Chapter 10

523 23 1
                                    

Mila's Pov

Aku memutuskan pergi untuk sementara waktu, itupun atas persetujuan orang tuaku. Mereka mengirimku ke rumah saudara Papa yang terletak di luar Kota dengan Jarak tempuhnya bisa mencapai 7 jam. Aku pergi dengan menggunakan mobil yang biasa Kak Mike gunakan, awalnya mereka tidak mengizinkanku untuk menyetir sendiri tapi setelah aku merayu dan berusaha meyakinkan mereka akhirnya mereka pun menyetujuinya. Ini adalah perjalan pertama dan terpanjang yang pernah aku tempuh. Ditengah perjalanan, aku tidak sengaja melihat seseorang hendak melompat dari tebing yang tinggi. Pastilah orang tua ingin bunuh diri. Batinku. Aku langsung menghentikan mobilku dan menghampirinya. Semoga saja dia mau mendengarkan aku dan mengurungkan niatnya untuk melompat. Pikirku.

"Berhenti!!! Jangan melangkah kedepan, itu sangat bahaya!" Teriakku hingga membuatnya menoleh ke arahku. "Okeyy.. aku tidak tahu alasanmu kenapa mau melakukan hal ini. Tapi kamu tahu kan bunuh diri itu bukanlah suatu perbuatan yang terpuji. Itu tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Jika kamu melompat kebawah, semua tulangmu bisa patah dan kamu bisa mati. Setelah kamu mati, kamu akan dihukum oleh Tuhan karena kamu mengakhiri hidupmu dengan paksa." Lanjutku mencoba mengurungkan niatnya. Dia mengangkat sebelah alisnya. Disaat seperti ini dia masih bisa menatapku dengan mengangkat sebelah alisnya, kenapa semua orang bisa mengangkat satu alisnya, sedangkan aku saja tidak bisa melakukannya.

"Kamu siapa?" Kini dia mulai berbicara.

"Tidak penting aku ini siapa. Yang jelas ayo kemarilah bersamaku, jangan melompat ke bawah." Pintaku sambil mengulurkan tanganku berlagat sok pahlawan. Bukannya menerima uluran tanganku, dia malah kembali membalikkan tubuhnya menghadap jurang yang ada dibawah sana.

"Tidak! Kamu tidak boleh mati didepanku. Aku tidak ingin kamu menghantuiku nanti." Teriakku kembali.

"Heyy... Nona gila! Siapa yang ingin bunuh diri?" Ungkapnya.

"Apa?? Jadi..jadi kamu tidak sedang mencoba untuk bunuh diri?" Tanyaku. Laki-laki itu menghela napasnya panjang.

"Aku tidak selemah yang kamu pikir. Pergilah, aku sedang tidak ingin berdebat apalagi dengan orang yang tidak ku kenal sepertimu." Ujarnya mengusirku.

"Baiklah, aku akan pergi. Maaf karena telah salah mengira, aku pikir kamu ingin bunuh diri." Ucapku.

"Hmm." Jawabnya tanpa menoleh ke arahku lagi. Akupun kembali ke mobilku meninggalkannya disana sendiri. Ku tancap gas mobilku kembali untuk melanjutkan perjalananku yang sempat tertunda. Aku berniat untuk menelpon Mama, ingin memberi kabar bahwa aku sudah melalui hampir setengah perjalanan untuk sampai dirumah Paman. Tapi sialnya ternyata ponselku mati, aku lupa men-charge-nya semalam. Jalanan yang ku lalui memang sangat sepi, sebenarnya ada rasa takut dihatiku. Tapi aku beranikan diriku dan ku bunuh rasa takutku.

Ada-ada saja hambatan diperjalananku, aku melihat sosok remaja yang sedang tergeletak di tengah jalan. Aku berpikir pastilah korban tabrak lari. Aku menghentikan mobilku dan menghampirinya, berniat ingin menolongnya. Tapi sialnya dan bodohnya aku, aku malah terjebak diantara beberapa orang yang tiba-tiba keluar menghampiriku. Ku lihat orang yang terbaring ditengah jalan itu sudah berdiri. Sepertinya mereka ingin merampokku. Batinku ketakutan.

"Mau apa kalian?" Teriakku gugup.

"Hai manis.. mau kami tidak banyak. Cukup serahkan semua yang kau punya pada kami." Jawab salah satu dari para pria itu.

"Tapi sebelum itu, kayaknya seru kalo kita main-main dulu. Dia cantik." Ucap salah seorang lagi diantara mereka dan menatap nanar ke arahku. Aku semakin ketakutan, aku mencoba untuk berlari kembali ke mobilku. Tapi salah satu diantaranya berhasil menarikku.

"Mau kemana cantik? Kamu gak akan bisa lari kemana-mana." Ucapnya.

"Lepaskan aku! Jika kalian berani macam-macam padaku. Aku tidak akan mengampuni kalian!" Ancamku.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang