Chapter 10

74 6 0
                                    

"Ssssttt."

Aku mengode Seokjin Hyung yang baru saja akan protes saat melihatku menggendong wanita dari dalam mobil. Pukul dua pagi, kami baru sampai setelah lima jam lamanya perjalanan dari Seoul. Dan yang kupaksa untuk ikut ke Busan tidur sepanjang jalan. Lelap sekali hingga aku tidak tega membangunkannya.

"Kau menculik anak orang hah?"

Aku menghela napas. Sedangkan wanita dalam gendongku sedang mencari posisi ternyaman di dadaku. Shit! Jangan terpengaruh Jungkook! Tahan hasratmu!

"Biarkan aku masuk dulu Hyung. Gadis ini berat loh." Bohongku. Ya Ahra terasa ringan sekali dalam gendonganku.

Jin Hyung memberiku jalan masuk ke rumah. Dengan segera aku menuju kamarku. Aku menoleh pada Jin Hyung.

"Hyung bukakan."

"Kau hutang penjelasan padaku Jeon!" Ujarnya seraya membukakan pintu kamar.

Tanpa menjawab perkataan Seokjin hyung aku langsung masuk kedalam kamarku, gelap menyapa tapi aku terlampau hapal tatanan istanaku.

Segera kubaringkan Ahra ke ranjang. Sedikit gadis itu menggeliat saat aku menyelimutinya hingga dada. Ah wajahnya begitu polos saat dirinya tertidur seperti ini. Pasti lelah sekali sekalinya harinya kemarin.

"Mimpi indah." Aku mengecup dahinya lama. Menghirup aroma kulitnya yang menyenangkan.

Aku menyalakan lampu tidur dan beranjak dari ranjang. Rencanaku selanjutnya adalah tidur dengan Ibu.

"Siapa dia?"

"Astaga!" Aku terkejut mendapati Hyung sepupuku ini masih didepan pintu kamarku.

"Aku tidak pernah membawa wanita ke rumah kan?"

Pria dengan bahu lebar itu melongo. "Pacarmu?"

Herannya masih bertanya. Ck.

"Aku sudah tua untuk pacaran hyung." Aku berlalu dari Seokjin Hyung.

"Apa dia calon menantu Eomma, Kook?"

Senyumku mengembang. Rasanya senang saat mendengar Jung Ahra memiliki julukan sebagai Calon menantu Eomma. Haha.

"Eomma dikamar kan?"

Seokjin Hyung mengikutiku. "Eomma pasti akan marah padamu, Kook."

"Aku tau."

Aku berhenti didepan pintu kamar beraksen mode eropa. Menghela napas pelan, lalu menoleh kebelakang,

"Hyung mau ikut masuk?"

"Aku akan pulang saja."

Aku mengendikkan bahu. Toh rumahnya didepan dirumahku. Suka-suka dia saja.

"Kunci pintu depan Hyung." Setelah mengucapkan perintah, aku segera masuk kedalam kamar Eomma.

Diatas tempat tidur berpilar empat disetiap sisi, sosok wanita panutanku terlelap. Aku tahu Jin Hyung hanya berbohong soal Eomma sakit. Lihatlah wanita tua yang masih terlihat cantik ini. Bahkan saat tidur saja, sinar wajahnya masih terpancar jelas.

"Aku pulang Eomma." Meraih tangan kanannya dan mengecupnya pelan.

"Masih ingat rumah?"

Eh?


"Eomma bangun?"

"Bahkan suara mobilmu mengacaukan tidur istimewaku."

Jadi Eomma sudah tahu aku datang sejak tadi?

"Aku minta maaf, eomma." Aku mengeratkan genggaman tanganku.

"Terlalu pagi untuk berbincang. Sini tidur disebelahku."

Aku melepas sepatu dan langsung naik keatas. Lupakan sejenak berapa umurku, karna aku sangat rindu pelukan eomma.

"Kau wangi sekali."

"Aku ini anak penyuka kebersihan tau." Aku memeluk Eomma dan menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya.

"Aku tahu. Seperti mendiang appamu."

Semua menggelap dalam satu detik jarum jam berpindah.

***

"Sudah bangun?"

Sapaku pada seseorang yang kini tengah kebingungan didepanku.

"Kook, ini dimana?"

"Rumahku." Senyumku semakin mengembang.


Ahra, gadis itu tampak menghela napas. Terlalu pagi untuk menampakkan raut lusuh seperti ini.

"Sayang, ken---"

"Aku mau pulang sekarang."

Mataku membulat, "A---apa?"


"Ini hari jum'at. Aku harus kerja Kook. Antarkan aku pulang."

Senyumku luntur seketika, "Kau Manager HR sayang. Tidak akan ada yang marah sekalipun kau bolos untuk hari ini saja."

"Tidak akan ada yang marah katamu?"

Oh, aku benar-benar salah bicara.

"Justru karna aku seorang Manager aku harus memberi contoh yang baik. Dan sekarang aku tidak masuk kerja. Antarkan aku pulang!"

"Sekalipun kita pulang hari ini, kau sudah terlambat masuk kerja."

"Setidaknya terlambat lebih baik daripada bolos tanpa alasan Kook,"

"Aku sudah mengijinkanmu pada Departmen Etika."

"Apa?!"

Aku menghampirinya. Memegang bahu Ahra berusaha menenangkan. Heoh, kenapa keras keras kepala sekali sih?

"Sayang, cuti satu hari tidak ada artinya dengan usahamu selama sekian tahun ini."

Aku cukup terkejut ketika Ahra menampik kedua tanganku.

"Jangan semaumu sendiri Jungkook. Kau bahkan tidak minta ijinku dan sekarang? Aku bisa malu pada staffku jika aku izin dengan alasan konyol!"

"Lalu kenapa tadi malam kau mau ku ajak ke Busan hah?" Aku jadi terpancing emosi.

"Siapa yang mau? Kau menggendongku, memaksaku pergi setelah kita----- Aku tidak suka kau seperti ini Jungkook!"

"Lalu aku harus bagaimana Ahra? Kita bahkan baru sampai dirumah Ibu." Aku menyukar rambutku kebelakang, bingung harus menghadapi wanita keras kepala ini.

"Tapi pekerjaanku---"

"JUNG AHRA!!"


Meledak.

Sisi yang selama empat bulan ini ku sembunyikan akhirnya keluar untuk kali pertama. Aku dapat melihat Ahra tersentak mundur saat aku berteriak.

Mengusap wajahku, aku berbalik dan pergi.

Aku harus menenangkan diriku sendiri. Aku tidak mau salah langkah apalagi sampai merugikan siapapun.

Jalan terbaik adalah pergi dari perdebatan sepele ini.

***

Land Breeze (JEON JUNGKOOK FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang