Gerbang tinggi kediaman keluarga Paxley hari ini dibuka lebar menyambut mobil-mobil yang berdatangan. Galion Paxley, Mazion Paxley, dan Varrion Paxley turun dari mobil mereka masing-masing, disambut pelukan rindu dari Mama mereka, Marion Paxley.
"Hey, Ma." Galion Paxley, anak lelaki tertua Paxley, mencium kening Mamanya. "Mana Ayah?"
"Sedang rapat dengan Aurora, Bane, dan Estes di ruang tengah." jawab Nyonya Paxley, tersirat kecemasan di wajah cantik wanita itu. "Keadaan semakin gawat."
"Tenang, Ma. Semua akan baik-baik saja." Mazion Paxley menggenggam tangan Mamanya. Seperti biasa anak lelaki keduanya ini selalu bisa menenangkan hatinya.
Varrion Paxley, satu-satunya anak gadis keluarga Paxley memandang berkeliling. "Mana adikku yang bandel?" tanyanya, dan bersamaan dengan itu Gusion keluar dari rumah. Tampak terkejut melihat kakak-kakaknya telah datang. Varrion segera melompat dan memeluk Gusion erat.
"Kamu udah gede ih! Kangen!" Varrion yang sekarang jadi lebih pendek dari Gusion sampai harus berjinjit waktu ingin mencium pipi adiknya. Gusion buru-buru mendorong kakaknya itu sebelum bibir penuh lipstik mendarat di pipinya.
"Jangan lebai. Bulan lalu kita baru ketemu."
Varrion cemberut, "dasar adik nggak ada manis-manisnya!"
"Jangan perlakukan Gusion kayak anak kecil lagi, dia sudah punya calon istri," Galion Paxley menaik turunkan alisnya, menggoda Gusion. "Gimana cewekmu?"
"Sudah tiga hari belum sadar. Lukanya benar-benar parah." Gusion memijat pelipisnya, "Kuharap bibi Rafaela bisa segera menyembuhkannya."
"Lesley!" terdengar suara teriakan Rafaela dari dalam rumah. "Siapapun hentikan dia!"
Lesley berlari menerobos keluar dari dalam rumah. Gusion dengan sigap menangkap cewek itu. Rafaela terengah-engah di belakangnya, terlihat lega karena Gusion cekatan menangkap Lesley.
"Kamu mau kemana?" Gusion menahan Lesley yang berusaha meronta dari pelukannya.
"Aku harus menyelamatkan Harley!" jerit Lesley putus asa, "Aku harus menyelamatkan adikku!"
Lesley tampak tidak seperti dirinya. Tatapannya kosong, rambutnya tergerai berantakan. Ia menatap Gusion tetapi Gusion tidak melihat jiwa cewek itu di sana. Lesley tampak depresi dan kosong. Gusion tidak tahan melihatnya seperti itu. Ia mendekap Lesley erat.
"Kita akan menyelamatkan Harley, aku janji padamu." Gusion mengusap lembut rambut Lesley, berusaha menenangkannya. Lesley berhenti meronta.
"Harley..." isaknya. Mulai menangis di dada Gusion, "Mama... Papa..."
Gusion mengecup puncak kepala Lesley lembut. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia tahu Lesley saat ini benar-benar hancur karena kehilangan keluarganya.
"Mengapa aku sangat lemah, Gusion?" suara Lesley semakin melemah, "Mengapa aku nggak bisa melindungi keluargaku?"
Lesley kemudian kembali pingsan.
Miya, Layla, Freya dan Kagura turun dari mobil setelah sampai di depan gerbang kediaman Paxley. Seluruh pelataran luar dipenuhi mobil-mobil pelayat yang datang ke upacara penghormatan terakhir Tuan dan Nyonya Vance.
"Kenapa mereka mengadakan upacaranya di sini?" bisik Layla, menatap berkeliling takjub melihat barisan pasukan mage pelindung keluarga Paxley. Setiap pelayat yang masuk diperiksa dengan ketat.
"Orang tuaku bilang keluarga Paxley dan Vance menjodohkan anak mereka," kata Kagura teringat cerita ayahnya, "kurasa maksudnya Lesley dan Gusion."
"Begitukah." Freya mendengus kesal. "Artinya kita punya satu lagi pengkhianat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]
RomanceLesley, Miya, Layla, Freya, Odette dan Kagura adalah enam cewek paling populer di Heroes High School. Selain karena kecantikannya, mereka juga terkenal akan kekuatannya dalam battle. Tidak ada yang bisa kabur dari tembakan senapan Lesley, panah Miya...