Pagi yang terbilang sangat cerah. Matahari mulai memancarkan cahaya nya yang belum terlalu menyengat. Pohon-pohon yang rindang terlihat sangat tenang. Para petani teh didesa itu mulai melaksanakan tugasnya masing-masing. Kicauan burung menambah keindahan pagi itu. Hari yang sungguh baik, begitupun dengan Julia. Setelah 2 hari terbaring lemah, sekarang dia sudah kembali membaik.
"Selamat pagi, bu" sapa Julia yang baru keluar dari villa
"Loh mba Julia sudah sehat?" tanya bu Asih yang pagi itu sedang sibuk menata bunga
"Seperti yang ibu lihat. Makasih yah bu kemarin sudah mau merawat Julia"
"Iya sama-sama. Lagian tidak perlu berterimakasih, ibu ikhlas. Merawat kamu bagaikan ibu merawat anak ibu sendiri. Baru sekarang ibu merasakan merawat anak, meskipun anaknya bukan anak kandung ibu" jelas bu Asih
Julia hanya terdiam membisu mendengar kata-kata bu Asih. Timbul perasaan pedih didalam hatinya. Tapi perasaan itu bukan karena bu Asih melainkan ibunya sendiri.
"Mba kenapa diam?"
Baru saja Julia ingin menjawab, bunyi klakson tiba-tiba terdengar. Mobil hitam elegan memarkirkan mobilnya didepan Julia dan bu Asih.
"Halo semuanya" keluar laki-laki dari mobil itu yang tidak lain tidak bukan adalah Reynand
"Pagi mas. Mobil baru yah?" tanya bu Asih.
"Tau saja bu Asih. Alhamdulillah, bisa beli yang baru. Bagaimana kabar kalian?" tanya Rey
"Baik begitu juga dengan mba Julia sekarang sudah sehat"
"Sudah sehat? memangnya kamu kemarin kenapa, Jules?"
"Kamu gatau? kemarin saya demam tinggi. Tapi sekarang baikan"
"Kok ibu tidak beritahu saya?"
"Kan kemarin ibu sudah telfon tapi katanya mas ada tamu dan bisa kesini lusa" jelas bu Asih
Rey terdiam. Sebenarnya waktu itu dia berfikir bahwa Julia mau minta maaf tapi melalui bu Asih. Ternyata dugaannya salah. Sempat dia merasa bersalah.
"Sudah kedokter?" tanya Rey
"Sudah, Rey. Btw selamat atas mobil barunya. Keren"
"Iya thanks, Jules. Ohiya, saya kesini mau bicarakan sesuatu. Tapi mungkin kita bicarakan ini ditempat lain saja. Bu, ditinggal dulu gapapakan?" tanya Rey pada bu Asih
"I'm ok, mas"
"Bu Asih sekarang inggris-inggrisan ya. Bu Asih jaman now"
Kemudian mereka semua tertawa.
"Yasudah, Jules pergi dulu bu. Hati-hati dirumah"
Bu Asih kemudian hanya mengangkat jempolnya dan tersenyum. Sedangkan Jules dan Rey masuk kedalam mobil. Setelah mengetahui bahwa kemarin Julia sakit, ada rasa bersalah sedikit dibenak Rey. Seharusnya dia jangan terlalu egois.
"Jadi kemarin siapa yang antar kepuskesmas?" tanya Rey
"Bu Asih"
"Kata dokternya apa?"
"Cuman demam tinggi"
"Memangnya kenapa bisa demam?"
"Mungkin kecapean dan banyak fikiran"
"Sekarang baikan kan?"
"Kalau tidak, saya tidak mungkin ikut kamu sekarang"
"Ohiya kamu mau bicarakan apa sama saya?" lanjut Julia
"Tunggu. Saya parkir mobil dulu didepan. Disini kayaknya cocok"
Julia hanya mengangguk. Setelah mobil terparkir, mereka berdua turun dan memilih duduk disebuah kursi yang disiapkan ditempat itu.
"Jadi bagaimana?" tanya Julia lagi
"Kemarin wartawan datang dikantorku"
"Terus?"
"Makanya itu saya sempat bingung. Kenapa mereka mencari saya, saya sedang tidak launching barang baru ataupun tidak ada informasi yang menarik. Ternyata mereka datang karena kasus hilangnya kamu" jelas Rey.
"Loh kok mereka bisa ke kamu?"
"Sewaktu kita dicafe, disana ada salah satu fans mu. Mereka mengambil gambar kita berdua. Mungkin awalnya tujuannya lain, tapi karena setelah itu kamu menghilang yang mengambil gambar kita memberikannya kewartawan. Dan mereka curiga, saya yang menyembunyikanmu"
"Terkadang wartawan memang menyebalkan. Saya mengerti pekerjaan mereka, tapi apakah seniat itu. Apakah mereka tidak mengerti arti privacy. Saya tidak habis fikir." Julia sepertinya ingin mengamuk. Dia benar-benar geram sama ulah wartawan. Tidak kah mereka berfikir bahwa masalah tidak semuanya harus di publishkan.
"Lalu apa jawabanmu?"
"Tenang saja. Mereka akhirnya tidak mencurigai saya. Saya sudah membuat mereka percaya dengan kata-kata saya. Kamu tidak usah khawatir." Jelas Rey
"Baguslah. Thanks a lot. Kamu sudah membantu saya sampai sejauh ini"
"Yeah, sama-sama. Kamu disini saja dulu sampai keadaan benar-benar tenang"
"Iya. Bisa antar saya pulang sekarang?"
"Bisa. Saya juga harus kembali kekantor sekarang"
Julia berdiri duluan dan masuk ke mobil. Moodnya langsung tidak baik. Dia merasa seperti dibawah tekanan. Selama perjalanan balik villa dia juga hanya diam dan melihat kearah luar jendela.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPEARED [ON GOING]
De Todo[.......................] #14 Tears #4 Trouble #12 Trouble #21 Tears #48 Tears #50 Tears #246 Kisah I feel the worst when i'm alone. Because, that's when the monsters in my head say "HELLO". Julia Pragita. Melalui banyak rintangan yang silih bergant...