Airis ~01

809 40 23
                                    

Gadis berseragam wajib hari sabtu itu menyusuri koridor SMA Nusantara yang masih sepi.

Celana training terlihat dibalik rok lipit berwarna abu-abu, Celana training memudahkannya bergerak dan mengayuh sepeda, agar terhindar dari hal yang tak diinginkan.

Namanya Airis, cewek beruntung yang mendapatkan Beasiswa bersekolah di Sma Nusantara hingga lulus nanti.
Tinggal di panti Asuhan yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah ini. Jika menempuh dengan sepeda, Airis menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit.

Sampai dikelas, Airis langsung membuka laptopnya.
Datang kesekolah sepagi ini, tujuannya hanya satu. Menulis Blog Sma-nya. Besok ada acara sekolah– Acara Agustusan–.
Dan dia yang menjadi tukang Upload di Blog sekolahnya.
Karena siswa kelas XI Mipa² ini, sudah dinobatkan menjadi ketua jurnalistik.

SMA NUSANTARA'S Blog
15 Agustus 2017

Ditulis oleh : Airis Maheswari

Siapkan diri kalian H-2 lomba Agustusan. Tentu sudah ada dong persiapan dari kalian untuk memenangkan lomba?

Karena untuk tahun ini, Sma Nusantara menagadakan banyak sekali perlombaan.

Diantaranya, Lomba Matematika, Lomba Modeling, Lomba Puisi, Lomba mading, dan olahraganya Lomba Futsal. Yeayy!!
Semangat!!

Berikut foto-foto dari lensa ekskul fotografi yang menampilkan wajah 'greget' latihan dari murid Sma Nusantara.
Good luck!

Published

"Huaaahh, akhirnya." Airis meregangkan ototnya yang pegal.

"Kenapa kamu, Ris?" suara perempuan mengalun lembut dipendengaran Airis. Membuat pemilik nama menoleh, kemudian tersenyum.

"Enggak ada kok, Na." jawab Airis sekenanya.

Lavina mengangguk singkat, duduk tepat didepan meja Airis dan membuka beberapa buku.
Ah ya, Airis lupa. Lavina besok akan ikut perlombaan matematikan. Dan ... Lavina harus melawan dengan king of math, yaitu Arkan.

Airis menatap punggung Lavina yang sibuk membaca buku.
Ah, Airis jadi tidak yakin teman sekelasnya itu akan menang.

Lupakan soal Lavina dan perlombaan matematika itu. Airis segera membuka buku bersampul kartun kesukaannya–Stich–.

Dengan cepat, Airis mulai menuliskan sesuatu. Menuangkan segala pemikirannya.

Hingga suara cempreng terdengar di indera pendengarannya, yang membuat Airis refleks menutup buku.

"Hayoooo, lo nulis apa?" Syiffa, teman sebangkunya itu menyenggol bahunya jahil. Cewek dengan potongan rambut segi itu tersenyum jahil.
"Nulis tentang Arkan yang gak peka-peka, ya?"

Airis tergelak, menyorot Syiffa dan senyum geli.
"Iih apaan sih, gue itu cuma kagum sama Arkan. Tapi gak suka yaw,"

"Masa?" Syiffa masih belum puas.

Airis mengangguk tegas, "Iy–"

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak!" suara tegas bu Desy–walikelas XI Mipa²– mengintrupsi pembicaraan mereka berdua.

**

Airis lebih memilih memesan jus wortel dikantin, mengingat ucapan Bundanya–penjaga panti– yang menyuruh dia mengkonsumsi itu. Karena belakangan ini, penglihatan Airis agak kabur. Kata Bunda, itu karena Airis terlalu sering bermain laptop.

Melihat Syiffa yang memesan Mie Seblak dan es blender, membuat Airis agak tergugah.
Namun ia mengenyahkan segala keinginannya, dia 'kan harus menabung mulai dari sekarang demi masa depannya.

Airis mulai memakan bekal yang dibuat oleh Bunda, walau hanya nasi goreng sederhana rasa tetap mampu bersanding dengan masakan restoran mahal.

"Lo yakin gak, Lavina bakal menang ngalahin Arkan dilomba nanti?" Airis bertanya disela makannya, ia tak menatap lawan bicaranya.
Matanya terus mengamati sekumpulan cowok dipojok kantin.

