7. Keindahan Makhluk-Nya Allah

9.9K 776 4
                                    

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14)


Rania mengeratkan tas gendong yang ada di punggungnya. Ia melihat jam di dinding. Ini sudah jam sembilan, waktunya ia berangkat. Ia meraih sepatu kets yang berada di dekat pintu. Ia memakainya dengan cepat, mencoba agar Asfa tak melihatnya. Sebenarnya ia tak mau seperti ini, hanya saja ia tak mau Asfa bertanya lebih banyak lagi pada Rania. Cukup Rania, Anel, dan Guntur saja yang memikirkan lelaki tak asing itu.

Ia melirik ke arah belakangnya, lega. Asfa masih berada di kamarnya. Segera ia membuka pintu apartemen dengan pelan. Setelah keluar, ia menuju lift.

Ia tak akan tahu bagaimana kisah selanjutnya bagi Asfa. Mungkin saja ini akan semakin rumit jika Asfa dan kedua kakaknya mengetahui itu. Zain yang menyerupai lelaki dulu, Nazmal. Terlihat tak masuk akal mungkin. Tapi, bagaimana bisa takdir sebegitunya pada Asfa. Apa yang Allah tetapkan? Mengapa rahasia takdir-Nya cukup menjadi teka-teki.

Rania masuk lift. Anel dan Guntur sudah berada di dalam lift. Pas sekali, mereka hanya tinggal berangkat tanpa harus menunggu satu sama lain.

Rania tersenyum. "Kita naik apa?" tanyanya.

"Naik mobil, dek." Guntur menjawabnya.

"Nah, tujuan pertama kita itu restaurant Al-Baik. Kita waktu kemarin coba-coba minta nomor manajer Al-Baik ke mas Irfan. Kita bisa tau lah kalau mas Irfan itu kayak gimana, jadi kita dapet no manajernya. Tadi juga kita udah ngehubungin asisten manajernya atas nama mas Irfan jadi mereka setuju kalau nanti kita ketemu di sana," jelas Anel membuat Rania mengerti.

"Kita harus nanya alamat orang itu, kak. Sekalian juga kita cari tau tentang wanita yang bersama lelaki itu." Rania menatap mereka berdua.

"Iya, kita akan nanya ke mereka sebanyak-banyaknya."

Lift pun terbuka. Dengan jalan yang cepat mereka menuju parkiran. Rania membuka pintu mobil, lalu memasang seatbelt. Setelah semuanya siap, akhirnya mereka pun berangkat.

Guntur menancapkan gas, lalu mobil pun berjalan.

"Setelah kita tau informasi tentang lelaki itu, gua mau kita tutup mulut terlebih dahulu. Jangan sampai mbak Rumi, mas Irfan, dan mbak Asfa sekalipun tahu tentang lelaki itu. Dan juga, jangan sampai kita membahas mas Nazmal di depan lelaki itu. Kita gak tau dia itu siapa sebenarnya. Mas Nazmal sama sekali enggak punya kembaran, dan gua gak bisa pake logika kalau itu emang mirip aja sama mas Nazmal. Kalau emang mirip pun pasti hanya sebagian bentuk wajah, enggak semuanya. Gua mau kita mainin drama ini dengan rapih," jelas Anel membuat Guntur dan Rania bingung.

"Maksud lu? Drama apa?" tanya Guntur.

"Gini, Tur. Karena waktu kemarin gua sama Rania ketemu langsung sama orang itu, gua enggak mau dia curiga sama kita. Jadi, gua mau lu yang mainin dramanya," seru Anel membuat Guntur mengerutkan alisnya.

"Emangnya apa yang harus gua lakuin?"

"Gua mau lu jadi karyawan di Al-Baik."

Tiba-tiba Guntur langsung menginjak rem. Rania dan Anel terkejut.

"Apa? Gua kerja di Al-Baik? Lu gila, ya? Dua bulan lagi gua kuliah," sahut Guntur tidak terima.

Anel menghembuskan nafasnya, menatap Guntur datar. "Gua mohon bantuan dari lu, Tur. Kalau bukan lu siapa lagi? Lagian waktu kita emang enggak banyak, pernikahan mbak Asfa sama mas Irfan cuma tinggal satu bulan lagi. Jadi, lu enggak usah panik. Kita mainin drama ini dengan cepat dan rapi. Kita harus cari informasinya dengan baik. Ya itung-itung lu lagi nambah penghasilan uang jajan dari pada luntang lantung enggak jelas di rumah."

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang