Seoul, 14 April 2018.
Mataku menuju kearah jam dinding kelas semenjak 15 menit yang lalu sambil sesekali melihat kearah jendela. Mengapa waktu bergerak sangat lambat? Sementara aku sedang menunggu suara bel dibunyikan.
Jam tanganku menunjukan bahwa tinggal 1 menit lagi untuk mencapai bel. Ayolah.. mengapa saem itu tidak membiarkan murid muridnya ini pulang semenit lebih awal, hah?
Namun pada akhirnya bel itu berbunyi dan aku bisa mendengar teriakan kegembiraan dari seluruh kelas. Mereka berhamburan menuju pintu kelas seakan pintu itu hanya akan bertahan disana selama 1 menit dan akan menghilang.
..
Aku, Yoonbyul. Siswa kelas 11 yang sedang menikmati kesendirian disebuah ruang kelas. Aku menyenderkan tanganku pada tembok dan telapak tanganku kini sedang menopang pipiku. Hal inilah yang kutunggu sedari tadi, menatap kejendela yang menunjuk langsung kearah lapangan.
Disaat inilah aku melihat sebuah harapan dan perasaan yang entah darimana munculnya sehingga aku bisa berdebar hebat setiap menatapnya. Seorang sunbae tinggi, berambut coklat yang akan bersinar dibawah terik matahari, dan bertubuh atletis. Siapa yang tidak kenal dengan Jung Jaehyun itu?
Setiap pulang sekolah, latihan basket menjadi rutinitas utamanya. Ia bahkan sangat keren ketika mengelap keringat yang membasahi keningnya. Tak heran mengapa aku selalu menyuruh kakakku untuk menjemputku lebih lambat, kebiasaanku ini benar benar mengembalikan moodku yang telah dirusak oleh teman teman sekelasku.
"Hei, apa yang kaulakukan disitu?" Sebuah suara berat mengagetkanku.
"Aku? Tidak apa." Aku kembali menatap sunbae kesayanganku itu dari kejauhan, tak peduli dengan temanku yang satu itu.
"Berkhayal lagi?" Tanyanya.
Bagaimana ia bisa tau kalau aku suka berkhayal disini?
"Belum pulang?" Tanyaku kepada pemilik suara itu, Lee Jeno.
"Ada barangku yang ketinggalan."
Aku hanya mengangguk sebagai bentuk responku. Tentu saja kembali pada aktifitasku.
"Bodoh. Sampai kapan kau mau berkhayal seperti itu dan berharap semua khayalanmu akan terjadi?"
"Apa maksudmu?"
"Mengapa kau tidak menembaknya?"
Namja itu benar juga. Sampai kapan aku hanya berharap terus disini sementara sebentar lagi Jaehyun-ssi akan lulus.
"Di kelulusannya nanti. Aku akan menembaknya." Ucapku yakin. "Tapi bagaimana caranya??"
"Katakan saja padanya kalau kau selalu memperhatikannya setiap pulang sekolah. Genggam saja tangannya."
"Kau gila? Apa ada perempuan yang memulai menggenggam tangan kekasihnya duluan?"
"Terserah saja. Aku hanya memberi saran."
Aku terdiam murung. Jeno mungkin lebih berpengalaman daripada aku. Mengapa aku tak menurut padanya?
"Kau pasti sudah pernah menembak yeoja, kan?" Ucapku yang bermaksud menggoda namja 2 sisi itu. Bagaimana tidak? Terkadang ia menjadi orang yang seru untuk diajak bicara, kadang juga menyebalkan dan bertingkah sok cool. Tetap saja aku memilihnya untuk menjadi teman dekatku. Terkadang aku heran dengan hal itu.
"Bahkan aku belum pernah menyukai seseorang, bagaimana aku mau menembak?"
Aku membesarkan mata tak percaya dengan yang ia katakan. Tunggu.. seorang Jeno yang tampan, tinggi, putih, dan seru ini tidak pernah berkencan bahkan menyukai satu yeoja sekalipun?
"Jangan berbohong."
"Aku tidak bohong. Aku sungguh sungguh tidak pernah menyukai yeoja."
Baiklah.
"Kau bisa membantuku, kan?"
"Membantu apa?"
"Tolong bantu aku. Anggap saja kau Jaehyun-ssi dihari kelulusan. Dan aku akan menghampirimu, lalu menyatakan perasaanku perlahan."
Jeno hanya menaikkan alisnya seakan berkata "Baiklah."
Aku bangkit dari kursiku dan berjalan menuju Jeno yang sudah siap dengan berdiri di tengah kelas.
Perlahan aku menggenggam tangannya. Lalu menatapnya. Tapi aku tak sanggup mengatakan yang tadi ia suruh.
2 menit berlalu dengan posisiku yang tetap seperti ini.
"Apa yang kau lakukan? Ayo katakan!"
"A-aku selalu memperhatikanmu setiap pulang sekolah. A-Aku menyukaimu."
"Aku juga menyukaimu."
Aku bernafas lega telah mengatakan itu walaupun ini hanyalah latihan.
"Bagaimana? Apa yang kurang dari latihan-.."
Ucapanku terhenti setelah sebuah benda kenyal menempel pada bibirku. Jeno menciumku dengan lembut dengan tangannya yang menggenggamku erat.
Cukup lama ia membiarkan ini terjadi. Aku sudah berusaha untuk membuatnya sadar, tapi.. itulah Jeno.
Sampai beberapa menit berlalu dan akhirnya ia melepaskan tautannya itu. Ia berjalan mundur selangkah menjauhiku.
"Apa maksudmu?"
Mata sayunya menatapku lembut dan mengukir smirk di bibirnya yang barusan menciumku tanpa ijin.
"Kita.. latihan, kan?"
Apa yang ada dipikiran namja itu sekarang sehingga ia bias melontarkan kata semudah itu. Apa ia tidak tau bahwa ia telat mengambil first kiss ku disaat aku menyukai seorang sunbae dan ia mengetahui hal itu!
"Kau gila." Aku segera mengambil tasku yang tergeletak jelas diatas meja lalu segera lari keluar meninggalkan Jeno sendirian.
...
Apa perasaan ini. Setelah orang yang bahkan tak pernah kubayangkan di kehidupanku, mengambil first kiss yang harusnya kuberikan kepada orang yang benar benar kucintai. Sialnya, jantungku berdegup kencang setelah ia melepas tautannya itu.
Aku membencimu, Lee Jeno.
-tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little First Kiss • JenoLee
FanfictionLee Jeno, ia hanya kuanggap sebagai teman sekelas. Tapi entah apa yang merasuki tubuhnya hingga tiba tiba ia menciumku tanpa aba aba dan seijin dariku. He's such a weird boy. -Jloveluvv, 2018.