Bukan. Bukan sekumpulan cowok badboy, itu hanya sekumpulan cowok Sma Nusantara kelas XI Mipa¹. Yang berisikan ; Arkan sicerdas namun pendiam, Adnan si pianis, dan Aldo sicerewet yang katanya humoris.

"Bukannya gue gak dukung temen sekelas kita ya, kalau menurut gue sih, Lavina gak akan bisa menang dari Arkan." Syiffa mengedikan bahu, menyeruput minumannya "Secara si Arkan, kan cerdas banget."

Airis mengangguk setuju, dia juga kurang yakin Lavina bisa menang.

Airis memakan sendok terakhir nasi gorengnya, menatap kembali sekumpulan cowok tadi.
Mungkin merasa diperhatikan, salah satu cowok disana menoleh kearahnya dengan tatapan mengerikan–meski terkesan datar–.

Sontak membuat Airis gelagapan, membuat pergerakkan yang mengakibatkan kursi yang diduduki terjengkang.

"Aduh!"Airis meringis, menahan malu dan sakit disaat bersamaaan.

"Airis, kok bisa jatuh sih? Ceroboh banget deh,"

Di lain tempat, cowok yang tadi dijadikan bahan gosip oleh Airis dan Syiffa mengerut dahinya samar.

****

"E-eeh, mau kemana sih?" Airis mencoba melepaskan cekalan tangan Syiffa, namun tenaga cewek itu kalah dengan tenaga Syiffa.

"Diem aja, gue mau liatin si doi."

"Pelan-pelan Syiffa!" Airis meringis, menuruni anak tangga cukup cepat. Karena Syiffa yang menariknya.

Airis dapat menghela nafas lega, saat mereka dengan selamat dianak tangga terakhir.
Ia menoleh pada Syiffa yang sibuk menoleh kanan-kiri.
"Mau kemana, sih? Gue mau pulang, nih!"

Syiffa berdecak, tangan yang tadi memegang pergelangan Airis terlepas.
"Anter gue bentar, mau kasih flashdisk ini ke Vero."

Mau tak mau Airis mengiyakan ajakan dari Syiffa, yang berakhir berdiri sendirian dipinggir lapangan seperti orang bodoh.

Itu karena dengan kurang ajarnya Syiffa pamit pergi sebentar menghampiri kak Vero, yang nyatanya lama sekali. Membuat Airis seperti orang bodoh, berdiri sendirian tanpa seorang teman.

"Ngembaliin flashdisk kok, lama banget!" Airis mencebikkan bibir sebal. Menyorot dua insan yang asik bicara disebrang sana.

Lelah menunggu, membuat Airis mengeluarkan ponsel dari saku seragam.

Cipa
Oi, lama banget. Buruan, gue tinggal ya?

Send

Airis menghela nafas, memasukan kembali ponsel kedalam saku.
Memandang berang kepada Syiffa yang tak kunjung melihat ponselnya.

Ia berdecak, memilih melihat sekelompok orang yang sibuk mengoper bola kesana-kemari.

Tatapannya terpaku kepada seorang cowok yang tengah menguasai bola, dan yash! bola itu memasuki gawang dengan mudahnya, membuang Airis berdecak kagum.
Cowok jangkung itu tersenyum lebar, menyisir rambut basahnya kebelakang.
Membuat jantung Airis berdetak lebih kencang dari biasanya.

Astaga. Ganteng banget.

Asik dengan dunianya yang memuja cowok tadi, Airis tak sadar sebuah bola terlempar kearahnya dengan kencang.

"Auw!" pekiknya saat bola itu mengenai pelipisnya, perlahan pandangannya mengabur. Dan kesadarannya mulai menipis, sebelum menutup mata ia melihat cowok tampan tadi menghampirinya.

Namanya, Rangga.
Batin Airis, melihat nametag cowok tadi.

Setelah itu, hanya ada kegelapan.

**

Haii ✋

Gimana, suka engga?

Ini baru part satu sih, jadi tokoh utamanya belum muncul secara resmi. Hhehehe..

Kalau suka, vote dan komen ya. Nanti aku lanjut💨

Here we go, Bismillah.

With love,
NadillaAp

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AirisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang