Suara sirine ambulance memenuhi jalanan padat kota Barcelona. Di belakang ambulance, terdapat beberapa mobil mewah yang mengikuti. Sampai pada saat ambulance memasuki area rumah sakit besar, para perawat dan dokter segera berlarian keluar menuju bed rest dimana seorang gadis cantik bersimbah darah terlentang disana.
Chale tanpa pikir panjang memarkirkan mobilnya sembarangan, kemudian berlari keluar menyusul bangkar yang membawa Jadyn ke ruang operasi. Hatinya benar-benar hancur. Rasanya dunianya runtuh begitu melihat wajah Jadyn penuh noda merah di jalanan tadi.
Sahabat-sahabat Chale mengikuti langkah cepat Gerald dari belakang membelah jalur rumah sakit. Bahkan pria paruh baya itu tidak tahu harus berbuat apa. Apa ini semua salahnya? Bukankah gadis itu sendiri yang menyerahkan nyawa? Tapi ia juga merasa sesak ketika teringat kejadian 23 tahun yang lalu. Dimana Veylia dalam kondisi hamil tertabrak mengenaskan dan berakhir dengan kematian.
"Maaf, Mr, anda tidak bisa masuk." cegah seorang suster pada Chale yang memberontak ingin masuk ruang operasi menemani Jadyn.
"Aku harus melihatnya! Dia butuh aku!" bantah Chale tak berpikir jernih.
"Sekali lagi, tolong anda bersabar dan tunggu di luar. Kami sedang berusaha menyelamatkan nyawanya." setelah mengatakan itu, suster tersebut menutup paksa pintu kaca ruang operasi.
Chale kacau! Menjambak rambutnya sendiri, frustasi. Perasaannya tak menentu, kemejanya dipenuhi darah gadis yang dicintainya. Bahkan noda merah itu masih basah di tangan Chale karena Chale sempat memeluk Jadyn dan mengangkatnya memasuki ambulance tadi. Di usapnya perlahan lengan dan tangannya yang masih beraroma anyir. Darah itu begitu nyata.
Air mata yang selalu Chale tunjukkan pada mommy-nya, sekarang meluruh jatuh menangisi seorang gadis yang sedang berjuang di dalam sana. Kekuatan cinta membawanya sampai di ujung kelemahan seperti ini.
Gerald berdiri kaku di hadapan Chale yang terduduk di kursi tunggu. Terdapat jarak antara mereka. Sedangkan Bethany langsung duduk di samping Chale dan menenangkan laki-laki di sampingnya itu. Luke, Diaz, Netha dan Jack turut ikut ke rumah sakit.
Gerald masih tidak berbicara sepatah kata pun sejak kejadian kecelakaan. Ia diam membisu seperti patung bernyawa. Selalu ditatapnya raut Chale yang sedih dan tersakiti. Kemudian memalingkan wajahnya kearah lain agar tidak lebih mendalami kesakitan Chale, ekspresi itu sama persis seperti dirinya dulu ketika Veylia masuk ruang ICU.
Dari kejauhan, Smith dan Breve berlari tunggang langgang tanpa ingat usia. Kemudian berhenti tepat di ruang operasi. Kedua orang tua Jadyn itu tahu ketika pihak kepolisian yang membawa Marco sekaligus menangani kasus tabrakan Jadyn menghubungi mereka.
Pandangan Gerald bertemu dengan Smith. Gerald menatapnya datar, sedangkan Smith menatap Gerald kecewa. Meskipun ia tidak tahu pasti kronologi kejadiannya, tapi ia cukup tahu jika Gerald membenci anaknya. Smith tidak sedikitpun membenci Gerald jika memang kejadian yang diterangkan polisi tadi benar.
Breve menatap tajam satu persatu orang-orang yang berada di ruang tunggu operasi dengan air mata berjatuhan. Matanya memicing ketika pandangannya menangkap sosok Gerald.
"Kenapa bisa seperti ini?! Apa yang terjadi?!" sentak Breve tanpa ingat jika dirinya berada di rumah sakit. Smith mencoba merengkuh pundak isterinya tapi dihempas kuat oleh Breve. Wanita itu terlalu emosi.
"Kenapa semuanya diam?! JAWAB!! Apa yang menyebabkan puteriku berada di dalam ruangan itu?!!" bentak Breve seraya menunjuk ruang operasi di depannya. Semua terdiam tak berani menjawab. Terkecuali Gerald yang berani langsung menatap Breve yang sedang emosi.
"Breve, tenangkan dirimu. Anak kita sedang berjuang di dalam. Berdoalah semoga semuanya baik-baik saja." ucap Smith lembut yang langsung memeluk tubuh Breve. Wanita itu menangis pilu dalam dekapan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]
RomanceMature content 21+‼️⚠️ Privat acak! Follow sebelum baca. "Tubuhmu begitu mempengaruhiku, kau selalu terlihat menggoda, like a wine." "Jangan tatap aku seperti itu, jangan melihatku bagaikan jalang yang siap kau terkam." "Seharusnya aku tidak pernah...