Prolog • Bersua

1.4K 63 145
                                    

Tak ada pertemuan yang menyenangkan. Semuanya terasa buruk walau malaikat datang di hadapanku sekali pun.

🌹🌹🌹

"Sekolah punya pager tinggi banget sih tai," gerutu gadis yang sedang memanjat itu.

Hari ini ia terlambat lagi seperti biasanya. Selasa adalah hari terlambatnya. Hal itu ia lakukan demi menghindari pelajaran pertama yaitu matematika minat oleh Pak Husein. Sejujurnya ia tidak membenci pelajaran tersebut, malah menyukainya. Namun semenjak Pak Husein yang mengajar dengan sifat bertele-telenya, gadis itu meyakinkan diri untuk sengaja datang siang. Awalnya ia terlambat sesekali, namun lama kelamaan itu menjadi sebuah kebiasaan.

Setelah pagar belakang berhasil ia panjat, kini ia harus berjalan menyusuri taman belakang sekolahnya. Tamannya tidak begitu luas sehingga ia tidak perlu terburu-buru mendatangi kelasnya sebab kelasnya berada di pojok, sangat dekat dari taman itu. Dari taman itu ia dapat melihat betapa megahnya sekolahnya. Ia juga dapat melihat kelas-kelas di lantai satu.

Seperti biasa, ia melihat keadaan di sekitar terlebih dahulu sebelum pergi ke kelasnya. Ia akan melihat lorong-lorong dan mencari apakah ada guru atau murid yang lewat di sana. Kalau murid yang lewat, tidak masalah. Kalau guru, ia harus bertahan lebih lama. Tadinya ia ingin menyapa Bi Endah, sang pemilik warung tongkrongannya di seberang taman tersebut. Namun melihat kepala sekolah sedang berjalan menghampiri warung tersebut, gadis itu berlari secepat mungkin menghampiri kelasnya.

Gadis itu bernapas lega setelah Pak Husein terlihat meninggalkan kelasnya. Ia tepat waktu. Gadis itu menyusup ke dalam kelas melewati jendela. Karena sudah terbiasa, ia dengan mudahnya lewat. Setelah ia menginjakkan kakinya, kelasnya mendadak hening.

"Kabur dari si botak lagi?" tanya Jesslyn memecah keheningan. Si botak yang dimaksud adalah Pak Husein. Selain berkepala plontos, Pak Husein juga memiliki kumis tebal. Mirip dengan pesulap yang kini terkenal di kanal youtube.

Alih-alih menjawab, gadis berkuncir kuda itu justru sibuk menepuk-nepukkan celananya yang penuh debu karena kaca kelasnya cukup berdebu. "Mending temenin gue ke toilet deh," ujarnya santai.

🌹🌹🌹

"Guys, listen carefully!" teriak Jesslyn kala menginjak ruang kelas. Suara cempreng yang memenuhi seisi ruang kelas membuat teman-temannya menoleh.

"E-eh maaf," ucapnya sembari terkekeh. "Kalian bertiga harus denger!" ujar gadis bertubuh mungil itu.

"Apaan?" sahut Vanessa acuh.

"Itu!!!" Jesslyn berteriak histeris sembari memukul-mukul meja

"Kenapa?"

"Ada co—aw!" Saking semangatnya memukul meja, tanpa sadar telapak tangannya memerah perih yang membuatnya mengaduh kesakitan. "Sakit," ringis Jesslyn.

Bukannya menolong, Viana justru menertawai kondisi Viana. Tak lama dari itu, ia melihat telapak tangan Jesslyn yang berwarna kemerahan.

"Makanya, kalau sarapan itu makan nasi bukan makan batre," cibir Vanessa.

"Abisnya gue semangat banget woi. Ada cogan di sana!" Jesslyn kembali berujar dengan semangat.

Viana menoleh, ikut histeris juga. "Cogan mana cogan?!"

Vanessa yang melihat aksi kembar beda ibu itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyerah jika Jesslyn dan Viana sudah bersatu membahas cogan karena ujung-ujungnya pasti membahas oppa oppa Korea—meskipun ujung-ujungnya ia ikutan juga.

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang