Seoul, 15 januari 1998
Seorang gadis kecil duduk dipinggir taman sambil memperhatikan seorang anak lelaki bermain bersama teman-teman nya, ia duduk dalam diam dan tersenyum menatap kearah anak lelaki tampan yang kini tengah sibuk memasukan pasir ke dalam mobil mainan miliknya. Kata Minho, teman-teman nya tidak menyukai Jiyeon jadi ia tidak dapat ikut bermain karena itu Jiyeon tidak ingin ikut masuk bermain , ia takut mereka menjauhi Minho dan kemudian tidak memiliki teman. Ia takut Minho akan tambah memusuhi dirinya. Cukup duduk disini dan menatap mereka sudah cukup baginya, Jiyeon memang selalu meminta dititipkan dirumah Minho saat orang tuanya pergi bekerja karena ia senang berada didekat lelaki tampan seperti Minho.
Eommanya bilang mungkin saja itu jatuh cinta pandangan pertama, memangnya anak kecil bisa jatuh cinta? Minho adalah anak dari orang tua kaya raya, oleh karena itu banyak orang tua yang berlomba untuk menjadikan Minho sebagai teman dari anak-anak mereka. Sedangkan dirinya, eomma mereka adalah sahabat sejak jaman sekolah dasar jadi tidak ada istilah memanfaatkan disini, ia melihat Minho sebagaimana namja itu.
"Park Jiyeon"
Seorang lelaki kecil duduk disampingnya, Jiyeon mengenalnya sebagai Lee Jinki. Salah satu teman yang selalu kemari setiap hari sabtu untuk bermain bersama Minho dan yang lainnya dan Jinki satu-satunya yang mau berbicara padanya dan tidak pernah menganggap Jiyeon adalah masalah karena sikap Jiyeon yang selalu mengikuti Minho kemanapun.
"Ya?"
"Bunga untukmu."
"Kau petik dari mana bunga itu?"
"Aku petik dari depan rumahku saat aku ingin kemari. Bunga mawar ini mengingatkan aku padamu, hehehe" Jinki tertawa dan memberikan bunga mawar yang sudah setengah bunga karena entah layu atau tertimpa sesuatu namun Jiyeon tersenyum dan akan mengambilnya sebelum sebuah tangan kecil mengambilnya lebih dahulu.
"Yak bodoh! Kau kan alergi bunga mawar" Jiyeon terkejut , Minho memegang tangkai bunga mawar itu lebih tepatnya menghancurkan bunga mawar itu. Tangkai bunga mawar itu patah ditangan Minho membuat dirinya dan Jinki diam tidak bisa berkata apa-apa, namun kemudian saat ia melihat jari Minho ia membulatkan matanya.
"Minho-ah, tanganmu"
Beberapa suster yang menjaga Minho datang dengan wajah panik dan membuka tangan Minho yang berdarah karena tertusuk duri mawar itu.
"Bodoh! Kau sudah tahu kau alergi bunga mawar, kau malah mengambilnya. Kau idiot, jangan membawa masalah untukku."
Minho pergi bersama para suster yang menjaganya, Jiyeon duduk terdiam ia merasa sangat bersalah. Apalagi beberapa teman Minho datang untuk memarahinya karena telah melukai Minho.
"Lebih baik kau tidak usah datang lagi, lagipula tidak ada yang menginginkan dirimu datang kemari."
Jiyeon lari dengan menangis sambil memeluk bonekanya, ia ingin pulang saja. Disini mereka semua memusuhinya.
***
"Kau tidak mampir kerumah Minho hari ini?" Tanya Tae Hee, eomma Jiyeon.
Jiyeon duduk dimeja belajarnya dan mencoret-coret buku gambarnya dengan gusar. Sudah hampir seminggu setelah tangan namja itu tertusuk mawar, Jiyeon tidak datang lagi untuk bermain disana karena ia takut membawa masalah untuk Minho seperti yang namja itu katakan.
"Tidak eomma."
"Yoona ahjumma menanyakan mengapa kau tidak datang kesana."
Jiyeon duduk dan menatap eommanya dengan tatapan sedih.
"Ada apa sayang? Ceritakan pada eomma"
"Minho tidak menyukaiku datang kesana eomma, dia mengatakan aku membawa masalah saja untuknya. Aku juga membuat tangan nya terluka." Ucap Jiyeon dengan nada lirih seperti ingin menangis. Tae Hee tersenyum dan membelai lembut rambut hitam tebal milik Jiyeon dan memberi kecupan dipipi Jiyeon yang agak chubby karena tubuhnya yang lumayan gemuk. Kata Minho karena Jiyeon suka minum susu saat malam dan Minho mengatakan tubuh Jiyeon seperti beruang beranak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should i confess?
RomanceBagi Park Jiyeon, Choi Minho adalah dunianya. Bagi Choi Minho, Park Jiyeon adalah masalahnya.