#7

4 1 0
                                    

#jof_kemal





"Yang, aku di depan"

Sebuah pesan muncul di layar ponsel Janee. Pesan dari kekasihnya, yang sudah siap menjemputnya dan membawanya ke suatu tempat, katanya. Semalam, Janee meminta Kemal untuk menjemputnya nanti siang. Mungkin untuk mengganti quality timenya bersama Kemal. Karena kemarin usai sidang akhirnya, ia tidak dapat menghabiskan waktu lebih lama dengan Kemal.

Banyak teman-teman lamanya yang datang menemui Janee saat di kampus. Sebagai pacar yang pengertian, tentu Kemal membiarkan Janee menghabiskan waktu dengan teman lamanya. Bahkan mungkin hadirnya Kemal saat itu terkesan hanya sebagai asistennya Janee, bukan sebagai pacar. Mengantar Janee ke kampus, membawakan barang dan bingkisan dari teman-temannya, lalu mengantar Janee lagi ke rumahnya dengan selamat.

Janee ingin menanyakan mengenai informasi yang tidak sengaja ia dengar saat Kemal menerima telepon kemarin. Janee ingin menunggu sampai Kemal sendiri yang memberi tahunya sebetulnya, karena Kemal pasti punya alasan sendiri kenapa ia tidak memberi tahukan masalah itu pada Janee. Tapi pikiran itu mengganggunya semalaman. Jadi Janee putuskan untuk menanyakannya hari ini.

***

Kemal dan Janee kini duduk saling berhadapan di sebuah tempat makan cepat saji di daerah dago. Mereka berbincang seperti biasanya, menceritakan dari hal yang penting hingga tidak penting. Janee juga menceritakan beberapa cerita saat sidang akhirnya kemarin. Apa yang ia rasakan saat di dalam ruangan, cerita temannya yang lain, hingga soal mencari pekerjaan yang sedikit membuat Kemal terdiam. Teringat akan hal yang harus dibicarakan segera pada Janee. Hal yang sudah ia tutupi cukup lama.

"Kamu coba aja sih itu yang joinan bareng kakak tingkat kamu bikin cafe kecil-kecilan itu. Lumayan tau," Kemal mencoba senatural mungkin memulai pembicaraan mengenai keberangkatannya ke Bali.

"Iya sih, coba aja apa ya? Kamu gak mau cari lagi, yang? Kan kamu jarang juga ngasisteninnya sekarang. Mending cari lagi deh." Terima kasih Janee, telah mempermudah Kemal memasuki topik pentingnya. Padahal tanpa Kemal ketahui memang Janee sengaja memancing ke arah sana, karena Janee sedikitnya sudah tahu.

"Hm.. Sebenernya gini, Jan. Om aku yang di Bali kan lagi bikin resort baru gitu. Terus karena ayah tahu aku belum dapet kerjaan lagi, akhirnya aku direkomendasiin bantu om di sana.." Kemal sedikit ragu sebenarnya menceritakan hal itu pada Janee. Takut Janee tiba-tiba sedih, tidak menyetujui, dan marah pada Kemal. Pikirannya memang berlebihan.

Tapi bukan Ajanee namanya kalau sesuai dengan apa yang ada di pikiran Kemal tadi. Justru Janee terlihat senang dan wajahnya berseri saat Kemal menceritakan soal keputusan ayahnya merekomendasikan Kemal ke Bali. Bukan senang karena akhirnya bebas dari sang pacar, lalu bisa bermain hati dengan lelaki lain, tapi senang akhirnya kekasihnya itu bisa mengembangkan potensi dalam dirinya.

"Alhamdulillah.. Bagus atuh, yang, kalau gitu."

"Loh, kamu gak sedih emang? Kan nantinya kita bakal jauhan?" Kemal bertanya seperti itu karena tidak ada raut kesedihan di wajah Janee.

"Ya sedih sih pasti. Tapi kan ini kesempatan bagus buat kamu. Kesempatan buat kamu belajar sama ngembangin diri kamu. Lagian kamu pasti pulang kan, gak kangen apa sama yang di Bandung?"

"Aku takut bikin kamu down, makanya aku baru kasih tau kamu sekarang. Terus kalau masalah pulang, ya pasti aku pulang lah. Tapi ya gak tahu setiap kapan, disesuaikan sama kerjaan aku juga nanti di sana."

