Puter mulmed hukumnya wajib ya.
••
Mata gadis itu berkaca-kaca ketika dirinya menatap seorang laki-laki yang sedang menghadapkan dirinya ke sebuah dinding kaca besar. Lelaki itu membelakanginya. Tapi Jisoo masih bisa melihat dengan jelas ketika jemari lelaki itu mulai menyentuh kaca dinding dan melukiskan suatu hal yang tak terlihat disana.
Air mata gadis itu akhirnya menetes. Buku-buku tangannya mulai memutih, karena terlalu lama mencengkeram tangannya sendiri. Tak ada niatan baginya untuk beranjak ataupun pergi dari sana. Dia masih betah memandangi sesosok pria yang berbalut baju berwarna putih khas rumah sakit dan selang infus yang berdiri tegak disampingnya.
Pria itu mulai berbalik. Seketika itu juga, mata gadis itupun tiba-tiba ikut terkunci pada suatu titik. Dimana pandangannya telah membeku. Menatap sepasang kornea berwarna cokelat terang yang kini tengah memandangi dirinya.
Pria itu memiringkan sedikit kepalanya. Bahkan, tak dapat dipungkiri jika kerutan-kerutan samar mulai terukir didahinya. Pria itupun juga bergeming ketika dirinya menatap seorang gadis yang sedang berdiri dihadapannya. Begitupula gadis itu. Air matanya turun makin cepat seperti air terjun niagara.
Lelaki itupun akhirnya mendekati gadis yang kini tengah mengusap air mata yang membanjiri wajahnya. "Permisi... Noona? Apakah kau baik-baik saja?", tanyanya dengan nada yang lembut. Salah satu tangannya bertengger di bahu gadis itu dan mengusapnya secara perlahan.
Gadis itupun berusaha terlihat lebih tegar. Dia menampilkan seulas senyum dengan hiasan mata bengkaknya kepada pria yang sedang berdiri dihadapannya. "Tidak, tidak masalah. Aku baik-baik saja.", sahutnya bersemangat.
Pria itu berdecih. Dia menarik salah satu ujung bibirnya keatas dan membuat sebuah lesung pipi tercetak disana. "Noona, aku pernah mendengar kata-kata ini dari seseorang. Tapi aku tidak ingat siapa yang mengatakan. Dia berkata padaku seperti ini, Hanya karena kamu tidak menangis,bukan berarti kamu tidak sedih. Hanya karena kamu tersenyum, bukan berarti kamu bahagia...", ucap pria itu sambil mensendekapkan tangannya didepan dada.
Kini, senyum palsu yang terukir disana perlahan mulai memudar. Air mata gadis itu kembali terurai. Tentu saja hal itu membuat pria disampingnya merasa bersalah. "Noona? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Tolong jangan menangis", tangan pria itu kini tergerak menghapus tangis yang keluar dari mata gadis itu. Entah mengapa, hati pria itu tergerak untuk melakukannya.
"Ah ya, Noona. Berhentilah menangis. Sebaiknya kita berkenalan terlebih dahulu. Aku Nakamoto Yuta dan.. Kau?", tangannya terulur kedepan dan bersiap untuk menjabat tangan mungil yang kini sedang memegang beberapa lembar tissue.
Sedangkan gadis yang berada didepannya kini menangis makin jadi. Dia menyambut uluran tangan itu. Bukan hanya menyambut, tetapi ia juga menarik sang pemilik. Hingga salah satu tangannya melingkar pada pinggang lelaki itu. "Yuta.. Ini sulit untuk dilakukan.", bisiknya parau. Sementara itu, Yuta semakin bingung. Dia tak mengerti akan situasi apa yang sedang dihadapinya saat ini.
"Haruskah aku mengingatkan namaku? Aku Jisoo. Aku Kim Jisoo. Apakah aku harus mencatatnya? Dimana? Katakan?", gadis yang bernama Jisoo itu berkata dengan suara gemetar. Bahkan Yutapun juga menyadari bahwa tubuh gadis ini mulai bergetar.
"Apakah aku harus menyebutkan namaku berulang kali agar kau mengingatku? Ataukah kurang? Apa ribuan kali sudah cukup?", tanya Jisoo dengan nada yang melemah.
Yuta memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba saja kepalanya terasa dihantam oleh sesuatu yang sangat keras. Yuta berusaha mengingat-ingat "sesuatu yang hilang" dari dalam otaknya. Oksigen yang berada dalam kepalanya serasa hilang. Kepalanya berdenyut hebat dan membuat dirinya mengerang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Deleted | Yuta • Jisoo
Short Story[COMPLETED] You'll never know, until whenever...