"4 taun sampe sekarang" ucap akbar tiba tiba.
"Kenapa?" tanya aya
"Nggak papa"***
"Lo nggak mau teriak teriak?" tanya akbar kepada aya.
"Buat?" tanya aya balik"Lo nggak mau keluar?"
"Ya mau"
"Teriak"
"TOLONG!!" teriak aya nyaring, reflek akbar langsung menutup kedua telinga nya.
"Nggak gitu juga tong!" balas akbar.Hening
"Oh ya, 4 taun kenapa bar?" tanya aya penuh semangat.
Akbar hanya membalas nya dengan mengelengkan kepala nya.
"Ohh yaudah" balas aya malas.
Saat mereka tengah berbincang, tiba tiba....Ceklekk
"Kalian ngapain?" tanya andre yang membuka pintu dari luar.
"Ngak papa, tadi ke kunci" jawab aya.Akbar tidak mempedulikan nya, ia malah langsung keluar dari gudang tersebut. Aya tidak ambil pusing, ia langsung mengambil penghabus se dus yang bu dewi pinta dan langsung keluar dari gudang. Tiba tiba tangan nya di cengkal oleh tangan seseorang, tak usah di tanya lagi pemilik tangan tersebut adalah andre.
"Kenapa ndre?" tanya aya gugup karena tiba tiba andre memegang erat pipi aya dan mendekat kan jarak di antara mereka. Pipi aya semakin memerah, bukan karena ia baper dan sejenis nya melainkan ia takut dengan apa yang akan di lakukan andre.
Saat sedikit lagi bibir andre mendarat di bibir aya, tiba tiba
Bugkk
Tiba tiba pukulan keras mendarat di pipi tirus andre. Siapa pemilik tangan tersebut? Tentu nya akbar, diam diam ia bersembunyi untuk mengecek keadaan.
"Cara lo!" ucap akbar yang masih tenang. Aya masih shock dengan apa yang akan di lalukan andre.
"Kenapa cara gue? Salah?" jawab andre enteng dengan senyuman ala smrik nya."Bukan salah lagi, tapi banci. Kalo lo pingin ngemilikin dia sepenuh nya nggak gini jing cara lo!" ucap akbar masi datar akan tetapi penuh dengan penekanan.
"Setidak nya cara gue nggak sebodoh lo" jawab andre yang langsung pergi.Saat ia melewati aya ia berkata pelan "sorry" hanya itu yang keluar dari mulut nya.
Aya masih terdiam di tempat, tak sadar air mata nya jatuh tiba tiba. Saat ia akan menghapusnya, tetapi tangan akbar lebih dulu menarik tangan aya agar aya tidak menghapus air mata nya.
"Jangan lo hapus, gue denger denger setetes air mata wanita bisa mengutus malaikat untuk mengutuk pria yang lo tangisin" ucap akbar langsung pergi.Tiba tiba aya tidak sedih kembali, malah tercetak senyuman kecil di bibir nya tapi ia coba untuk menahan nya.
Ia langsung berjalan menuju ruang kelas nya. Dan seisi kelas kosong, hanya ada zuariti di sana berdua dengan paijo. "Loh zur, bu dewi kemana? Ini penghapus nya udah gue bawa loh" kesal aya.
"Harus nya gue tanya ke elo, elo kemana aja? Nggak sadar ya 2 jam lo ngilang dari kelas?" tanya zuariti.
"Hah? Gg-gue tadi kekunci di gudang" jawab aya jujur."Oo, yaudah mana penghapus nya? Biar gue aja yang ke kantor. Lo ngantin dulu gih, pasti lo laper" ucap zuraiti
"Oke. Thanks ya zur" balas aya langsung menaruh penghapus tersebut di atas meja zuraiti dan berlari menuju kantin.Pandangan mata nya sedang mencari seseorang yang ia cari yaitu sahabat nya, lisa. Dan ternyata lisa sedang makan bersama? Akbar and the geng?
Ragu ragu aya menghampiri lisa."Lis?" ucap aya kepada lisa.
