19. Ito Tobat

1.6K 93 0
                                    

"Dipaksa berhenti sebelum berjuang memang sakit, tapi mau gimana lagi kalau yang mau diperjuangin aja menolak untuk diperjuangkan."

***

Bel istirahat berbunyi. Seketika ruangan kelas menjadi sunyi senyap, akibat penghuninya melipir ke luar.

Ito beranjak dari bangkunya. Ia menarik dan membalikkan kursi yang ada di depan meja Siti, lalu mendudukinya asal.

Ito bertopang dagu sambil mengamati orang yang ada di depannya. Siti sedang membaca buku dengan serius, dan kehadiran Ito benar-benar membuat fokusnya hilang.

Tatapan mata Ito terus tertuju ke arahnya. Membuat degup jantung Siti berdetak lebih cepat, dan keringat dingin mulai merembes dari dahinya.

"Lo kenapa ngliatin gue kayak gitu sih To?" tanyanya gugup. "Lo ada perlu sama gue?" lanjutnya.

Ito memegang tangan kanan Siti. Lalu memasang wajah seriusnya.

"Lo suka sama gue Sit?" tanya Ito tanpa penekanan.

Seketika tubuh Siti melemas, keringatnya bercucuran, wajahnya memerah, dan kaki, tangannya bergetar.

"Gu-gue-" Siti tidak dapat meneruskan kalimatnya, jawaban yang ingin ia sampaikan rasanya seperti tersangkut di tenggorokan.

"Gue-" Tangannya yang digenggam Ito bergetar, dengan cepat ia menariknya dan menyembunyikan di bawah meja. Ito meniti ke arah wajah gadis itu yang tertunduk gugup, ia tau jawabannya sekarang.

"Gue nggak ada hak nglarang lo buat suka sama gue Sit, tapi gue cuma pengen yang terbaik buat lo, gue pengen lo nggak sakit hati gara-gara gue, lo tahu kan kalau gue itu orangnya suka PHP," jelasnya lirih.

"Dan soal Cemeng yang nyuruh lo ngerjain PR, itu bukan PR gue, jadi gue harap lo nggak terperdaya lagi sama omongan dia." Siti mengumpat dalam hati. Jadi Cemeng telah membohonginya atau lebih parahnya lagi membodohinya.

"Jangan paksain diri dan hati lo buat gue Siti, maaf tapi gue lebih nyaman kalau lo tetep jadi temen gue."

Siti terpaku diam, air mata telah berkumpul di pelupuk matanya. Perasaannya berkecamuk antara malu dan sedih. Dipaksa berhenti sebelum berjuang itu memang menyakitkan, tapi bisa dikata apalagi jika yang akan diperjuangkan saja menolak untuk diperjuangkan.

Siti tidak tahan lagi, ia berlari keluar dari kelas sambil menyeka air matanya.

"Lo udah gila To, itu anak orang lo bikin nangis sampe bergetar gitu badannya!" Cemeng yang melihat kejadian itu, melotot.

"Gue cuma pengen dia tau yang sebenarnya Meng, biar dia nggak salah paham dan nggak bisa lo begoin lagi."

"Gue nggak nyangka lo sejahat ini sama gue To, kalau bukan Siti yang ngerjain PR gue terus sape lagi?" ujar Cemeng tersedu-sedu. "Bodo amat, pokoknya mulai sekarang elo yang harus tanggung jawab soal PR gue," lanjutnya.

"Ya itu urusan lo pea, udah lah gue mau ngantin dulu." Ito berdiri lalu bergerak ke arah pintu.

"Ngakunya temen, tapi gue ditinggalin mulu," gumam Cemeng. "Gua ikut, cicak!" teriak Cemeng sambil berlari menyusul Ito.

***

Suasana kantin sangat ramai. Banyak orang yang berebut tempat duduk akibat padatnya orang di sana.

Namun, tidak untuk Cemeng dan Ito, tanpa harus berebut, mereka telah mendapatkan tempat duduk kosong dari junior-junior yang mengalah ke mereka.

Kali ini Ito tidak semeja dengan dede-dede gemesnya. Cemeng juga tidak mojok, karena pacarnya tidak masuk sekolah.

"Meng, gue pesenin bakso sama es teh 1!" suruh Ito pada Cemeng.

"Tumben nyuruh gue yang pesen, biasanya juga elo yang semangat buat pesen biar bisa ngegodain mbak Mini!"

Mbak Mini itu salah satu penjaga kantin. Nama aslinya bukan Mini, tapi gara-gara tubuhnya yang cebol membuat para murid memanggilnya dengan sebutan mbak Mini.

"Mbak Mini, bakso 2 es teh 1 sama es susu coklat 1 ya mbak!"

"Iya Mas Cemeng, tunggu sebentar ya!"

"Jangan lupa mbak, susunya susu sapi, bukan ASI, jangan sampe salah!"

Ito menoyor kepala Cemeng. "Najis lo!"

Dibalas Cemeng menyengir. "Gue kan berguru dari lo!" kekehnya.

"Eh To, dede-dedean lo tuh, ngliatin lo terus, sambil dada-dada lagi, geli gue lihatnya, udah samperin sono!" Cemeng menepuk bahu Ito, sambil melihat ngeri adik-adik kelasnya yang kecentilan.

"Doain gue Meng, gue mau tobat!" ucap Ito mantap.

Semenjak kejadian Nada memarahinya, Ito telah menjaga jarak dari dede-dede gemesnya. Dan itu berarti perkataan Nada telah berhasil menohoknya.

Cemeng menautkan kedua alisnya, hingga dahinya berkerut. "Lo gak lagi mabok kan To? lo yakin mau tobat?"

"Gua yakin Meng."

Selang beberapa menit, pesanan Ito dan Cemeng datang.

"Ini mas Cemeng, mas Ito!" Mbak Mini meletakkan pesanan mereka di meja.

"Makasih mbak," ujar Ito sambil tersenyum.

"Kok makasih doang, mas Ito nggak godain mbak Mini nih!" ujarnya centil.

"Mbak Mini kecentilan sama Ito, saya aduin ke mas Jangkung nih," ancam Cemeng.

Mas Jangkung adalah suami mbak Mini sekaligus tukang kebun di sekolah. Tubuhnya yang jangkung, membuat orang-orang memanggilnya dengan sebutan mas Jangkung.

Ito hanya diam, mendengar pertengkaran Cemeng dan Mbak Mini. Hingga sesuatu hal mencuri perhatiannya.

"Meng, gue cabut dulu!" Ito membawa serta merta makanannya menuju ke sebuah meja.

Ito telah sampai ke tempat yang ia tuju. Tanpa berbasa-basi ia langsung menyuarakan suaranya. "Gue gak kebagian tempat, gue mau duduk di sini," ujarnya di belakang Nada dan Kevin yang tengah bergurau.

"Ito," gumam Nada saat melihat Ito, di belakangnya.

Segera mungkin, Ito meletakkan makanannya di tengah-tengah mereka berdua, lalu menyuruh Kevin bergeser.

"Geseran, gue mau duduk!" suruh Ito santai, sedangkan Kevin mau tidak mau harus menurut, biarpun batinnya mendengus sebal.

"Ito, lu dateng-dateng bikin rusuh ya!" seru Nada.

Akhirnya Ito duduk di tengah-tengah mereka berdua. Setelahnya, mereka menyantap makanan masing-masing hingga suara Kevin menengahi.

"Nad, nanti malem ada acara nggak? gue mau ngajak lo ke kafe temen gue," tanya Kevin, membuat Ito tersedak.

"Makan pelan-pelan dong To, nih minum!" Nada menyodorkan botol minumnya ke arah Ito. Dengan cepat Ito menerima dan meneguknya.

"Nada gak bisa, nanti malem mau belajar," sinis Ito ke arah Kevin. "Lagian ngapain ke kafe, paling cuma nongkrong-nongkrong gak jelas, ngabisin duit doang," lanjutnya menohok Kevin.

Nada mencubit pinggang Ito, membuat Ito mengerang.

"Mungkin lain kali ya Vin, nanti malem gue emang mau belajar," ucap Nada lembut. Dan Kevin mengangguk samar.

"Sama Kevin baru lo ngomongnya lembut, sama gue kasar mulu," bisik Ito pada Nada.

"Habis lo pengennya dikasarin terus sih," balas Nada membisik.

Mereka lanjut melahap makanan masing-masing. Dan setelah Ito menghabiskan makanannya.

"Aduh perut gue kok sakit ya, pengen kentut gue rasanya!" celetuk Ito, membuat Nada dan Kevin bersamaan beralih ke arahnya.

***TBC***

Hey gaes, mungkin mulai hari ini aku bakal update setiap hari deh... hihihi...
Aku buat cerita baru lho, judulnya 'gone' baca ya!!! bantu vote + comment ♡

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang