#jof_kemal
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif dan berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi. The number--" Janee segera menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilannya.
Sudah sepuluh kali Janee menghubungi Kemal untuk mengetahui kabar terbaru kekasihnya itu. Tadi sore Janee menonton berita meletusnya Gunung Agung di Bali. Mendengar kata Bali tentu Janee langsung teringat pada kekasihnya. Ditambah pagi harinya, Kemal memberi kabar bahwa ia akan mengunjungi daerah Karangasem, di mana daerah itu dekat dengan lokasi Gunung Agung, katanya untuk menemani omnya.
Janee betul-betul panik, meskipun berdasarkan berita tidak ada korban akibat kejadian itu, tapi tetap saja ada perasaan khawatir menyelimutinya.
Sepuluh menit, dua puluh menit, satu jam, Janee tetap menunggu kabar dari Kemal. Ponselnya tidak luput dari genggamannya, selalu menjadi perhatiannya, saat ia ke kamar mandi sekalipun.
"Ma, kalau handphone Jani bunyi langsung teriakin Jani, ya." Ibunya hanya mengangguk-angguk saja mengiyakan permintaan Janee tadi.
Janee keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru, "Ma, handphone Jani bunyi gak?"
"Bunyi,"
"Yah, kok mama gak kasih tau Jani siiiih." Janee sedikit berlari menghampiri ponselnya yang ia tinggalkan di ruang keluarga.
"Iya, handphone kamu bunyi karena low batt." Janee seketika memperlambat langkahnya sambil ber-oooh ria.
Janee terduduk di atas sofa di depan tvnya, terduduk seakan tak berdaya, seakan jiwanya hampir hilang. Mulai lelah menunggu, Janee tertidur di atas sofa sambil menyenderkan kepalanya di atas tangan sofa.
Kringgg.
Menyadari ada telepon masuk, masih dengan mata yang tertutup Janee slide the green button di layar ponselnya.
"Halo..." Jawabnya dengan nada yang masih mengantuk.
"Halo. Yang ada ap--" Belum selesai Kemal menyampaikan pertanyaannya, Janee langsung memotong ucapan Kemal.
"YAAANG. INI KAMU YANG? KEMAL???" Janee langsung mendudukkan dirinya, mengecek nama yang tertera di layar ponselnya. Kini ia memastikan bahwa Kemal benar-benar menghubunginya, bukan hanya mimpi.
"KAMU GAK KENAPA-KENAPA KAAANNNN?????"
"Sante sante, Jan. Tarik napas.. Keluarin.. Tarik napas.. keluarin. Udah? Kenapa kenapa mau nanya apa?" Kemal berusaha menenangkan.
"Kok nanya kenapaaaaa? Harusnya aku yang nanya kenapa. Kenapa kamu gak bisa dihubungin dari tadi? Kenapa baru ngehubungin sekarang? Kamu gak kenapa-kenapa? Aku khawatir tauuuuuu." Si bawel is back, batin Kemal sambil tersenyum sumringah.
"Abis nonton berita ya?"
Janee hanya menganggukkan kepalanya, padahal Kemal juga tidak akan melihatnya menganggukkan kepalanya.
Kemal tertawa kecil, "Aku jawab satu-satu ya. Kenapa aku gak bisa dihubungin, tadi aku keburu ribet gitu susah buat pegang hp. Eh pas aku mau ngehubungin kamu, hp aku lowbatt terus mati. Aku lupa gak bawa power bank, mana aku masih di luar. Terus kenapa aku baru ngehubungin kamu, ya karena yang aku bilang tadi, hp aku lowbatt dan aku baru sampe kosan. Aku charge dulu, sambil aku mandi. Baru deh ini aku ngehubungin kamu. Dan terakhir, aku baik-baik aja sayang, ini aku bisa ngehubungin kamu kan? Artinya aku gak kenapa-kenapa." Kemal tersenyum sendiri setelah menjelaskan cukup panjang pada Janee.
Janee cukup tenang sekarang, ia begitu menikmati penjelasan panjangnya Kemal. Ada jeda beberapa detik diantara mereka, di seberang telepon terdengar sepi. Kemal sampai mempertanyakan apakah Janee tertidur, sampai ia sama sekali tidak bersuara. Janee hanya senang mendengar suara Kemal, katanya. Sebegitu rindunya Janee pada Kemal, rindu mendengar suara kesayangannya, rindu si gingsul gemasnya. Mendengar jawaban dari Janee, membuat Kemal tidak dapat menjawab apapun selain tersenyum.
"Yang, tadi sebenernya aku mau pulang, mau kasih kamu suprise. Tapi kalau kondisinya kayak gini, aku gak bisa pulang dalam waktu dekat."
"Yaaaaaah. Aku kangeeeeen. Emang sih kondisinya gak memungkinkan kamu untuk pulang. Tapi kamu bisa dateng pas wisuda kan?"
"Hm.. Semoga situasi dan kondisinya mendukung ya, sayang. Lagian kalau gak ada aku juga ada yang lain kan."
"Iya, ada yang lain juga. Tapi aku maunya ada kamu juga yaaaaang." Suara Janee terdengar sedih. Suaranya begitu lemah. "Eh, tapi yang, kalau masih gak memungkinkan kamu untuk terbang, gak apa-apa kamu gak usah maksain ke Bandung. Aku ngerti kok. Yang penting kamu gak kenapa-kenapa."
Terdengar tawa Kemal di balik telepon Janee, "Kok, ketawa sih, Mal? Apa yang lucu?"
"Gak. Aku jadi ngebayangin aku bisa terbang, superman kali aku."
"Hahaha. Gatot kaca sih, yang." Balas Janee.
Janee melanjutkan, "Yang, gak apa-apa kamu gak dateng ke wisuda aku, asal kamu dateng pas aku nikah."
"Aku dateng sebagai wali?"
"Ih, yaaaaaaaang. Sebagai pasangan aku atuh. Emangnya kamu gak mau?"
"Ya kamu bilangnya 'asal kamu dateng pas aku nikah'. Harusnya pas kita nikah."
"Ehehe. Iya salah. Maap."