Malam yang cerah, hati yang temaram. Jadyn bimbang, sekarang posisinya berhadapan dengan cermin kamarnya dan menjinjing gaun pemberian Marco. Ia tidak bisa berpikir jernih bagaimana nanti pendapat orang tuanya jika dirinya memakai pakaian terbuka dan pergi bersama Marco. Ia takut ayahnya malah terbebani, karena ayahnya itu sudah tahu reputasi laki-laki yang akan membawanya pergi malam ini.
Bingung. Jadyn bingung harus bagaimana. Mengabaikkan pemberian Marco dan memakai pakaian biasa, tapi membuat Marco malu nantinya karena penampilannya yang sederhana. Atau memakai pemberian Marco yang sekiranya pantas bersanding dengan CEO tampan itu tapi ia harus siap mendapat tatapan rendah dari Chale jika melihatnya atau orang tuanya yang murka, mungkin?
Dengan segenap jiwa, akhirnya Jadyn memantapkan hati menggunakan gaun hitam mewah itu untuk menghadiri Employee Gathering. Hitung-hitung sebagai balas budi kepada Marco yang begitu baik padanya.
Ia memakai gaun tersebut dengan sangat hati-hati karena kainnya yang terbilang tipis, ia takut sobek meskipun ia tahu itu gaun mahal yang tidak mungkin sobek walau dipakai secara kasar.
Jadyn mulai mempoles dirinya dengan make up natural dan lipstik merah yang sekiranya padu dengan dress gelap yang ia kenakan sekarang. Menata rambut sebagus mungkin tanpa aksesoris tentunya. Hell, catat! Jadyn tidak pernah mendatangi acara formal seperti ini sebelumnya. Ingatkah bagaimana dulu ia sering kena tegur Chale karena pakaiannya yang kurang sopan untuk pergi ke kantor? Gadis itu lebih suka pakaian casual yang terlihat bebas daripada dress terbuka yang terkesan seperti jalang.
Tling!
Suara notif pesan masuk dari ponsel Jadyn berbunyi. Gadis itu berjalan menghampiri ponselnya yang berada di atas bantal.
Marco
Aku sudah berada di loby apartmu. Keluarlah! Kita berangkat sekarang. Kutunggu.
Jadyn menghela nafas panjang ketika membaca pesan tersebut. "Bahkan aku baru saja bersiap." gumamnya.
Segera Jadyn mengambil higheels berwarna senada dengan gaunnya. Setelah memakaianya, ia sekali lagi menatap pantulan dirinya di cermin.
"Apa aku tidak berlebihan?" Jadyn bermonolog sendiri menilai penampilannya. Kemudian menggeleng meyakinkan dirinya dan berjalan pelan-pelan menuju ruang tamu.
***
Mata Smith perlahan terbuka ketika sebuah tangan mengusap bahunya pelan. Seketika ia langsung terduduk tegak, yang mana ia tadi sempat memejamkan mata dan bersandar di sofa ruang tamu. Ia menatap anaknya terkejut, bahkan sampai mengerjap beberapa kali.
"Little girl? Kau mau kemana? Dengan.." Smith menatap dari atas kepala sampai kaki Jadyn. "Pakaian seperti ini?" lanjutnya.
"Ada acara kantor, Dad. Dan itu mengharuskanku datang malam ini." jawab Jadyn seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]
RomansaMature content 21+‼️⚠️ Privat acak! Follow sebelum baca. "Tubuhmu begitu mempengaruhiku, kau selalu terlihat menggoda, like a wine." "Jangan tatap aku seperti itu, jangan melihatku bagaikan jalang yang siap kau terkam." "Seharusnya aku tidak pernah...