rambut Hyunsuk.

Mendengar kata traktiran membuatnya senang sekali. Padahal Jaeyong sudah memberikannya voucher gratis untuk dua orang, tapi Jaeyong malah mentraktir Hyunsuk. Ckckck.. dasar orang yang tidak sayang uang.

Jaeyong lalu menyuruh Hyunsuk untuk duduk di sudut ruangan. Jadi dari tempat duduk Hyunsuk yang strategis ini, ia bisa melihat orang keluar masuk dari tempatnya.

Tak lama segelas lattemacchiato terhidang di depannya begitu pula sepotong brownies dan maccaron. Melihat kue yang berada di depannya, Hyunsuk tanpa sadar meneguk ludahnya dan menatap lapar.

Jaeyong geleng-geleng kepala ketika melihat Hyunsuk dengan rakusnya memakan kuenya. saat Hyunsuk makan dengan lahap, jangan heran jika ia tidak peduli sekitarnya. Yang penting perutnya kenyang dan keinginannya terpenuhi.

Setelah Hyunsuk memakan sepotong brownies terakhirnya. Hyunsuk meminum latte macchiato yang dipesankan Jaeyong.

Sedetik kemudian, mata sipitnya membola dan menatap Jaeyong dengan tidak percaya. Sedangkan Jaeyong menaikkan salah satu alisnya tanda tidak mengerti 'kenapa ia ditatap seperti itu?'.

"Bagaimana Jaeyong-ssi tahu kalau ini minuman kesukaanku?" tanya Hyunsuk tak percaya.

Jaeyong terkikik geli. Dengan santainya ia mendekat dan bicara tepat di depan wajah Hyunsuk.

"Aku hanya menebaknya." Jelas Jaeyong singkat. Lalu jari Jaeyong mengusap sudut bibir Hyunsuk yang belepotan latte dan menjilatnya. "Kamu ini pasti kelas satu SMA ya? Cara minum sama makanmu belepotan." Jaeyong geli sendiri dengan tingkah Hyunsuk.

Nine Wishes - Choi Hyunsuk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang