Hai..
Selamat membaca
Jangan lupa Vote dan Comment...
***
"Zura kau sakit?"
Lamunan Azura terbuyar dan memandang Hanna yang duduk disampingnya, Hanna terlihat cemas melihat keadaan Azura.
"Aku baik-baik saja Hanna. Kau tak perlu cemas." Azura tersenyum lemah kearah Hanna mencoba meyakinkan.
"Tapi kau tampak pucat, lebih baik kau pulang saja Zura."
"Kita masih ada kelas setelah ini."
"Bolos saja pada mata kuliah selanjutnya. Kau benar-benar kelihatan sedang tidak enak badan," Hanna menyentuh lengan Azura berusaha membujuk gadis itu, "Dan ini sudah hari ketiga kau terlihat seperti itu. Kau harus memeriksakan dirimu kedokter. Perlu ku temani? Aku akan bersedia mengantarmu."
Azura tersenyum menatap Hanna yang terlihat begitu tulus menghawtirkannya. Ia menyentuh tangan Hanna yang ada dilengannya, "Aku tidak apa-apa Han, jangan terlalu mencemaskanku. Aku mungkin hanya akan mendapat tamu bulanan makanya aku sedikit tidak enak badan."
"Baiklah. Aku hanya menghawatirkanmu." Hanna tersenyum.
"Terima kasih Hanna."
Azura bersyukur mempunyai teman yang sangat baik seperti Hanna. Ia tersenyum kepada Hanna untuk meyakinkan gadis itu bahwa keadaannya baik-baik saja. Memang Zura tak sakit sama sekali, dia tidak demam hanya saja perasaanya selalu dipenuhi rasa takut akan kejadian yang menimpanya tiga hari yang lalu. Dimalam dimana ia tidak hanya melihat aksi pembunuhan, namun juga menjadi target pembunuhan. Wajahnya selalu pucat jika mengingat kejadian itu. Pembunuh itu mengetahui wajahnya. Dan sialnya ia tidak tau bagaimana wajah pembunuh itu.
Meskipun Azura sudah menceritakan kejadian itu kepada Jeffrey dan melakukan kesaksian di kepolisian, tetapi ia masih merasa ketakutan. Jeffrey sudah berusaha membuatnya tenang dengan mengatakan akan melakukan patroli bersama rekan polisinya dimalam hari disekitar apartemen Zura.
Yang membuat Zura khawatir adalah bagaimana jika pria pembunuh itu muncul dihadapannya disiang hari?
Dan lagi, pembunuh itu belum bisa diselidiki keberadaannya oleh polisi karena sampai saat ini tidak ada satupun pemberitahuan orang tua atau kerabat terkait orang hilang yang mungkin saja itu adalah korban dari pembunuhan yang dlihatnya. Tidak ada bukti dan jejak yang ditinggalkan pembunuh itu. Dan satu hal lagi, ia menjadi satu-satunya saksi dalam kejadian itu.
Dengan bukti yang tidak ada dan kesaksian seorang diri, polisi merasa sulit menyelidiki kasus itu. Kesaksiannya malam itu di kantor polisi terasa sia-sia.
"Zura! Kau melamun lagi"
Suara Hanna mengejutkan Azura. Azura terbuyar dari lamunannya dan memandang Hanna yang terlihat kesal juga khawatir.
"Maaf Hanna"
"Ayo kembali ke kelas. 10 menit lagi kelas dimulia." Hanna menarik pelan tangan Azura. Azura hanya menurut dan mengikuti langkah Hanna dengan gontai.
Azura merasa begitu lelah.
***
"Bisakah kita menyelidiki kasus ini?"
Jeffrey menatap serius ketua tim penyidikan yang juga menatapnya, hanya saja tatapan mereka berdua berbeda karena ketua penyidik itu terlihat kesal menatap Jeffrey.
YOU ARE READING
The Other Side
Genel KurguDia datang lagi malam itu. Datang dengan tatapan tajamnya seperti yang pernah kulihat. Berdiri beberapa langkah dihadapanku. Dengan seringai dibalik maskernya. Azura berlari, tentu saja. Namun, sang pria misterius hanya melangkah dengan tenang seak...