"Jadi ini tuh keputusannya udah lama????" Kemal hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya ampun. Kenapa kamu gak kasih tau aku?"

"Abis kamu kan lagi sibuk sidang. Ya takut aja ini jadi pikiran ke kamunya."

Janee tertawa kecil mendengar jawaban dari Kemal, "Please, Mal. Kita tuh udah pacaran dua tahun lebih ya. Masa kamu gak tau sih gimana respon aku kalau kamu kasih tau yang kayak ginian ke aku?"

"Kan kalau lagi masa skripsian gini orang suka lebih sensitif, Jan. Jadi ya aku takut aja gitu."

Kemal melanjutkan lagi, "Yang, aku sebenernya gak mau sih ambil kerjaan ini. Jauh dari keluarga aku, jauh dari temen-temen, jauh dari kamu. Masih banyak juga kerjaan yang bisa dicari di Bandung. Tapi, aku udah janji aku mau serius sama kamu. Aku juga mau lanjutin studi aku. Jadi aku harus punya bekel yang cukup. Aku gak bisa bilang ke mama kamu kalau aku serius sama kamu, tapi aku belum punya apa-apa. Belum punya kerjaan yang tetap."

"Kemal Pranaja, apa aku pernah larang-larang kamu untuk ngelakuin sesuatu?" Kemal menggelengkan kepalanya.

"Apa pernah aku nuntut kamu untuk ngelakuin hal yang aku mau?" Kemal lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

"Nah, itu. Kamu gak usah khawatirin aku, yang. Aku percaya sama kamu. Aku juga percaya kamu serius sama aku. Di umur kita yang sekarang, ngejalin hubungan udah gak bisa main-main. That's why, aku ngerti kenapa kamu sampe ngambil keputusan yang kayaknya ini berat buat kamu. Yaaa buat aku juga sih.

Emang kita nanti jadi susah buat ketemu, mungkin juga susah buat komunikasi. Kamu pasti banyak kerjaan yang harus diurus nanti, aku juga sama. Aku juga mungkin bakal sibuk sama kerjaan aku nanti. Aku selalu dukung kamu, asalkan kamu terbuka sama aku. Like what you ever said, kunci utama dari suatu hubungan itu kepercayaan dan keterbukaan bukan? Aku selalu percaya sama kamu, Mal, dan aku juga akan selalu terbuka sama kamu. So, no need to worry, sayang.."

Kemal tersenyum mendengarkan ocehan dari kesayangannya di depannya itu. Ocehan yang mungkin akan ia rindukan di Bali nanti. Tak henti-hentinya Kemal tersenyum sambil mengusap lembut punggung tangan Janee.

"Eh, kamu berangkatnya kapan, yang?"

"Tanggal 15."

"Hah?? Minggu ini??" Kemal menganggukkan kepala dengan polosnya. Tak tahu jika jawaban polosnya itu akan berbalas sebuah jitakan di kepalanya. Membuat Kemal sedikit meringis.

"Dodol. Kan waktu kita jadi sebentar. Aku juga belum bantuin kamu siapin ini itu."

"Semuanya udah siap, sayang. Aku tinggal berangkat aja. Lagian dari kemarin-kemarin kan aku nempel terus sama kamu."

Janee ingat, beberapa minggu terakhir memang Kemal selalu ada di sampingnya. Hampir lebih dari dua belas jam dalam satu harinya. Tanpa Janee sadari, Kemal sudah meluangkan banyak waktu untuk dirinya, sebelum keberangkatannya ke Bali.

"Uuuuuu so sweeeeeeetttt. Gemes deh gingsulkuuuu." Janee mencubit pipi Kemal dengan gemas. "Eh bentar, berarti kamu gak bakal nemenin aku ke sidangnya Aurel dong nanti."

"Iya, maaf ya. Kamu bareng Ajam aja, aku udah titipin kamu ke Ajam."

"Hih. Ngapain kamu titipin aku ke dia. Basi dia mah. Titipin tuh ke yang seger sih, Maaaaal."

"Siapa emang yang seger?"

"Abimanyu Pratama." Janee menjawab dengan senyum yang malu-malu, membuat Kemal memiliki kesempatan untuk membalas jitakan Janee sebelumnya.

"Huh, dasar demennya berondong."




Relationships last long not because they were destined to last. Relationships last long because two people made a choice to keep it, fight for it and work for it. - Unknown

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang