Play Audio
"Pulang yuk!" Ajak Kendra.
Vera mengangguk, menahan perutnya dengan satu tangan saat akan bangun. Kendra membantu Vera untuk berdiri, memegang pinggangnya, erat.
"Hati-hati, sayang."
Kendra memapah Vera sampai masuk, dan duduk tenang di dalam mobil, ia memutar ke depan mobilnya dan ikut masuk, duduk di kursi kemudi, Vera tersenyum dan mengusap kening Kendra lembut.
"Maaf ya, besok aku gak bisa anter kamu ke Bandara,"
Kendra meraih tangan Vera dan mengecupnya lama, "it's okay, Babe. No problem, yang penting kamu jaga kesehatan, jangan capek-capek. Oke?"
"Iya, kamu juga."
Kendra tersenyum, lalu mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
...
"Aku ingin begitu, aku ingin begini. Ingin-ingin, banyak sekali, ayo dong Daffa nyanyi bareng Ayah. Hey baling-baling bambu!!" Ujar Adit dengan semangat, menyanyikan lagu intro Kartun Jepang itu, Kucing yang selalu marah jika disebut musang.
"Nggak au! Cuala Ayah jeyek." Ejek Daffa, sambil memakan biskuit favoritnya.
Adit cemberut, "La-La-La aku sayang sekali Doraemonn.." Adit dengan sengaja menaikkan satu note suaranya, membuat Daffa langsung menutup kuping.
"Aaaa jeyek. Nggak cuka! Ayah bandel pukul nih!" Marah Daffa, membuat Adit terkikik geli, anaknya itu sangat menggemaskan.
Daffa memukuli tubuh Adit dengan Kencang--menurut Daffa. Adit yang gemas, langsung mengangkat Daffa tinggi-tinggi.
"Aku ingin terbang bebas di Angkasa, wuushh! Hey, baling-baling bambu🎶 Hahaha"
Daffa ikut senang, ia menepuk-nepukkan kedua telapak tangannya. "Wuuushh! Zes! Zes." Gumam Daffa senang.
Clek!
Vera menyembulkan kepalanya dari balik pintu, seulas senyum terpatri di bibir indah Vera. Vera membuka agak lebar pintu kamar Daffa dan masuk kedalam, menghampiri suami dan Anaknya.
"Yeay! Mama puyang. Daffa angeun Mama." Daffa yang sudah diturunkan Adit, langsung memeluk Vera.
"Kangen? Uh Anak Mama, sini Peluk," Vera memeluk Daffa erat, menciumi wajah tampan anaknya.
Adit hanya memandangngi nya dalam diam. Andaikan dulu ia tidak bodoh, dan berfikir panjang. Pasti, sekarang ini hanya ada Vera, ia dan Daffa putra kecil mereka.
Tangan Adit terulur, mengusap lengan Daffa yang berisi. "Dia, putra kecil kita. Anak biologisku,"
Vera seketika menghentikan acara, cium mencium wajah putranya. "Mas, yang sudah-sudah. Jangan diungkit lagi, mungkin takdirnya harus begini"
"Tapi, coba dulu aku gak ceroboh. Kita, pasti bisa jadi keluarga kecil yang bahagia,"
"Mas, stop. Jangan buat diri kamu stres dengan masalah ini, jangan terus menyalahkan diri kamu. Aku pun, gak mau seperti ini. Haruskah aku bilang, dulu kamu pria paling egois yang aku kenal? Membagi istrinya dengan Kakak iparnya sendiri! Mas, disini akupun korban yang paling menderita."
Air mata Vera mulai membasahi pipinya, "hiks.. di posisi ini, aku seperti perempuan murahan. Poliandri itu tabu Mas! Bullyan yang aku terima, gak sebanding dengan perkataan kamu, sewaktu memintaku menikahi kedua Abangmu. Sakit Mas heuh.. hiks!" Adit bangun dan memeluk Vera yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Maaf," cicit Adit.
"Aku gak bisa nolak, karena aku tau, apapun yang membuatmu bahagia, akupun bahagia. Apapun itu, aku lakuin cuma buat kamu! Sadar Mas. Aku cinta mati sama kamu, harus apalagi mas, biar kamu gak ungkit masalah ini terus?!"
Daffa kebingungan, melihat Mama dan Ayahnya saling peluk. Dan Mamanya yang menangis di pelukkan sang Ayah.
"Maafin Mas, maaf"
Vera mengusap air matanya, "Mas aku ingin kita bahagia, bisakah kalian nggak egois? Sama-sama ingin memiliki tapi tak pernah membayangkan, yang ingin dimiliki akan tersakiti atau enggak. Sadar mas, dendam gak ada habisnya. Aku tau, sakitnya seperti apa! Aku juga sakit, disini" Vera menepuk-nepuk Dadanya pelan, "disini jauh lebih sakit dari apa yang dibayangkan."
Adit semakin memeluk Vera erat, kata maaf terus terucap di bibir Adit, air mata Adit turun tanpa bisa dicegah.
"Ak-aku, gak bisa lepasin kalian semua. Karena kalian sudah janji dihadapan tuhan, kalian akan menjagaku. Apa yang sudah dimiliki tak bisa dilepas begitu saja,"
"Aku egois sayang, Maaf!"
..
Adnan bersembunyi di balik tembok kamar Daffa, dekat pintu. Adnan tersenyum kecut, "egoiskah aku kalau aku juga cinta mati sama kamu Vera, mantan Adik iparku sendiri."
"Ya, kamu benar. Apa yang sudah dimiliki tak bisa dilepas begitu saja, sama seperti kamu yang sudah menumbuhkan rasa di hatiku. Maaf"
"Mas, gak akan lepasin kalian, bagaimanapun ucapan orang lain. Kalian suamiku, aku gak akan perduli lagi, ucapan mereka. Yang aku perdulikan adalah bagaimana nantinya, rasa ini akan tetap ada, sampai umurku sudah tidak ada lagi," Vera menatap sendu Adit, mengecup keningnya lama. "I promise"
...
Up. Bentar saya nangis ngetik ini, soalnya pake perasaan😂
Silviyani_rahayu
KAMU SEDANG MEMBACA
POLIANDRI (3 suami)
Любовные романы-SUDAH TERBIT DI PLAYSTORE VERSI EBOOK LENGKAP- terserah orang mau liat gue gimana, yang jelas gue punya suami tiga dan mereka bersaudara. awalnya gue cuman punya satu suami, tapi karena suami gue gak bisa kasih gue keturunan, Ya, dia mandul. akhirn...