"Heh? Makan kuy laper gue" balas lisa.
"Meja lain aja ya""Sini aja gih yan. Duduk sini sebelah guee" ucap dani tiba tiba.
"Gaaa---" tolakan halus aya terpotong karena dani lebih dulu menarik aya untuk duduk di sebelah nya.Dan sekarang lah aya duduk di antara dani dan akbar. Jantung nya kembali berpacu sangat cepat. Ia melirik akbar sebentar ternyata ia sedang bersandar di tembok dan memasang earphone nya.
Aya pun menuruti perkataan dani, dan pandangan nya tertuju pada seseorang yang membuat hati kecil nya kecewa. Rasa marah, kecewa, benci, menjadi satu ia langsung berdiri dan hendak berbicara namun seseorang tersebut lebih dulu mengangkat bicara. "Kita aja yang pergi. Lo sama lisa bisa disini" ucap nya.
"Nggak papa dre, lo disini aja gue sama aya juga tetep disini kok." balas lisa kepada seseorang tersebut. Yap andre orang nya yang telah mematah kan kepercayaan aya untuk nya.
"Udah gue bilang! Gue sama temen temen gue aja yang pergi!" bentak andre kepada lisa.Seisi kantin di buat terkejut dengan sikap hangat andre yang tiba tiba berubah menjadi pembentak dan bersorot mata tajam. Lisa hanya diam saja tidak berani menjawab, yang lain pun juga begitu. "Ayo kita pindah" tambah andre dengan melihat ketiga teman nya secara bergantian.
Dani dan fery sudah berdiri dan kurang akbar. "Kita pindah" tambah andre sekali lagi. Akbar yang merasa ada seseorang yang mengajak nya berbicara pun langsung melepas earphone nya. "Kita? Hah? Kenapa nggak lo aja? Sejak kapan lo jadi bos?!" ucap akbar tak suka.
Emosi andre semakin menjadi jadi dan ia bersiap menangkat tangan nya untuk menonjok akbar.
Bugkk
"AYA!!" teriak seisi kantin.
Yap lagi lagi aya di butakan oleh cinta, ini sudah kesekian kali nya ia berkorban. "Hah, goblok" ucap akbar kepada aya tak lupa dengan senyuman smrik mengejek nya dan meninggalkan aya yang masih shock dengan perkataan akbar.
"Sorry,babe""Ayaa, maaf. Gg-ue nggak bermakhsud" ucap andre khawatir
"Dan pemaksaan ciuman itu juga nggak bermakhsud?" jawab aya dengan getir nya.Degg
"Ss-o--" ucapan andre terputus karena aya sudah berdiri sendiri dan pergi berlari meninggalkan kekhawatiran teman teman nya.
Aya berlari dengan tangisan pecah nya, di lain sisi ia kecewa dengan ucapan akbar dan di sisi lain ia juga kecewa dengan sikap andre. Apakah semurah itu aya di mata nya?
Ia berlari tanpa arah, aya tak sadar ternyata langkah kaki mungil nya membawa nya menuju rooftop. Yap salah satu tempat yang sangat jarang siswa temui.
Ia menangis dan berteriak untuk membuat diri nya tenang. "AAAAA! aya nggak kuat ya Allah. Kenapaa?! Kalo dia bukan jodoh aya, jauhin dan buat aya lupa sama dia. Jangan buat aya tersiksa karena terlalu mengejar nya. Ya Allah, aya udah jaga diri aya sebaik mungkin, dan kenapa ada orang yang menilai aya semurah ini? AAAAA" teriak aya dengan tangisan yang semakin pecah nya.
"Ah lo suka sama cowo lain ya? Saingan gue. Dont be cry my heart feel broken when see you like this,babe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashback
Teen Fiction"Kaki ini memang nggak sejenjang jalang yang lo sewa buat muasin nafsu lo, tapi percayalah kaki ini nggak pernah nginjak tempat maksiat yang menjadi tempat favorit saat lo kesepain. Memang bibir ini nggak se kenyal jalang yang lo sewa, tapi lo harus...